Lompat ke konten

Ciri-Ciri Orang Tua yang Pilih Kasih pada Anak-Anaknya

orang tua pilih kasih

Setiap orang tua tentunya ingin memberikan kasih sayang yang sama rata kepada anak-anaknya. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri kalau secara tidak sadar mereka berlaku pilih kasih. 

Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, seperti anak yang diberi perhatian lebih cenderung lebih responsif atau memiliki beberapa sifat yang sama dengan orang tuanya, memiliki jarak usia yang tidak terlalu jauh dengan orang tuanya, sehingga secara tidak sadar orang tua lebih sering berkomunikasi dengan anak tersebut dibandingkan dengan anaknya yang lain yang lebih asik dengan dunianya sendiri. 

Meskipun demikian, bukan berarti sikap pilih kasih ini tidak bisa diminimalisir loh Bunda. Bunda sebaiknya terus berusaha meminimalisir sikap pilih kasih kepada anak ini karena bisa berdampak pada psikologis si kecil kedepannya. Misalnya, bisa membuat dia memiliki konsep diri yang buruk, rendah diri dan bahkan susah bergaul. 

Berikut ini ciri-ciri orang tua yang pilih kasih kepada anak-anaknya yang perlu Bunda ketahui:

1. Lebih Sering Mengobrol Dengan Salah Satu Anak

Misalnya, Bunda memiliki 3 orang anak dan lebih sering berdiskusi dengan anak pertama dia memiliki minat dan pekerjaan yang sama dan usianya tidak terlalu jauh dari Bunda apabila dibandingkan dengan adik-adiknya. 

Hal ini memang bisa terjadi secara natural, namun tidak dapat dipungkiri apabila Bunda tidak pandai membagi waktu dan emosi, kedekatan Bunda dengan si sulung ini justru akan membuat adik-adiknya merasa terpinggirkan. 

2. Sering Membanding-bandingkan Anak

Tentu Bunda sudah tidak asing dengan kata-kata, seperti “Kakakmu tidak bersikap seperti ini..” atau “Adikmu dapat prestasi ini kok kamu tidak?” Sikap membanding-bandingkan seperti ini sebaiknya dikurangi yah Bunda. Sebab, hal ini akan membuat si kecil merasa tidak cukup untuk mendapatkan kasih sayang yang sama dengan yang Bunda atau yang diberikan Ayah kepada saudaranya. 

Ingat, setiap anak memiliki keistimewaannya masing-masing. Apa yang dimiliki oleh anak kesayangan Bunda bisa jadi tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya. Namun bakat dan keistimewaan anak-anak Bunda yang lain juga bisa jadi tidak dimiliki oleh anak kesayangan tersebut. 

3. Sering Membicarakan dan Membanggakan Anak Tertentu

Bangga atas pencapaian seorang anak tentu hal yang positif ya Bunda. Ingin rasanya Bunda memamerkan pencapaian-pencapaian si kecil kepada saudaranya yang lain atau kepada tetangga-tetangga. Hal ini tentu saja boleh terjadi, asalkan tidak berlebihan. 

Setiap anak tentu ingin membuat orang tuanya merasa bangga. Oleh karena itu, jika Bunda membangga-banggakan anak kesayangan di depan saudaranya, bisa jadi saudara tersebut akan berpikir harus mendapatkan pencapaian yang sama dengan si anak kesayangan. Akibatnya, jika pencapaian tersebut tidak tercapai atau tercapai tapi tidak sengaja Bunda abaikan, dia akan merasa tidak diperhatikan dan tidak pernah merasa cukup. 

4. Lebih Kritis Kepada Satu Anak Dibandingkan Dengan yang Lain

Pernahkah Bunda mendengar si kecil berkata “Kok aku saja yang dimarahi, sementara dia tidak?”. Meskipun terdengar remeh, dan bisa jadi anak tersebut juga melakukan kesalahan, namun kata-kata seperti ini adalah ungkapan si kecil kepada Bunda kalau bisa jadi Bunda tidak sengaja bersikap lebih kritis kepadanya dibandingkan dengan saudara-saudaranya. 

Selain akan membuatnya kurang dihargai, hal ini juga akan membuatnya merasa kurang untuk bisa jadi anak yang membanggakan orang tuanya. Apalagi jika Bunda dan Ayah tidak terbiasa memberikan pujian atas pencapaian si kecil atau atas kontribusi yang mereka berikan. 

5. Tidak Memberikan Hukuman Dengan Objektif

Ketika 2 orang anak melakukan kesalahan yang sama, ada orang tua yang cenderung memberikan hukuman yang lebih ringan kepada satu orang anak dibandingkan dengan anak yang lain. Entah itu karena memang orang tuanya lebih sayang kepada anak tersebut atau karena faktor lain, seperti usia anak yang lebih muda. 

Misalnya, sepasang kakak dan adik bertengkar hebat. Lantas setelah memisahkan, sang kakak diberi hukuman mengepel lantai dan mencuci piring, sementara adik yang notabene lebih muda diminta untuk mencuci piring saja. Kegagalan orang tua dalam memberikan hukuman yang objektif seperti ini lambat laun dapat menimbulkan perasaan cemburu dari anak terkait. 

6. Berlaku Lebih Lembut Kepada Anak Tertentu

Berlaku lebih lembut ini tidak hanya dalam bentuk ucapan loh Bunda. Hal ini juga termasuk, Bunda lebih sering mengirimkan makanan ke anak kesayangan ketika dia sudah remaja atau dewasa, lebih sering menghubunginya dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain dan lain sebagainya. 

Sama seperti point 5 di atas, bersikap lebih lembut dan perhatian kepada salah seorang anak hanya akan menimbulkan rasa cemburu antar saudara. Padahal, seharusnya saudara itu saling mendukung satu sama lain, bukan?

Lalu bagaimana cara supaya tidak pilih kasih kepada anak tertentu atau si kecil merasa tidak dikasihi? Pertama, Bunda dan Ayah harus bisa bersikap netral. Khususnya jika terjadi perselisihan antara dua orang anak. Alih-alih langsung menyalahkan si kakak atau memintanya untuk mengalah, Bunda sebaiknya mengendalikan emosi terlebih dahulu, lalu memeriksa dulu siapa pihak yang salah dalam pertengkaran tersebut, baru memberikan hukuman yang lebih objektif. 

Kedua, Bunda bisa memberikan quality time yang sama kepada masing-masing anak. Tujuannya adalah supaya Bunda bisa menjalin komunikasi yang apik dengan masing-masing anak dan tidak hanya 1 saja. Coba pahami sifat masing-masing anak dan treatment seperti apa yang mereka butuhkan. Dengan demikian, rasa kecemburuan antar saudara bisa dihindari. 

Terakhir, jangan lupa Ayah dan Bunda meminta maaf apabila secara tidak sengaja memberikan treatment yang berbeda dan terasa pilih kasih kepada anak-anak. Hal ini akan memberikan pemahaman kepada mereka, khususnya jika mereka sudah cukup dewasa, kalau menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah dan tidak jarang memberikan sikap yang berbeda kepada si kecil adalah hal yang tidak disengaja. 

Memang, memberikan pemahaman kepada si kecil, khususnya jika dia masih berusia remaja atau anak-anak bukanlah hal yang mudah, mengingat mereka belum pernah menjadi orang tua. Namun, yakinlah kalau lambat laun mereka pasti memahami kesulitan yang Ayah dan Bunda alami dalam membagi kasih sayang. Sebab walau bagaimanapun, keadilan yang sempurna tetap menjadi milik Tuhan yang Maha Esa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *