Lompat ke konten

10 Penyebab Hancurnya Rumah Tangga

Penyebab Hancurnya Rumah Tangga

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya menikah merupakan ibadah yang paling lama durasinya. Tidak hanya paling lama, terkadang ada juga masa-masa berat dalam sebuah pernikahan. Oleh karena itu sebelum masuk ke dalam jenjang ini, sebaiknya para mempelai mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental. 

Salah satu cara mempersiapkan diri tersebut adalah dengan mengetahui penyebab hancurnya sebuah bahtera rumah tangga. Tujuannya adalah supaya para mempelai dapat mengidentifikasi sejak dini problematika apa yang mengancam rumah tangga dan belajar menemukan solusinya. 

Berikut ini 10 penyebab hancurnya rumah tangga:

1. Komunikasi yang Buruk Antar Pasangan

Pernikahan adalah sebuah ikatan yang menyatukan dua orang yang berbeda. Dalam kultur masyarakat asia, seringkali pernikahan juga menyatukan dua keluarga yang berbeda. Perbedaan ini tidak hanya dari segi fisik dan biologis saja, tetapi juga dari sisi ego, hobi, kesukaan, profesi dan lain sebagainya. 

Komunikasi yang baik adalah satu-satunya cara untuk menyatukan dua pihak yang berbeda tersebut dalam sebuah pernikahan yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Komunikasi yang baik ini tidak hanya dari segi komunikasi verbal, tetapi juga non verbal yang mana memang hal ini perlu dipelajari lebih lanjut selama masa perkawinan. 

2. Manajemen Waktu yang Buruk

Istri membutuhkan waktu dari suami dan suami juga membutuhkan waktu dari istri. Padahal, baik suami maupun istri juga membutuhkan waktu untuk diri mereka sendiri dan jika sudah punya anak, mereka juga harus bisa mengatur waktu untuk anak. 

Seringkali, perceraian terjadi karena suami kurang bisa mengalokasikan waktu untuk istri atau istri tidak bisa memberi waktu yang cukup untuk nafkah batin suami. Pada anak, kualitas manajemen waktu yang buruk ini bisa berakibat dia merasa kurang diperhatikan. 

3. Masalah Keuangan

Penyebab hancurnya sebuah rumah tangga yang ke-3 adalah masalah keuangan. Masalah keuangan ini tidak hanya mencakup kurangnya nafkah suami untuk istri, tetapi juga masalah lain, seperti suami maupun istri yang tidak terbuka mengenai utang, tidak terbuka mengenai alokasi untuk keluarga (ayah, ibu, adik), atau bahkan hal ini juga bisa timbul ketika istri memiliki pendapatan yang lebih banyak dibandingkan suami. 

Maka dari itu, penting dilakukan diskusi dan kesepakatan mengenai hal ini sebelum menikah. Beberapa pertanyaan yang bisa timbul, seperti boleh atau tidak istri bekerja, boleh atau tidak jika istri memiliki pendapatan lebih banyak atau bagaimana cara mengatur keuangan nantinya. Sebab, pengaturan keuangan rumah tangga tidak hanya suami mencari nafkah dan istri menerima berapapun nafkah yang diberikan oleh suami. 

4. Penurunan Kepercayaan Antara Suami dan Istri

Selain komunikasi, hal lain yang tidak kalah penting dalam sebuah pernikahan adalah kepercayaan kepada pasangan. Sederhananya, jika pasangan Anda percaya dengan Anda alias memiliki trust issue, dia tidak akan cemburu buta jika Anda berbincang dengan lawan jenis dengan konten pembicaraan yang tidak menjurus ke perselingkuhan, begitupun sebaliknya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kepercayaan antara dua orang ini perlu dibangun dalam waktu yang lama. Maka dari itu, cobalah membangun kepercayaan pasangan Anda dengan selalu bersikap terbuka dan jujur kepadanya. 

5. Masalah dengan Keluarga Besar

Seperti yang telah disebutkan di atas, menyatukan dua keluarga yang berbeda bukanlah hal yang mudah, sebab hal ini berpotensi menimbulkan konflik. Misalnya, mertua Anda terlalu mencampuri urusan rumah tangga, seperti mengatur makanan apa yang harus dimasak hari ini atau mengatur bagaimana cara memuaskan suami. Contoh lainnya adalah ketika mertua meminta “nafkah” kepada suami Anda dan suami Anda tidak terbuka mengenai nafkah tersebut. 

Ada banyak cara untuk mengatasi masalah ini, tergantung dari masalahnya. Namun terlepas dari masalah tersebut, hal yang paling penting adalah suami harus bisa bersikap tegas dalam menentukan sikapnya, baik itu dalam menangani masalah keuangan dengan keluarga besar atau masalah psikologis lain. 

6. Bosan

Tinggal serumah setiap hari dengan orang yang sama selama bertahun-tahun tentu bukan hal yang mudah. Di awal-awal pernikahan, bisa jadi Anda akan merasa senang karena masih merasakan getar-getar cinta dengan pasangan Anda. Namun sepanjang pernikahan nantinya, tidak dapat dipungkiri bahwa pasti ada masa-masa dimana pasangan Anda atau bahkan Anda sendiri mengalami kebosanan. 

Rasa bosan dalam pernikahan ini adalah hal yang wajar. Hal yang perlu Anda pikirkan adalah bagaimana supaya rasa bosan tersebut tidak menjurus pada perselingkuhan dan perceraian. 

Beberapa solusi yang bisa Anda coba, yaitu terus mengingat hal-hal apa saja yang membuat Anda jatuh cinta dengan pasangan Anda, menyediakan waktu yang cukup untuk berdua saja dan tentunya tetap berusaha untuk berkomitmen. 

7. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Penyebab hancurnya sebuah rumah tangga yang ke-7 adalah adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut (KDRT). KDRT ini tidak hanya bisa berbentuk kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan verbal dan non-fisik lainnya, misalnya dengan terus menerus mengabaikan pendapat istri atau terus menerus mengatakan fisik istri jelek. 

Hal lain yang perlu dipahami juga adalah, KDRT tidak hanya terjadi pada wanita (istri), tetapi juga terjadi pada pria. Misalnya, istri terus menerus mengatakan nafkah suami tidak cukup, atau terus menghina fisik suami dan lain sebagainya. 

8. Perbedaan Visi

Selain keuangan, hal lain yang perlu didiskusikan dengan calon pasangan sebelum menikah adalah visi, misi atau tujuan hidup kedepannya. Sebab, setiap orang tentu memiliki visi hidup yang berbeda. Ada orang yang menikah dengan membawa visi menikah karena memenuhi standar masyarakat, ada juga orang yang ingin menikah karena ingin mencari seseorang yang bisa diajak berdiskusi dan berjuang bersama. 

Walaupun terdengar abstrak, akan tetapi perbedaan visi ini bisa membuat rumah tangga seseorang kehilangan arah dan pada akhirnya pecah. Oleh sebab itu, bincangkan hal ini sedari dini dengan calon pasangan Anda ya. 

9. Tidak Memiliki Keturunan

Memiliki keturunan memang merupakan salah satu rezeki dalam sebuah pernikahan. Namun memang ada kalanya sepasang suami istri belum bisa dikaruniai keturunan setelah bertahun-tahun menikah. 

Meskipun pada dasarnya masalah ini masih bisa diusahakan dengan berbagai program kehamilan atau prosedur medis lainnya, namun tidak dapat dipungkiri bahwasanya tidak adanya keturunan menjadi salah satu faktor penyebab perceraian. 

10. Selingkuh

Sebagai ibadah terpanjang dan berat, pernikahan memang membutuhkan komitmen yang kuat diantara para pihak yang terlibat didalamnya. Salah satu perwujudan dari komitmen ini adalah dengan tidak selingkuh terlepas dari apapun masalah yang menerpa. 

Bentuk lain dari komitmen tersebut adalah dengan mengkomunikasikan masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya selain dengan selingkuh. Adapun jika masalahnya adalah keinginan pihak suami untuk poligami, maka sebaiknya dikomunikasikan terlebih dahulu dengan istri pertama demi kemaslahatan bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *