Lompat ke konten

6 Ciri-Ciri Orang Tua Durhaka Terhadap Anaknya

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

Ciri Orang Tua Durhaka Terhadap Anak

Perilaku orang tua durhaka terhadap anaknya seringkali tidak disadari dan termasuk perbuatan tercela yang berdosa. Perilaku durhaka ini pada umumnya sering disematkan kepada anak apabila ia suka membangkang.

Sudah seharusnya orang tua bertanggung jawab untuk menunjang segala kebutuhan anak dan juga memberikannya kasih sayang tanpa syarat. Sering tak disadari, menyakiti hati anak termasuk sikap durhaka yang berimbas langsung pada perubahan sikapnya.

Perilaku durhaka terhadap anak juga biasa dikaitkan dengan istilah toxic parents. Akibatnya, seorang anak menjadi tidak memperoleh kebahagiaan bersama keluarganya secara maksimal karena perasaan dan mentalnya tersakiti akibat perilaku ayah dan ibunya sendiri.

Menjadi orang tua yang baik memanglah tidak mudah karena tidak hanya harus memenuhi tanggung jawab kepada anak berupa kesehatan, pendidikan, sandang, pangan, dan papan. Tetapi juga berkewajiban untuk memastikan kebahagiaan atau ketentraman jiwa buah hatinya.

Ulasan ini akan membahas mengenai orang tua durhaka kepada anaknya, berikut adalah ciri-cirinya:

1. Menghina Anaknya di Depan Umum

Perbuatan menghina di depan umum termasuk perbuatan tercela, apalagi dengan ucapan yang menyakiti hati anak. Menghinanya di depan umum sama saja dengan membuatnya malu di hadapan orang banyak, hal ini tentu menyakiti sekaligus bisa mengganggu psikologisnya.

Tak seorang pun ingin dihina di hadapan banyak orang karena seolah harga dirinya merasa diinjak-injak. Apalagi ketika menghina anak di depan umum, karena membuatnya menjadi pusat perhatian yang membuat perkembangannya menjadi terganggu.

Akibatnya, ia menjadi enggan berinteraksi dengan orang lain dan takut melakukan sesuatu karena trauma dipermalukan saat ia melakukan kesalahan. Apalagi, memang sudah seharusnya ayah dan ibu tak boleh mengucapkan kata kasar kepada buah hatinya.

Akan tetapi faktanya, tak semua orang tua memahami akan dampak dari menghina anak di depan umum. Padahal dampaknya fatal dan baru terlihat ketika dewasa ia bisa membenci orang tuanya.

Apabila tak ingin anak membenci orang tuanya, sebaiknya saat ia melakukan kesalahan di depan umum jangan langsung menghinanya dan membentak dengan kasar saat itu juga. Lebih baik membawanya ke tempat yang tidak banyak orang lalu bicarakan baik-baik tanpa menilainya secara buruk dan dengarkan dulu penjelasan darinya, sebab seorang anak pun juga butuh untuk didengarkan.

2. Membanding-bandingkan Anaknya dengan orang Lain

Kebiasaan membanding-bandingkan buah hati sendiri dengan orang lain ternyata juga termasuk ciri orang tua durhaka kepada anaknya. Tak seorang anak pun merasa senang jika dibandingkan dengan orang lain yang dianggap lebih unggul karena ia akan merasa tak pernah bisa membanggakan orang tuanya.

Setiap anak memiliki kegemaran, potensi, maupun kepribadian yang berbeda satu sama lainnya. Tidak semuanya harus disamakan dan dijadikan bahan perbandingan, misalnya dengan mengatakan, “Lihat tuh, dia ranking satu. Kamu cuma main bola terus kerjanya makanya nggak bisa ranking.”

Mengatakan hal seperti itu sama saja bisa saja dianggap oleh buah hati Anda sebagai tuntutan agar bisa seperti orang lain. Akibatnya, ia menjadi rendah diri dan tidak bisa mengembangkan potensi dan hobinya sendiri karena harus memenuhi tuntutan dari orang tuanya.

Seperti yang sudah dijelaskan, kepribadian dan potensi setiap anak pasti berbeda. Sebaiknya, ayah dan ibu lebih fokus dalam mengembangkan potensi buah hatinya sendiri. Terlalu mengekang si buah hati tidak akan berdampak baik, jadi biarkan ia mencoba melakukan sesuatu yang memang benar dia menginginkannya.

Selain itu, mengekang kebebasannya juga tidak baik. Apabila takut ia terjerumus pada pergaulan yang salah, sebaiknya bukan dengan cara mengekang lalu membandingkannya dengan orang lain yang dirasa lebih baik, tetapi tetap mengawasinya dan menegurnya dengan baik apabila melakukan kesalahan.

Menghargai keinginannya lebih baik daripada melihat orang lain lalu membandingkannya. Perlu diingat bahwa tidak ada manusia sempurna, termasuk anak dan orang tuanya.

3. Meminta Cinta dengan Syarat

Salah satu tanggung jawab orang tua kepada anaknya adalah memberikan cinta tanpa syarat. Hal ini akan membuat ia berpikir bahwa sebenarnya ayah dan ibunya tak pernah ikhlas memberikan cinta dan kasih kepadanya.

Hindari mengatakan ucapan seperti ini pada buah hati Anda, “Kalau mau disayang mama dan papa, makanya harus lolos olimpiade sains”. Perkataan ini memang terkesan memotivasinya, tetapi justru saat anak sudah dewasa nanti ia menjadi terbiasa pamrih kepada orang lain.

Bahkan ia pun menyadari bahwa ayah dan ibu tak mencintainya apa adanya. Sebab ia merasa bahwa keduanya hanya menyayanginya saat ia bisa memenuhi keinginan mereka saja.

Akibatnya, ia menjadi kurang kasih sayang dan tidak bisa mengembangkan dirinya sendiri secara apa adanya. Sebaiknya, apabila mencintai anak lebih baik tunjukkan saja secara ikhlas, karena hal ini memang sudah merupakan kewajiban ayah dan ibu memberikan kebutuhan emosional untuk buah hatinya.

4. Melakukan Kekerasan dan Bersikap Kasar

Melakukan kekerasan terhadap anak diatur dalam Pasal 80 Undang-Undang Dasar 1945 No. 23 Tahun 2002. Dalam aturan tersebut melakukan tindak kekerasan seperti penganiayaan dan ancaman pada si buah hati dikenakan denda kurungan minimal 6 bulan dengan maksimal 3 tahun, atau membayar denda sebesar 72 juta rupiah.

Tindak kekerasan dan sikap kasar secara verbal maupun non-verbal disertai ancaman akan membuat anak menjadi trauma hingga ia dewasa. Trauma masa kecil ini bisa mengganggu psikologisnya, bisa menyebabkan depresi dan hilang kepercayaan pada orang tuanya meskipun sudah tinggal jauh dari mereka.

Tak sedikit anak yang takut pulang ke rumahnya karena takut diberi kekerasan dan dihina habis-habisan oleh keluarga kandungnya sendiri. Padahal seharusnya, rumah adalah tempat ia pulang dan memperoleh kehangatan sebuah keluarga.

Bahkan dalam agama Islam pun Nabi Muhammad SAW melarang orang tua berkata kasar, termasuk menghina atau memanggil darah dagingnya dengan sebutan tidak pantas. Sebab ucapan tak baik tersebut bisa membuat seorang anak terluka hatinya.

Maka, tidak seharusnya orang tua bersikap durhaka pada darah dagingnya sendiri melalui tindak kekerasan dan sikap yang selalu kasar. Bagaimana pun juga, trauma yang sudah terlanjur ada padanya membutuhkan waktu penyembuhan luka batin lebih lama.

5. Mendoakan Keburukan pada Anak

Berdoa sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan setelah selesai beribadah. Akan tetapi, meski tak sedang beribadah pun, ucapan orang tua bisa menjadi doa bagi anaknya.

Terkadang, ayah dan ibu tidak menyadari mengucapkan kata yang buruk ketika anaknya tak sengaja melakukan kesalahan atau ketika bersikap tidak baik. Misalnya dengan mengatakan, “Bandel banget sih, mending jadi preman aja sekalian sana!”

Ucapan seperti itu bisa menjadi doa dan lebih mudah dikabulkan oleh Tuhan. Maka dari itu, sangat penting untuk ayah dan ibu menjaga lisannya agar perkataan buruk yang terucap tidak menjadi kenyataan dan bumerang bagi diri sendiri.

Mendoakan keburukan termasuk sikap durhaka orang tua terhadap anak. Maka saat sedang marah padanya, lebih baik menahan diri agar tidak mengucapkan doa buruk.

6. Tidak Memenuhi Tanggung Jawab kepada Anak

Seperti yang sudah diketahui bahwa orang tua memiliki tanggung jawab kepada anak dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, kasih sayang, sandang, pangan, dan papan. Apabila melanggarnya termasuk perbuatan durhaka.

Seorang anak merupakan titipan paling berharga dari Tuhan, sehingga sudah seharusnya ayah dan ibu menjaga serta merawatnya dengan penuh kasih juga mencukupi segala kebutuhannya agar tumbuh kembangnya menjadi baik. Tak hanya seputar materi saja, tetapi juga kebutuhan emosional seperti cinta dan kasih.

Memberikannya pendidikan juga wajib dilakukan agar ia lebih siap terjun ke masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya. Selain itu, juga harus bertanggung jawab memberikannya kesehatan agar ia dapat hidup dengan baik dan layak.

Tidak memenuhi tanggung jawab padanya sama saja dengan menelantarkannya. Sebab perilaku durhaka ini mengakibatkan si buah hati menjadi tak memiliki kehidupan layak untuk tumbuh dan berkembang.

Kewajiban seorang anak adalah berbakti kepada ayah dan ibunya. Akan tetapi orang tua pun tak boleh bersikap durhaka pada darah dagingnya sendiri seperti ciri-ciri yang sudah dijelaskan di atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *