Lompat ke konten

7 Cara Menghadapi Orang Tua Yang Selalu Merasa Benar Dengan Bijak

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

Cara Menghadapi Orang Tua yang Selalu Benar dengan Bijak

Menghadapi orang tua yang selalu merasa benar memanglah bukan suatu hal mudah untuk dilakukan. Mereka biasanya tak ingin diberi masukan, apalagi hanya untuk sekedar berdiskusi dan mendengarkan.

Padahal, seharusnya hubungan orang tua dengan anak bisa berlangsung secara harmonis. Akan tetapi, terkadang sifat egois dan merasa selalu benar orang tua justru gagal dalam membangun keluarga benar-benar harmonis tersebut.

Sebenarnya, sifat orang tua yang selalu merasa dirinya benar sudah biasa terjadi dalam keluarga. Tetapi yang membuatnya runyam adalah ketika susah mengajaknya berkomunikasi untuk menjelaskan suatu hal secara lebih detail karena enggan untuk mendengarkan.

Anak seringkali lelah dan kebanyakan memilih terus membantah karena ia pun pasti muak karena selalu disalahkan. Hal ini karena tak semua anak bisa menerima sifat ayah dan ibunya seperti itu, bahkan jika ia dalam kondisi sedang tidak baik, tentu saja perilaku seperti itu justru dapat merusak kondisi mentalnya.

Maka dari itu, sebagai anak perlu mengetahui cara menghadapi orang tua yang selalu merasa benar dengan bijak seperti ulasan di bawah ini:

1. Berkomunikasi Secara Terbuka

Siapapun pasti menginginkan untuk hidup dalam keluarga harmonis dan bisa memahami satu sama lainnya. Komunikasi adalah kunci penting dalam sebuah hubungan keluarga harmonis.

Membaca pikiran manusia lain bukanlah suatu hal mudah, terutama membaca isi pikiran ayah dan ibu sendiri. Seorang anak kandung pun belum tentu mengetahuinya, maupun sebaliknya orang tua juga tak mengerti jika buah hatinya sendiri tak mengatakan apapun atau hanya diam saja.

Pentingnya mengkomunikasikan isi pikiran secara terbuka perlu dilakukan ketika seorang anak disalahkan oleh orang tuanya. Sebab bisa jadi hal ini terjadi akibat salahnya menerima dan memberi informasi pada masing-masing pihak.

Sebaiknya, hal ini dikomunikasikan bersama ayah dan ibu saat pikiran masing-masing pihak sedang dingin agar tak memicu emosi. Bicarakan secara baik dan dengan kalimat yang mudah dimengerti.

Bahkan meskipun orang tua mengatakan ucapan yang menyakiti hati anak sebaiknya tetap bersikap tenang dalam menyikapinya.

Saat berkomunikasi dengan keduanya, jangan menyela setiap penjelasan yang diberikan. Lebih baik diam dan mendengarkan agar lebih memahami apa yang mereka inginkan. Anda berhak menyanggah dengan ucapan baik dan logis saat ayah atau ibu selesai menjelaskan, apabila memang tidak merasa melakukan kesalahan.

2. Berbicara dengan Sopan dan Intonasi yang Tepat

Dalam kehidupan sehari-hari, berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban seorang anak. Salah satu bentuk bakti ini adalah dengan tidak berkata kasar atau bernada tinggi kepada ayah dan ibu.

Saat orang tua terus-menerus menyalahkan anak, dan mereka merasa selalu benar sampai tak ingin menerima penjelasan apapun, sebaiknya tetap diam dan tak melawan sama sekali. Memberikan perlawanan ketika masing-masing pihak masih dalam amarah justru tidak ada baiknya sama sekali.

Ayah dan ibu bukanlah manusia sempurna, mereka pun pasti memiliki kesalahan. Meskipun selalu mencari celah untuk menyalahkan buah hatinya, pasti keduanya pun memiliki alasan tersendiri kenapa tak ingin disalahkan.

Ketika hal ini terjadi, ajak keduanya untuk bicara saat pikiran mereka sedang dingin. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kata yang sopan dan tidak bernada tinggi.

Anda dapat bertanya kepada keduanya mengenai apa yang diinginkan secara baik-baik agar mereka juga tidak tersulut emosi lagi. Sebab, intonasi atau nada ini akan sangat berpengaruh pada kelangsungan komunikasi.

Apabila berbicara dengan nada tinggi pada orang tua yang selalu merasa benar, mereka akan menganggap Anda sedang marah dan melawan. Hargailah mereka sebagai orang yang sudah membesarkan dan menopang kehidupan Anda sebagai anak.

Menyampaikan pendapat secara sopan, dapat membuka pikiran dan hati mereka untuk berbicara mengenai alasannya. Sehingga, permasalahan akan menemukan titik pencerahan.

3. Pahami Maksud atau Alasan Orang Tua

Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya dalam segala hal. Akan tetapi, sebagian dari mereka menggunakan cara yang salah dalam mendidik buah hatinya. Misalnya saja ketika anaknya salah justru dibentak, terus disalahkan, lalu dihukum.

Apabila si buah hati mencari pembenaran sebagai bentuk pembelaan diri, ayah atau ibu tak ingin mendengarkan dan malah menyudutkannya sambil mencari celah kesalahan. Pada akhirnya, orang tua seperti itu merasa selalu benar, tentu saja hal ini bisa membuat anaknya merasa sangat tertekan dan tak bisa bebas mengutarakan pendapat.

Ketika ayah dan ibu merasa selalu benar dan sering menyalahkan anaknya, ketahuilah bahwa sebenarnya keduanya memiliki maksud atau alasan tersendiri. Mereka selalu ingin anaknya melakukan hal terbaik agar berguna demi masa depan nantinya.

Memang benar maksud keduanya ini adalah hal positif, yang salah adalah cara mengkomunikasikannya kepada buah hatinya. Anda dapat menghadapinya secara bijak dengan cara memandang maksud ayah dan ibu dari berbagai sudut pandang positif.

Ayah dan ibu pun sebenarnya tak pernah ada maksud untuk menjerumuskan anaknya pada keburukan, oleh karena itu sebaiknya Anda juga perlu memahami maksud mereka ketika merasa selalu benar atau sangat bersikeras dalam memegang kata-katanya tersebut. Alasannya tak lain tak tak bukan adalah demi kebaikan anaknya.

4. Bersikap Tegas

Sikap tegas tidak hanya boleh dimiliki oleh orang tua, anak pun berhak memiliki ketegasan juga. Sikap ini sangat penting agar setiap individu memiliki pendirian yang tak goyah saat menghadapi apapun.

Saat orang tua yang selalu merasa benar terus menyalahkan Anda, cobalah bersikap tegas padanya. Bersikap tegas bukan berarti Anda boleh membentak mereka atau berbicara dengan nada tinggi, tetapi maksudnya adalah bicara dengan baik mengenai pembelaan diri Anda.

Saat mereka terus menyalahkan, sudah sepatutnya Anda membela diri dengan tegas agar tak terus-menerus disalahkan. Tetapi setelah itu, jangan menaruh dendam kepadanya karena semakin tak akan menyelesaikan masalah.

Jika Anda pun konsisten bersikap tegas untuk membela diri ketika menghadapi orang tua yang selalu benar, lambat laun mereka akan mengerti bahwa mereka tak seharusnya memperlakukan buah hatinya sampai seperti itu.

Sebab bagaimanapun juga, anak dan orang tua bukanlah manusia sempurna. Masing-masing memiliki kekurangan, sehingga sudah seharusnya tak selalu merasa benar dan sebaiknya melakukan introspeksi diri.

5. Membuat Suatu Kesepakatan Bersama

Dalam mewujudkan keinginan, persetujuan dari ayah dan ibu adalah hal penting. Sehingga, dalam melakukan apapun meminta restu kepada orang tua sebaiknya dilakukan agar segala hal yang ingin dicapai dapat dilancarkan.

Apabila Anda menginginkan sesuatu yang ingin diwujudkan, tetapi ayah dan ibu malah melarangnya. Apalagi sampai berdebat hingga mereka pun mengajukan argumen dengan merasa selalu benar, sebaiknya diam terlebih dahulu hingga mereka selesai bicara.

Jelaskan pada keduanya tentang apa yang Anda inginkan beserta konsekuensinya yang akan Anda terima ketika melakukan hal tersebut. Jelaskan dengan tegas dan tidak menggunakan nada tinggi agar mereka dapat memahami maksud Anda.

Sebagai seorang anak, tentu Anda pun harus bisa berkembang dan keluar dari cangkang agar bisa menghadapi pengalaman baru di kemudian hari. Anda pun berhak memilih jalan hidup sendiri tanpa diatur oleh orang tua.

Sampaikan kepada ayah dan ibu bahwa Anda ingin mendapatkan masukan baik, bukan aturan kaku dan tak bisa dibantah, apalagi jika aturan tersebut sama sekali tak memberikan solusi.

6. Jangan Menuding Mereka Sebagai Orang Egois dan Keras Kepala

Orang tua yang selalu merasa benar memang terkesan seperti manusia egois dan keras kepala. Sikap ini juga termasuk dalam kepribadian narsistik.

Maka dari itu, ketika ayah dan ibu terus-terusan merasa benar dan suka menyalahkan anaknya, sebaiknya jangan pernah menuding mereka sebagai orang egois dan keras kepala secara terang-terangan. Hal ini justru semakin menyulut api dan tidak akan bisa menyelesaikan masalah.

Adanya perbedaan pendapat antara orang tua dengan anak adalah hal wajar. Tetapi, daripada menuding mereka sebagai manusia egois dan keras kepala, lebih baik mengkomunikasikan apa yang Anda rasakan dengan baik-baik kepada mereka.

Tentu saja setiap orang tua memiliki alasan mengapa mereka merasa selalu benar dan memegang prinsipnya tersebut. Alasannya adalah demi kebaikan buah hatinya. 

7. Bersikap Sabar dan Turuti Kemauannya

Cara terakhir dalam menghadapi karakter orang tua yang selalu merasa benar adalah bersikap sabar dan turuti kemauannya. Cara ini dapat dilakukan ketika Anda memang sudah tak bisa lagi mengelak dan tak menemukan alasan mengapa harus menolak.

Bersikap sabar dan menuruti kemauan mereka tidak ada salahnya, sebab bagaimana pun juga pasti mereka ingin yang terbaik demi buah hatinya. Tetapi ketika Anda merasa tak ingin terus-terusan disalahkan, hadapi dengan tegas sambil memberikan alasan logis tanpa perlu berbicara dengan nada tinggi.

Menuruti kemauan keduanya juga merupakan bentuk berbakti kepada orang tua. Sehingga, cobalah dahulu melakukan apa yang mereka mau berdasarkan versi terbaik Anda dan jangan memandang mereka dengan pikiran negatif terus-menerus.

Cara menghadapi orang tua yang selalu merasa benar dengan bijak kuncinya adalah komunikasi. Melalui komunikasi yang baik, ayah dan ibu pasti akan berusaha mengerti dan mengintrospeksi diri agar bisa memahami apa yang buah hatinya butuhkan.

2 tanggapan pada “7 Cara Menghadapi Orang Tua Yang Selalu Merasa Benar Dengan Bijak”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *