Lompat ke konten

Kata-kata Untuk Orang Tua yang Membandingkan Anaknya

Kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya

Kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya banyak dicari oleh anak yang tertekan dengan orang tuanya sendiri. Meski memiliki peran sebagai orang tua, ia tetaplah manusia yang tidak sempurna. Kadang memiliki celah dan kesalahan. Itu merupakan sesuatu yang wajar, dan tidak usah malu untuk mengakui. Namun demikian, kebanyakan orang tua masih tidak menyadari celah dan kesalahannya, sehingga ketika anak melakukan kesalahan, orang tua selalu menyudutkan kesalahan tersebut pada anak.

Tak jarang, banyak orang tua membanding-bandingkan anaknya dengan tetangga, teman ataupun saudara. Hanya karena anak tidak bisa dalam satu bidang yang ia inginkan, padahal dibalik itu anaknya memiliki keahlian lain yang bisa dibanggakan. 

Nah, perilaku membanding-bandingkan anak ini bukanlah sesuatu yang bijak dilakukan. Jika Anda menemukan jenis orang tua seperti ini Anda mungkin bisa memberitahunya dengan kata-kata yang baik. Nah, berikut kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya, supaya lebih bisa mengintropeksi diri.

1. Jangan membandingkan karena semua anak pintar di bidangnya 

Kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya secara dan pilih kasih yang pertama untuk ibu atau ayah ini bisa Anda gunakan untuk menyadarkan bahwa setiap anak memiliki keahlian di bidangnya masing-masing. Misalnya, seorang anak tidak pandai dalam pelajaran matematika, tetapi memiliki kemahiran dalam dunia seni, seperti dance dan menari.

Supaya lebih bisa diresapi dengan baik, Anda bisa membuat menyentuh dari kalimat utama ini, sertakan juga realita yang terlihat pada kenyataan. Misalnya 

“Ibu, tidak perlu repot-repot membandingkan saya dengan orang lain, karena semua anak memiliki kelebihan di bidangnya masing-masing. Saya memang tidak pandai dalam pelajaran matematika, tapi apakah ibu pernah melihat saya gagal membuat kue yang enak?”

2. Membandingkan tidak merubah keadaan 

Kata-kata bijak untuk orang tua yang pilih kasih adalah memberitahunya bahwa membandingkan tidak merubah keadaan yang ada, justru membuat sesuatu menjadi lebih buruk. Karena akan mengganggu mental seorang anak.

Bahkan banyak sekali anak yang dibandingkan di rumah kemudian mencari pengakuan di tempat lain, menjadi alasan berbohong karena tidak ingin dibandingkan. Ini sangat berbahaya, bahkan bisa membawa anak pada pergaulan bebas. Keadaan menjadi semakin buruk.

“Ayah tidak perlu membandingkan aku dengan adik, membandingkan tidak merubah keadaan, aku memang tidak bisa memenuhi keinginan Ayah menjadi dokter, karena aku tidak tertarik di bidang tersebut. Tetapi Ayah bisa lihat, sekarang aku sukses pada bidangnya menjadi seorang designer.”

“Ibu tidak usah membandingkan aku dengan Kakak. Ia aku akui, Kakak memang selalu menjadi juara kelas, murid favorit selalu memborong piala. Tetapi membandingkan kami tidak akan merubah kenyataan bahwa aku memang kurang dalam hal akademi, aku lebih berbakat di bidang seni.”

3. Daripada membandingkan, alangkah lebih bijak Ayah dan Ibu arahkan buah hati menjadi lebih baik

Sampai kapanpun, upaya membandingkan ini tidak akan membuahkan hasil yang baik. Jadi daripada membandingkan, alangkah lebih bijak Ayah dan Ibu arahkan buah hati menjadi lebih baik lagi. Sebagai orang tua, tentunya tanggung jawab terhadap anak ada ditangan Ayah dan Ibu. Sehingga seperti apa yang diinginkan Ayah dan Ibu bisa mengarahkannya.

Misalnya, anak kurang pandai di bidang pelajaran tertentu dalam akademik, daripada membandingkannya dengan anak tetangga, teman atau saudaranya, sebagai orang tua Anda bisa mendukungnya dengan cara mengajarinya belajar atau memasukkannya dalam les khusus mata pelajaran tersebut.

“Gini deh, Mama daripada membandingkan aku dengan anak tetangga, lebih baik Mama biayain aku untuk les persiapan masuk kedokteran. Aku mau usaha, sekarang tinggal mama mau tidak aku sama dengan anak tetangga?”

4. Membandingkan hanya akan melukai hati buah hati

Melakukan komparasi buah hati dengan anak yang lainnya akan membuat luka pada psikisnya. Mentalnya menjadi buruk dan hal ini akan dibawa hingga ia dewasa. Bahkan mungkin hingga nanti ia menjadi orang tua.

Mental yang tersakiti membuat seseorang lebih sulit percaya diri, merasa selalu tersakiti dan melakukan hal yang sama terhadap apa yang ia dapat kepada orang lain. Akan menjadi hal yang sangat buruk bagi masa depannya.

“Apa Mama dan Papa pernah memikirkan perasaanku yang selalu dibandingkan dengan Kakak yang sudah sukses, sedangkan aku hanya bekerja sebagai tukang ojek online? Biarlah, kami mencari uang dengan cara berbeda, yang penting halal dan cukup.”

5. Orang tua harus bisa membagi kasih sayangnya dengan adil

Sebagai Ayah dan Ibu, melakukan komparasi satu anak dengan anak yang lainnya tentu bukanlah hal yang bijak. Setiap anak memiliki potensinya masing-masing dan kita sebagai orang tu harusnya sudah tau personality dari masih-masing anak. Komparasi  tidak akan menjadi jalan yang benar dalam membesarkan buah hati.

“Ibu tidak adil, ibu lebih sayang kakak dari pada aku. iBu selalu membanding-bandingkan kami, padahal ibu tahu kami memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.”

6. Manusia tempatnya salah, intropeksi diri menjadi sesuatu yang perlu dilakukan

Kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya di atas sangat cocok dijadikan kata-kata sindiran untuk orang tua yang suka pilih kasih. Apa dengan membandingkan Anda dengan saudara, teman atau pun tetangga, lantas kemudian orang tua tidak memiliki kekurangan dan kesalahan dalam mendidik Anda.

“Manusia tempatnya salah, Pa. Saya mungkin tidak menjadi yang Papa inginkan sehingga Papa membandingkan saya dengan anak teman Papa. Tetapi apa pernah Papa berpikir, apakah perlakukan yang Papa berikan sudah sama dengan yang dilakukan teman Papa pada anaknya? Agaknya lebih baik kita masing-masing melakukan introspeksi diri terhadap segala sesuatu yang terjadi.”

7. Anak adalah bagaimana didikan orang tuanya

Terakhir, kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya dan pilih kasih adalah bahwa anak merupakan didikan orang tuanya. Jika dalam mendidik berhasil, tentu anak juga akan berhasil mencapai cita-citanya dan menjadi apa yang orang tua inginkan.

Tetapi jika selama ini belum maksimal dalam mendidik, dan masih melakukan banyak kesalahan maka kesalahan dan kekurangan anak bukan sesuatu yang harus dibesar-besarkan dan hanya melukai hatinya.

“Saya adalah bagaimana Mama dan Papa mendidik saya, apa yang ada dalam diri saya saat ini hasil bentukan Mama dan Papa. Jadi ketidakberhasilan saya, salah satunya ya karena Mama dan Papa belum berhasil mendukung saya.”

Nah, berikut di atas merupakan kata-kata untuk orang tua yang membandingkan anaknya dengan orang lain. Karena ini merupakan perilaku yang tidak bijak, maka wajib Anda mengingatkan. Jika diingatkan orang tua masih belum bisa berubah, maka Anda harus mencobanya terus hingga terjadi perubahan. Karena sejatinya, orang tua tetaplah manusia yang memiliki egonya. Barangkali membandingkan ini adalah proses dari tidak terpenuhinya keinginan nya sehingga melampiaskannya pada buah hati. Namun demikian bagaimanapun ini bukan merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan meski orang tua hanya manusia. Jadi tugas kita adalah senantiasa mengingatkan sebagai kunci keluarga yang harmonis dan bahagia. Selamat mencoba!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *