Lompat ke konten

7 Cara Agar Anak Tidak Benci Orang Tua Saat Dewasa

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

Cara Agar Anak Tidak Benci Orang Tua Saat Dewasa

Anak membenci orang tuanya saat dewasa bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal, misalnya broken home, terlalu dituntut, atau mungkin karena  kurangnya kasih sayang. Ketika membenci orang tuanya, anak biasanya hanya akan diam saja tetapi hubungan renggang, atau bahkan bisa jadi sering marah dan membentak.

Orang tua tentu bertanya-tanya mengapa si buah hati bisa membencinya sampai seperti itu. Bagaimana pun juga adanya hal seperti ini justru membuat hubungan antar anggota keluarga menjadi renggang dan tidak percaya satu sama lain.

Terutama pada anak broken home ketika sudah beranjak remaja, ia tentu sudah bisa lebih memahami situasi daripada saat masih kecil, sehingga bisa memicu perasaan benci terhadap ayah dan ibunya. Tak jarang ia pun lebih sering menyendiri dan susah mempercayai siapapun.

Maka dari itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anak tidak membenci orang tuanya saat dewasa nanti. Simak ulasan berikut ini:

1. Tidak Terlalu Berekspektasi Antara Orang Tua dengan Anak Maupun Sebaliknya

Memberi batasan agar tidak terlalu berekspektasi pada orang tua memang diperlukan. Setiap individu tentu memiliki batasan, baik dalam privasi maupun berperilaku.

Adanya batasan bagi masing-masing anggota keluarga ini juga bisa mengurangi ekspektasi berlebihan antara anak kepada orang tua dan sebaliknya. Sebab, ekspektasi yang terlalu tinggi dapat menjadi beban yang menimbulkan banyak pikiran.

Orang tua harus memberikan privasi kepada anaknya sekaligus hindari untuk terlalu menuntutnya, terutama dalam pengembangan minat dan bakat, juga pendidikan lanjutan. Anak tentu memiliki hak untuk memilih apa yang ia inginkan.

Meskipun mungkin tidak sesuai dengan keinginan ayah dan ibu, lebih baik membicarakannya baik-baik saat semua pikiran sedang dalam keadaan santai. 

Begitupun anak, jangan terlalu berekspektasi kepada orang tua untuk menuruti segala keinginan. Sebab, setiap orang tua pun memiliki kepribadian berbeda-beda, maka itulah pentingnya melatih kemandirian sejak dini agar nantinya saat dewasa tidak terlalu bergantung dan juga mampu mengurus diri sendiri dengan baik.

Selain itu, perlu memberi batasan dengan cara hindari terlalu mengusik privasi si buah hati, sebab saat ia mulai beranjak remaja, pasti ada namanya masa puber. Jadi, biarkan saja ia menikmati masa pubernya, yang terpenting tetap awasi agar tidak melampaui batas kewajaran seperti pergaulan bebas, narkoba, dan sejenisnya.

2. Tidak Bertindak atau Mengambil Keputusan Saat Emosi Masih Belum Stabil

Perdebatan antara orang tua dengan anak memang kerap kali terjadi. Bahkan anak pun membenci hal ini sampai sembarang bertindak dan mengambil keputusan sepihak.

Bertindak atau mengambil keputusan saat emosi masih belum stabil dapat berakibat fatal. Saat emosi tidak stabil biasanya hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam pikiran saja tanpa pertimbangan apapun, sehingga melakukan hal ini tentu saja tidak akan menyelesaikan masalah apapun.

Saat sedang berdebat dengan orang tua, cukup dengarkan saja. Jika perintah tersebut tidak baik dilakukan, maka tidak perlu melakukannya apalagi membantah mereka.

Ketika sedang dalam situasi tersebut, lebih baik tenangkan diri terlebih dahulu dan menahan diri untuk tidak bertindak atau mengambil keputusan secara sepihak. Lihatlah berdasarkan pandangan berbeda agar memahami maksud dari masing-masing pihak.

Mungkin ayah dan ibu hanya ingin yang terbaik bagi anaknya, hanya saja salah penyampaian sampai menimbulkan perdebatan dengan si buah hati. Lalu, ketika semuanya sudah selesai, berhentilah menganggap bahwa mereka adalah orang tua terburuk hanya karena emosi sesaat.

3. Introspeksi Diri dan Berusaha Terus Memperbaiki Diri

Introspeksi sebenarnya sangat dibutuhkan, baik bagi orang tua maupun anaknya. Apalagi ketika si buah hati sudah bisa melawan dan mengatakan bahwa ia membenci ayah dan ibunya.

Berarti jika ia melakukan hal tersebut, ada yang salah dengan perilaku orang tuanya atau mungkin dari sisi pandang anak itu sendiri. Sebab ia tak mungkin membenci tanpa alasan jelas.

Saat si buah hati membenci ayah dan ibunya, lebih baik dengarkan ia bicara mengapa sampai seperti itu. Jangan langsung menyalahkannya ketika sedang berbicara agar tidak membuatnya semakin muncul rasa benci.

Anak pasti butuh untuk didengarkan tanpa dinilai secara sepihak oleh ayah dan ibunya. Maka dari itu, setelah ia mengatakan alasannya benci pada orang tua, hendaknya ayah dan ibu segera introspeksi diri.

Selain itu, meminta maaf padanya juga penting. Jangan melulu menyuruh anak yang meminta maaf terlebih dahulu, sebab orang tua pun pasti memiliki kesalahan, lalu turunkan gengsi untuk meminta maaf secara tulus agar tidak dibenci si buah hati.

Meminta maaf ini juga perlu terutama jika orang tua mengatakan hal yang menyakiti hati anak. Tanpa meminta maaf secara tulus, hal ini dapat menimbulkan luka di hatinya hingga ia dewasa nanti.

4. Ingat Kejadian Menyenangkan yang Telah Dilalui

Mungkin sebagian keluarga memiliki kondisi tidak harmonis. Bahkan hanya sedikit kejadian manis yang pernah dilalui di masa lalu.

Saat bertengkar atau melihat orang tua bertengkar, berusaha lah untuk mengendalikan emosi agar tidak ikut terbawa hingga melakukan pelampiasan. Lalu cobalah menenangkan diri sembari mengingat hal baik tentang ayah dan ibu, atau momen yang pernah dilalui bersama.

Mengingat orang tua dengan kenangan dan sifat baiknya, akan sedikit membantu mengurangi perasaan benci kepada mereka. Sebaliknya, mengingat memori buruk hanya akan menambah beban pikiran yang memicu stres berkepanjangan.

Memang benar bahwa tidak semua orang tua adalah pribadi yang sempurna. Oleh karena itu, pasti dibalik keburukannya tentu ada hal baik yang bisa dilihat sekaligus dirasakan.

5. Berusaha Memenuhi Kebutuhan Emosional Tanpa Mengandalkan Orang Tua

Cara lainnya agar tidak membenci orang tua adalah dengan tidak menggantungkan kebutuhan emosional kepada mereka. Perlu diketahui bahwa tidak semua orang tua bisa memenuhi kebutuhan emosional anaknya.

Kebutuhan emosional ini meliputi cinta, kasih sayang, dan selalu ada saat si buah hati membutuhkan. Mungkin sebagian ayah dan ibu memiliki kesibukan sampai lupa memperhatikan buah hatinya.

Hal ini lah yang membuat anak menjadi kekurangan kasih sayang dan terus membenci orang tuanya karena tak pernah selalu ada saat ia sedang sedih atau membutuhkan. Maka dari itu, lebih baik belajarlah untuk tidak terlalu bergantung pada orang tua, mungkin dengan mencari dukungan emosional dari luar keluarga bisa membantu. Misalnya dari teman-teman yang memiliki ketulusan atau mencari kegiatan menyenangkan untuk menenangkan diri.

6. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri

Berhenti menyalahkan diri sendiri dan tidak membenci orang tua saat dewasa juga penting dilakukan. Perlu dipahami bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah kesalahan Anda sebagai anak.

Membenci orang tua hanya akan menyakiti diri sendiri. Oleh karena itu cobalah untuk berdamai dengan keadaan dan luapkan segala emosi yang masih menyangkut dalam hati juga pikiran.

Sebab bagaimanapun, ayah dan ibu juga merupakan sosok yang membuat anak terlahir ke dunia. Tak mungkin ia dilahirkan tanpa suatu alasan, sehingga berhentilah menyalahkan diri sendiri.

7. Beranikan Diri untuk Lebih Terbuka pada Orang Tua

Adanya rasa benci anak terhadap ayah dan ibunya bisa juga disebabkan karena kurangnya komunikasi, sehingga sering memunculkan kesalah pahaman. Atau mungkin si buah hati saat berbicara tidak pernah didengarkan.

Mungkin anak merasa enggan bercerita kepada ayah atau ibunya karena ia tidak percaya dengan mereka. Maka dari itu, cobalah untuk lebih terbuka kepada orang tua akan membantu mengurangi kebencian pada mereka.

Selain itu orang tua pun tak boleh seenaknya menyela ketika si buah hati sedang bercerita. Biarkan ia bercerita sampai lega, dan berikanlah tanggapan yang tidak menyudutkannya agar ia merasa nyaman dan percaya pada orang tuanya.

Itulah 7 cara agar anak tidak benci orang tuanya saat dewasa, baik dari segi pandangan orang tua maupun anak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *