Menurut KBBI, sabotase artinya tindakan penghalangan atau perusakan terhadap sesuatu. Biasanya, sabotase dilakukan oleh satu pihak terhadap pihak lainnya. Namun, tanpa disadari, ternyata sikap sabotase ini bisa terjadi pada diri sendiri, loh!
Tindakan ini dikenal dengan nama self sabotage (self sabotaging). Sesuai dengan namanya, perilaku ini berusaha menahan dengan berbagai cara untuk tidak mencapai tujuan yang ada dan bahkan merusak diri sendiri.
Tentunya perilaku ini akan berdampak pada diri sendiri. Oleh karena itu, mari pahami lebih dalam tentang self sabotage agar bisa mencegah dampak ke depannya dan mengambil langkah preventif untuk mengatasinya. Mari simak informasi lebih lengkapnya pada artikel di bawah ini!
Apa itu Self Sabotage?
Self sabotage atau self sabotaging adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan secara tidak sadar untuk menghancurkan tujuan diri sendiri. Proses tindakan ini berkaitan dengan keputusan yang diambil dengan pemahaman bahwa tujuan yang dimiliki tidak akan tercapai. (Sumber: Hello Sehat)
Permasalahannya adalah seseorang yang melakukan tindakan ini terkadang atau bahkan tidak sadar sama sekali sedang menghancurkan diri sendiri (toksik). Hal ini bisa terjadi karena umumnya mereka sudah terbiasa berada di situasi yang tidak nyaman sehingga mencapai tujuan justru membuat mereka merasa bersalah. Fenomena ini lebih dikenal dengan trauma masa lalu.
Dilansir dari situs Klik Dokter, seorang psikolog bernama Gracia Ivonika, M.Psi., mengatakan bahwa tanda-tanda self sabotage bisa tampak dengan jelas dan bahkan tidak jelas sama sekali. Seseorang yang melakukan tindakan sabotase diri ini umumnya tidak akan sadar dengan tindakannya hingga akhirnya merasakan dampaknya secara langsung. Pasalnya, dampak dari self sabotaging ini tidak instan sehingga sulit bagi seseorang untuk mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
Secara umum, ada beberapa penyebab timbulnya self sabotage, yaitu pola pikir yang dibangun sejak kecil, trauma, ketakutan akan kegagalan, perasaan rendah diri, dan disonansi kognitif (tetap melakukan suatu tindakan walau sudah tahu akibatnya). Tentunya penyebab ini bersifat abstrak dan perlu arahan dari psikolog untuk mengetahuinya lebih mendalam. (Sumber: Klik Dokter).
Dampak Self Sabotage
Dari pengertian sabotase diri di atas, dapat dilihat bahwa tindakan tersebut akan memberikan dampak signifikan seperti yang akan dijelaskan berikut ini:
1. Penurunan Kinerja
Salah satu tanda bahwa Anda sedang menyabotase diri sendiri adalah sering menunda (procrastination) atau bahkan tidak mengerjakan tugas dan tanggung jawab. Tindakan menunda ini terjadi karena Anda mencegah diri sendiri untuk mencapai tujuan yang ada di depan mata.
Lebih buruk lagi, seseorang bisa dengan sengaja atau tidak sadar menunda pekerjaan agar dinilai buruk oleh lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena seseorang tersebut takut akan kegagalan atau merasa tidak pantas untuk menduduki suatu posisi. (Sumber: Healthline).
Biasanya, seseorang yang menunda pekerjaan justru mengalihkannya dengan kegiatan lain, seperti membersihkan ruangan, mencuci pakaian, menonton film berjam-jam, dan masih banyak lagi. Mereka sebisa mungkin menghindar dari kewajibannya karena terlalu takut untuk menghadapinya.
2. Stress Berlebih
Adanya beban atau pemikiran untuk selalu sempurna (perfeksionis) mengakibatkan Anda justru menyabotase diri sendiri yang berujung pada stress. Perilaku perfeksionis tidaklah selamanya buruk selama Anda bisa memahami batas kemampuan.
Namun, jika dirasa bahwa Anda tidak memiliki kapasitas akan sesuatu, lalu tetap memaksakannya, itulah tanda bahwa Anda melakukan self sabotage. Akibatnya, Anda akan kelelahan sendiri dan stress berlebih karena tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Risiko Merenggangkan Hubungan dengan Sesama
Merendahkan diri di hadapan orang lain, menyalahkan orang lain saat kondisi buruk, menarik diri dari pergaulan, dan memilih berada di hubungan toksik ternyata menjadi bentuk perilaku self sabotage yang tidak disadari banyak orang.
Akibatnya, seseorang yang melakukan tindakan ini berisiko tinggi menjauhkan diri dari lingkungan dan membuat hubungan dengan sesama jadi renggang. Dampak ini tentunya tidak baik bagi seseorang karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain.
Cara Mengatasi Perilaku Self Sabotage
Lalu, apakah perilaku self-sabotage bisa diatasi guna menghindari dampak-dampak di atas? Tentu saja bisa! Berikut ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengatasi perilaku tersebut:
1. Kenali Diri Sendiri Lebih Dalam
Langkah pertama tentunya Anda harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Pengenalan diri sendiri ini bisa dilakukan dengan cara evaluasi diri, bertanya kepada orang terdekat, dan bertanya kepada psikolog.
Dalam proses pengenalan ini, Anda perlu mengetahui tindakan apa yang sering menghambat diri sendiri untuk mencapai tujuan. Selain itu, cari tahu juga faktor atau penyebab umum yang menjadi pemicu tindakan self sabotage.
2. Buat Rencana untuk Diri Sendiri
Setelah itu, jika Anda sudah lebih paham tentang diri sendiri dan tantangannya, barulah Anda bisa mengambil tindakan selanjutnya. Misalnya, mengubah kebiasaan secara perlahan, memahami lingkungan sekitar dengan lebih baik, dan sebagainya.
Penting untuk membuat rencana agar mengetahui risiko dan tantangan yang akan dihadapi. Misalnya, penyebab perilaku self sabotage Anda adalah adanya rasa takut akan kegagalan. Nah, Anda bisa membuat rencana disertai risiko kegagalan yang mungkin akan terjadi.
Dengan begitu, Anda tidak berekspektasi terlalu tinggi atau bahkan merendahkan diri karena merasa sudah tahu akan gagal.
3. Berani Mengambil Komitmen
Terakhir, jangan ragu untuk mengambil komitmen! Komitmen di sini berarti Anda berkeinginan penuh secara sadar untuk keluar dari perilaku sabotase diri. Itulah mengapa pentingnya memiliki rencana agar ada tujuan utama yang harus dicapai.
Demikianlah pemahaman tentang self sabotage yang bisa menambah wawasan Anda. Jika Anda merasakan beberapa tindakan atau penyebab dari self sabotaging ini, segera evaluasi dan atasi sedini mungkin agar tidak berdampak berkepanjangan. Selain itu, disarankan juga untuk berkonsultasi ke psikolog agar tidak self-diagnosis, ya!