Lompat ke konten

5 Cara Menghadapi Orang Tua Yang Gemar Berhutang

Menghadapi Orang Tua yang Gemar Berhutang

Orang tua yang gemar berhutang merupakan beban bagi anaknya. Cara menghadapinya bukan perkara mudah, sebab terbiasa berhutang seringkali membuat mereka menyepelekan kemudian kesusahan dalam membayarnya.

Dalam Islam, hutang yang tidak lunas dibayar di dunia, akan ditagih ketika di akhirat dengan hukuman. Bagaimanapun juga kebiasaan untuk berhutang harus dihentikan, meskipun hal ini tidak mudah apalagi untuk orang tua.

Orang tua gemar meminjam uang mungkin karena kendala dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, ada juga yang suka meminjam uang hanya demi memenuhi keinginan dan gengsi.

Sebagai seorang anak, berhak untuk memberikan nasihat dan pencerahan agar menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Terbiasa berhutang tapi tidak mampu membayarnya hingga lunas, bisa berpengaruh bagi psikologis anak walaupun ia sudah dewasa dan menikah.

Tak hanya itu, utang-piutang juga bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga apabila tidak memahami bagaimana cara dalam menyikapinya. Hal yang dikhawatirkan oleh anak dalam menghadapinya adalah ia takut dicap menggurui dan sok tahu oleh orang tuanya.

Maka dari, itu gunakan cara ini untuk menghadapi orang tua yang gemar berhutang:

1. Mengajak Orang Tua Berdiskusi Mengenai Hutangnya

Cara menghadapi orang tua yang gemar berhutang, bisa dengan langsung mengajaknya berdiskusi soal alasan meminjam uang kepada orang lain. Kedengarannya hal ini susah untuk dilakukan, tetapi demi menghentikan kebiasaan berhutang, Anda sebagai anak dan keluarga patut untuk bertanya.

Berdiskusi mengenai hutang orang tua sangat penting demi menghindari ucapan yang menyakitkan sekaligus membebani anak, misalnya “Nanti kan kalau kami sudah tiada, kamu wajib membayar hutang kami, kan”. Ucapan seperti itu jelas menyakiti hati anak karena secara tidak langsung ia merasa terbebani dan ikut terkekang akibat hutang orang tuanya saat mereka sudah tiada nanti.

Memang benar bahwa wujud berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal salah satunya dengan melunasi seluruh hutangnya selama masih hidup. Tetapi, melunasi utang-piutang sebaiknya dilakukan sebelum meninggal agar tidak membebani buah hatinya sendiri.

Demi menghindari seperti ini, diskusikan dengan baik bersama ayah dan ibu mengenai hutangnya. Tanyakan kepada mereka alasan meminjam uang dan juga kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi sampai rela melakukan pinjaman. Transparansi dalam keuangan keluarga sangat penting, sehingga masing-masing bisa saling terbuka dan dapat memecahkan permasalahan bersama.

Anda dapat mengajak ayah dan ibu berdiskusi untuk mengatur keuangan rumah tangga. Melalui cara ini, mereka menjadi lebih mengerti berapa pemasukan dan pengeluaran setiap bulan, sehingga mencegah terjadinya risiko pembengkakan dana dalam rumah tangga.

2. Menawarkan Bantuan Tidak dalam Bentuk Uang

Terbiasa berhutang tetapi belum bisa melunasinya, membuat orang lain menjadi tidak percaya dalam meminjamkan uang lagi. Sehingga, pada orang tua yang gemar berhutang bisa jadi mulai meminta uang pada anaknya. Padahal, bagaimanapun juga meski meminjam kepada buah hatinya sendiri, tetap saja harus dibayarkan atau diganti dengan lunas.

Ketika ayah atau ibu ingin berhutang, sebaiknya tanyakan padanya dipergunakan untuk apa uang tersebut. Jika mereka mengatakan bahwa uang pinjaman digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari atau membeli barang kebutuhan adik, maka Anda dapat memberikannya dalam wujud barang, bukan dalam bentuk tunai.

Hal ini berguna untuk menghindari apabila ayah atau ibu berbohong mengenai uang yang dipinjam. Sebab, sebagian orang meminjam kepada keluarganya sendiri hanya demi memenuhi keinginan dan gengsi semata.

Memberikan dalam bentuk barang akan lebih realistis, sehingga uang yang dipinjam menjadi bermanfaat. Apabila orang tua menolak ketika Anda membelanjakannya dalam bentuk barang, maka hal ini perlu ditanyakan alasannya kepada mereka.

Kembali pada cara pertama, bahwa transparansi dalam utang-piutang itu penting agar saling tahu ke mana uang tersebut digunakan. Anda berhak menolak memberikan pinjaman apabila orang tua tetap memaksa bukan dalam bentuk barang.

3. Berkata bahwa sedang Banyak Kebutuhan untuk Dipenuhi

Setiap orang memiliki kebutuhannya tersendiri untuk dipenuhi supaya tidak mengganggu kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, mungkin bagi sebagian orang tidak bisa mencukupi kebutuhannya karena kekurangan dana.

Anda berhak menolak meminjamkan uang kepada orang tua, tentu harus secara halus dan menggunakan alasan logis. Anda bisa mengatakan kepada mereka bahwa saat ini masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga belum bisa meminjamkan uang.

Melalui cara tersebut, mungkin ayah atau ibu akan bisa mengerti situasinya. Selain itu, dengan menjelaskan kepada mereka bahwa masih banyak pengeluaran, perlahan menghentikan kebiasaan untuk berhutang, terutama pada keluarganya sendiri.

Namun, jika orang tua memaksa untuk meminjam uang pada Anda, sebaiknya lakukan diskusi secara terbuka dahulu. Apabila sudah berkeluarga, diskusikan bersama suami/istri agar bisa dibantu untuk menjelaskan kepada ayah atau ibu.

Jika masih melajang, lebih baik jelaskan mengenai rincian kebutuhan Anda dan pemasukan yang ada masih fokus digunakan untuk membeli kebutuhan pangan sehari-hari. Gunakan raut muka yang memelas agar mereka memahami agar anaknya tak merasa semakin dibebani.

4. Memberikan Bantuan Seikhlasnya

Tidak semua orang memiliki dana lebih untuk dipinjamkan kepada orang lain, meskipun orang tersebut sangat membutuhkannya. Prioritas kebutuhan utama demi kelangsungan hidup sehari-hari adalah yang paling penting, sehingga sebaiknya apabila tidak memiliki uang lebih tidak perlu meminjamkannya kepada siapapun.

Meskipun begitu tidak semua orang terutama anak, bisa selalu memberikan uang lebih kepada orang tuanya. Atau mungkin ayah atau ibu sendiri yang seringkali langsung meminta pinjaman kepada Anda sebagai buah hatinya.

Apabila Anda merasa tidak ingin meminjamkannya, terutama jika mengingat mereka banyak berhutang kepada orang lain selain Anda sendiri, tetaplah tegaskan kepada diri sendiri jika tidak ingin meminjamkan uang. Sebab permasalahan yang timbul karena hutang dalam keluarga, bisa menyebabkan perpecahan cukup fatal.

Jika sudah berkeluarga, sebaiknya diskusikan hal ini kepada suami/istri. Tetapi jika masih melajang, cobalah menanamkan ketegasan pada diri sendiri untuk tidak terlalu menuruti keinginan mereka berhutang, supaya hutangnya tidak menumpuk dan disepelekan.

Mungkin sebagai anak, Anda tidak tega ketika melihat orang tua sering meminjam uang, terutama pada keluarga dan tetangga. Maka dari itu, berikan saja sejumlah uang seikhlasnya yang Anda mampu untuk berikan, artinya jika uang tersebut tidak dikembalikan, tidak ada penyesalan sama sekali dan tidak perlu ditagih.

5. Berdiskusi dengan Anggota Keluarga Besar untuk Memecahkan Permasalahan Utang-Piutang

Permasalahan utang-piutang bukan perkara sepele karena sewaktu-waktu bisa menyebabkan perpecahan dalam keluarga sendiri. Mungkin awalnya hanya meminjam sedikit, tetapi lambat laun terbiasa berhutang dan menumpuk akibat belum dibayarkan.

Maka dari itu, jika Anda sudah menyerah untuk mengatasinya sendiri atau bersama suami/istri, sebaiknya diskusikan permasalahan ini kepada anggota keluarga besar. Jelaskan permasalahannya secara rinci dan nominal uang yang belum terbayarkan.

Berdiskusi dengan keluarga besar adalah jalan terbaik karena mereka pasti berani untuk menegur kebiasaan buruk orang tua Anda yang gemar berhutang, sebab mungkin ayah atau ibu lebih bisa mendengarkan masukan maupun saran dari saudaranya, bukan yang jauh lebih muda seperti anak sendiri.

Tak hanya itu, memecahkan permasalahan utang-piutang ketika sudah terlalu sering sampai jumlahnya menumpuk, sebaiknya diselesaikan permasalahannya secara bersama. Mungkin keluarga besar juga turut membantu dalam pelunasannya.

Jadi, begitulah cara menghadapi orang tua yang gemar berhutang. Selalu lakukan transparansi keuangan dan saling terbuka terhadap keluarga. Sebab, utang-piutang merupakan salah satu permasalahan sekaligus bom waktu yang bisa menghancurkan hubungan keluarga jika tidak segera dilunasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *