Lompat ke konten

7 Cara Menghadapi Orang Tua Yang Pikun dan Keras Kepala

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

Cara Menghadapi Orang Tua yang Pikun dan Keras Kepala

Menghadapi orang tua yang sudah pikun tetapi keras kepala membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Sebab ketika sudah menua dan menjadi lansia, mereka kembali lagi menjadi seperti anak kecil.

Padahal, ketika dulu mereka masih muda dan kuat, selalu berusaha untuk memberikan apapun yang terbaik demi buah hatinya. Namun, ketika sudah menjadi lansia, tenaganya tidak sekuat dulu, rambutnya mulai memutih, wajahnya keriput, serta daya ingatnya perlahan menurun.

Tak hanya itu, berbagai masalah kesehatan juga menyerang orang tua usia lanjut. Salah satunya adalah demensia atau berkurangnya daya ingat. Demensia bisa menyerang siapa saja, termasuk ketika sudah berusia lanjut, maka dari itu lansia membutuhkan perhatian lebih.

Orang pikun bisa jadi susah dalam mengungkapkan topik bahasan, seringkali menceritakan hal yang sama secara berulang-ulang, serta seringkali kehilangan minat ataupun kegembiraan secara tiba-tiba. Tak hanya itu, penurunan daya ingat atau demensia dapat menyebabkannya menjadi keras kepala dan mudah menyalahkan orang lain, pada kasus parahnya membuat depresi bahkan sampai melukai diri sendiri karena mereka menyadari bahwa dirinya pikun.

Meskipun demensia atau penurunan daya ingat ini tidak bisa disembuhkan, Anda dapat menerapkan cara menghadapi orang tua yang pikun dan keras kepala melalui tips ini:

1. Dengarkan dengan Sabar tanpa Membantah

Ketika ayah maupun ibu sudah pikun atau mengalami demensia, biasanya mereka sangat sering berkomentar terhadap apa saja yang dilihatnya. Kesannya seperti cerewet, merasa lebih tahu akan banyak hal, bahkan merasa lebih unggul dari anaknya. Mungkin sikapnya terkadang membuat kesal.

Saat orang tua yang pikun banyak berkomentar terhadap banyak hal, lebih baik didengarkan saja. Jika kita terus menyangkal dan membantah terhadap sesuatu yang mereka katakan, justru akan memicu emosinya karena tak ingin disalahkan.

Apabila diperlukan, bertindaklah seolah-olah tidak mengetahui hal tersebut meskipun sudah tahu sebelumnya. Lansia daya ingatnya sudah menurun, akan sangat senang ketika orang lain mendengarkan ceritanya, hal ini membuat ia merasa sangat dihargai keberadaannya.

Perilaku senang berkomentar dan cerewet ini tanpa disadari, ketika masih kecil pun seorang anak suka mengomentari banyak hal. Akan tetapi, ayah dan ibu tetap mendengarkan dengan penuh kesabaran, tidak mencibir, apalagi membantah anaknya.

Tetap tunjukkan wujud bakti kepada orang tua meskipun ayah dan ibu telah menua. Tetaplah ingat setiap kebaikan dan jasa yang telah mereka berikan ketika kita masih kecil.  Maka dari itu, sudah seharusnya anak merawat orang tuanya dengan telaten ketika sudah lanjut usia karena kembali seperti anak kecil.

2. Berbicara dengan Sopan dan Tidak dengan Nada Tinggi

Sebagai wujud berbakti kepada orang tua, sudah seharusnya anak tidak boleh berbicara dengan nada tinggi, tetapi menggunakan nada sopan dan lembut. Daya ingat menurun ketika sudah menginjak lanjut usia, membuat mereka cenderung cerewet dan keras kepala, sehingga perlu kesabaran dan ketelatenan untuk merawatnya.

Ketika hal itu terjadi, selain tetap mendengarkan ucapannya, saat berbicara pun sebaiknya tetap dengan nada sopan. Jika berbicara dengan nada tinggi, tentu mereka merasa kecewa dan menganggap anaknya tidak benar-benar menyayanginya ataupun peduli kepadanya. Padahal tentu saja orang tua sangat berharap mendapatkan perhatian dari buah hatinya.

Perilaku seperti itu dapat menyakiti orang tua. Meskipun sudah pikun, perasaan kecewa tetap saja ada. Mungkin pendengarannya pun berkurang, kita boleh menaikkan volume suara tetapi hal ini berbeda dengan membentak.

Lansia bisa jadi kerap berkomentar dengan menggunakan kata kasar, tetapi sifat keras kepalanya tersebut membuatnya tak ingin disalahkan. Tetap hadapi dengan perasaan sabar, dan jangan membalasnya menggunakan kata kasar.

Membalasnya dengan kata kasar justru dapat menimbulkan masalah dan membuat orang tua semakin marah. Jika Anda tidak menyukai mereka berkomentar dengan kata kasar, sebaiknya ajak bicara dengan sopan.

3. Tetap Sabar Meski Harus Menjawab Pertanyaan secara Berulang-ulang

Orang tua ketika lanjut usia, selain mengalami demensia juga sering bercerita atau bertanya pertanyaan secara berulang-ulang. Bahkan kita mungkin bosan mendengarkannya dan sampai sudah hafal ketika mereka bercerita mengenai hal tersebut.

Orang tua yang pikun, memori ingatannya terganggu. Mereka seringkali lupa kalau sudah pernah menjelaskan hal tersebut. Meskipun kita bosan mendengarnya, sebaiknya tetap dengarkan dan jawab pertanyaan mereka dengan penuh kesabaran.

Terkadang mereka ketika sudah lansia bisa lupa terhadap anaknya sendiri, bukan karena sengaja melupakan tetapi akibat pikun saat sudah usia lanjut. Anda dapat menjelaskannya dengan sabar, meskipun kejadian ini tidak hanya akan terjadi satu kali.

Tetap bersikap sabar dan telaten dalam merawat mereka merupakan bentuk kasih sayang kepada orang tua yang telah merawat dan membesarkan kita sedari kecil hingga mampu menjalani kehidupan secara mandiri.

4. Rutin Mengajak Beraktivitas

Mengajak orang tua yang keras kepala dan pikun untuk melakukan aktivitas fisik ringan bisa membuat pikirannya menjadi rileks. Selain itu aktivitas fisik diperlukan agar tubuh tetap bergerak dan sehat.

Pada orang tua pikun dan keras kepala, mengajaknya melakukan rutin melakukan aktivitas ringan bisa membuatnya menyibukkan diri dan tidak memiliki waktu untuk marah-marah atau melamun.

Demensia atau pikun membuat lansia mengalami post power syndrome. Biasanya terjadi ketika pensiun, sehingga tidak memiliki banyak aktivitas atau kesibukan untuk dilakukan. Sindrom tersebut menyebabkannya mudah melamun dan sering marah karena bingung tidak bisa melakukan apapun dalam kondisinya yang semakin menua.

Aktivitas yang bisa dilakukan untuk menyibukkan diri lansia misalnya mengikuti majelis ta’lim, berkunjung ke rumah saudara atau tetangga maupun rekan kerja, bisa juga mengajaknya berjalan-jalan sore, serta melakukan rekreasi saat akhir pekan.

Usahakan agar aktivitas ringan ini tidak terlalu banyak duduk dan sebaiknya lebih banyak berdiri. Sebab jika terlalu banyak duduk menyebabkan punggung dan pantatnya menjadi mudah sakit.

5. Rutin Melakukan Olahraga Ringan

Olahraga bermanfaat untuk membuat tubuh menjadi segar dan bugar. Tidak hanya dilakukan bagi yang masih muda, lansia pun tetap membutuhkan olahraga ringan agar membuat tubuhnya sehat meskipun sudah berusia lanjut.

Pada lansia, rutin melakukan olahraga ringan membuat pikiran dan badan menjadi sehat, pikiran tidak mudah kosong, tidak perlu memikirkan hal rumit, serta mampu menyibukkan dirinya agar tidak cepat marah. Olahraga ringan yang bisa dilakukan, misalnya jalan pagi atau sore yang santai, senam bersama, maupun yoga.

Mengajaknya melakukan olahraga ringan yang rutin selama 30 menit setiap hari mampu mengurangi sakit di badan. Selain itu walaupun pikun, lansia tidak mudah mengalami sakit saat sudah menginjak usia senja.

6. Berikan Makanan yang Bisa Dimakan oleh Orang Tua

Memberikan makanan pada orang tua lanjut usia dan keras kepala bisa membantu menenangkan hati mereka. Apalagi ketika memakan makanan kesukaannya, hatinya akan senang dan meredakan rasa ingin marahnya.

Anda bisa menanyakan kepada mereka untuk memilih makanan apa yang diinginkan. Melibatkannya dalam proses memasak juga boleh dilakukan agar mereka memiliki aktivitas untuk menyibukkan diri agar tidak merasa kesepian.

Pastikan makanan atau masakan tersebut bisa dimakan oleh lansia. Misalnya makanan dengan tekstur lembut, tidak keras, dan hangat.

7. Lakukan Aktivitas Sosial di Luar Rumah

Mengajak orang tua lanjut usia dan sudah pikun untuk melakukan aktivitas sosial di luar rumah bisa membantunya untuk meredakan rasa kesepian dan kebingungan karena terbatas dalam melakukan kegiatan apapun. Rasa kesepian tersebut bisa memicu sifat keras kepalanya keluar, sehingga ketika terlalu banyak di rumah membuatnya sering berkomentar dengan cerewet.

Aktivitas sosial yang dapat dilakukan bersama misalnya berkunjung ke tetangga sekitar, kerabat dekat, maupun ke rumah rekan kerja. Melakukan hal ini membuat hatinya senang karena bisa bernostalgia bersama. Selain itu, ia pun bisa melupakan rasa ingin berkomentar karena sudah bisa membuat dirinya sibuk dengan bersenang-senang bersama orang lain di luar.

Orang tua yang sudah berusia lanjut suasana hatinya mudah berubah secara drastis dan mudah bosan. Maka dari itu, sering mengajaknya beraktivitas di luar rumah dan bertemu banyak orang akan membuat moodnya lebih membaik.

Dalam menghadapi orang tua yang sudah pikun dan keras kepala seperti anak kecil, dapat menggunakan ketujuh cara tersebut. Selalu tanamkan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat mereka, sebagai upaya berbakti kepada orang tua yang sedari kecil sudah merawat kita dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.

2 tanggapan pada “7 Cara Menghadapi Orang Tua Yang Pikun dan Keras Kepala”

  1. Terimakasih atas tip 7 cara menghadapi orangtua pikun keras kepala….saya akan coba 7 cara ini di rumah saya kebetulan ada orang tua yang seperti ini kasusnya.

    Sekali lagi Terimakasih tip nya
    Salam
    Dwi Utomo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *