Lompat ke konten

Fatherless dan Dampaknya Untuk Anak

dampak fatherless

Beberapa bulan lalu, media sosial di Indonesia sempat digemparkan dengan adanya klaim bahwa Indonesia merupakan salah satu top 10 fatherless country rank. Meskipun menurut Kumparan klaim ini tidak didukung dengan data-data yang dibutuhkan, namun banyak netizen di media sosial yang menyatakan sepakat. 

Pengertian Fatherless

Fatherless adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketiadaan peran seorang ayah dalam kehidupan anak. Ketiadaan ini tidak hanya berarti bahwa ayah anak tersebut telah meninggal atau bercerai dengan ibunya, tetapi juga ayah yang ada dan hidup secara fisik namun hanya meluangkan sedikit waktu untuk anaknya. Istilah lain dari fatherless adalah daddy issues

Meskipun data dan penelitian mengenai peringkat fatherlessness di dunia dan di Indonesia masih perlu dikaji lebih lanjut, namun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2015 pernah melakukan penelitian yang menggunakan data dari 2,400 responden di seluruh Indonesia. 

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa 89,9% ibu terlibat dalam pengasuhan anak dalam tahap awal, sementara ayah hanya 69,9%. Ibu juga lebih sering memulai percakapan untuk mendiskusikan berbagai topik dengan anak dibandingkan dengan ayah. Data dari penelitian tersebut menyebutkan bahwa rasio ibu memulai percakapan berkisar antara 77,8% hingga 84,1% bergantung dengan jenis topiknya. Adapun rasio ayah memulai percakapan dulu berkisar antara 68,1% hingga 74,5%. 

Perlu diingat bahwasanya adanya masalah fatherless ini bukan berarti keberadaan ibu tunggal tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya hingga dewasa. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwasanya sikap ayah yang lebih tegas, berani mengambil risiko dan keputusan dan melindungi keluarganya tetap dibutuhkan dalam keluarga manapun.

Penyebab Fatherless

Fatherless atau daddy issues adalah sebuah masalah demografis yang kompleks. Meskipun tampak sederhana, namun masalah ini bisa disebabkan oleh satu atau gabungan dari beberapa penyebab berikut:

1. Perceraian orang tua

Perceraian orang tua bisa menjadi penyebab seorang anak menjadi tidak memiliki sosok ayah dalam hidupnya karena umumnya anak yang belum bisa memilih antara ayah dan ibu yang bercerai akan memilih untuk ikut ibunya. 

Hal ini tidak akan menjadi masalah jika komunikasi antara ayah dan ibu masih terjalin dengan baik. Masalah muncul apabila keduanya memutuskan hubungan dengan tidak baik, sehingga anak tidak bisa menemui ayahnya dan ayah juga kesulitan menemui anaknya. 

2. Ayah meninggal

Faktor lain yang bisa menyebabkan seorang anak menjadi fatherless adalah ayah yang sudah tiada (yatim). Seringkali ditemukan anak yatim tidak memiliki ayah angkat karena ibunya memutuskan untuk menjadi ibu mandiri dan tulang punggung keluarga. 

Ketiadaan sosok ayah karena hal ini tidak menjadi masalah selama si kecil masih memiliki sosok “father figure” entah itu dari kakeknya atau dari pamannya. Permasalahan bisa terjadi ketika dia tidak memiliki sosok father figure sama sekali dalam hidupnya. 

3. Tuntutan pekerjaan ayah

Ayah bisa jadi hidup dan tidak bercerai dengan ibu, namun anak masih bisa mengalami fenomena fatherless ketika sosok ayah tidak “hadir” dalam hidupnya secara psikologis. Misalnya, karena ayah adalah seorang pelayar yang jarang pulang, maka anak jarang bertemu dengan ayahnya secara langsung. Contoh lainnya, ayah adalah pekerja kantoran yang pulang larut malam dan tidak sempat berkomunikasi dengan anaknya. 

4. Budaya

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya budaya patriarki mengakar kuat di Indonesia. Dalam budaya ini ayah bertugas mencari nafkah, sementara ibu bertugas mengurus anak dan pekerjaan domestik lain. Penerapan budaya patriarki yang terlalu kuat, bisa membuat ayah hanya fokus bekerja saja dan hanya sedikit berinteraksi dengan anaknya meskipun pada dasarnya dia memiliki waktu yang cukup. 

5. Pergaulan bebas

Di Amerika Serikat, pergaulan bebas juga menyebabkan seorang anak kehilangan sosok ayah.  Dilansir dari America First Policy, 40% anak-anak di negeri Paman Sam tersebut lahir dari ibu yang belum menikah. Bisa jadi ketika melahirkan, ibu-ibu tersebut ditemani oleh pasangannya. Namun karena kurangnya komitmen, potensi pasangan tersebut untuk berpisah dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan tingkat perceraian suami istri. 

Meskipun penyebab terakhir ini boleh dibilang tabu di Indonesia, akan tetapi hal ini perlu ditekankan. Sebab, korban utama dari hubungan intim dengan pasangan yang belum sah adalah anak. 

Dampak Fatherless

Penelitian mengenai dampak ketiadaan sosok ayah ini di Indonesia memang masih jarang. Namun menurut beberapa penelitian di luar negeri, hal ini bisa berdampak pada:

 1. Anak menjadi rendah diri

Ayah adalah contoh bagi anak mengenai cara menjadi seseorang yang mampu menentukan keputusan secara tegas dan percaya diri. Oleh sebab itu, ketiadaan sosok ayah dalam hidup seorang anak bisa membuat anak tersebut menjadi individu yang rendah diri dan susah untuk menentukan keputusan. 

2. Emosi anak tidak stabil

Bagi anak, orang tua adalah seluruh dunianya. Maka dari itu, ketika salah satu dari orang tuanya terus menerus meninggalkannya dengan tanpa ada janji kembali yang ditepati, dia akan merasa dibuang. Akibatnya, selain tidak percaya diri, emosi anak juga akan labil. Anak akan terus menerus mencari perhatian dari orang tuanya

3. Masalah perilaku

Anak-anak yang tidak memiliki sosok ayah dalam hidupnya juga bisa memiliki masalah perilaku dengan seolah memiliki sikap yang keras. Padahal, sikap keras tersebut digunakan untuk menutupi rasa takutnya, kekhawatirannya dan lain sebagainya. Selain itu, anak-anak yang fatherless juga memiliki kesulitan dalam beradaptasi dan sosialisasi khususnya dengan lingkungan baru. 

4. Kemampuan akademik yang buruk

Dilansir dari Psychology Today, 71% anak yang tidak lulus SMA adalah anak yang tidak memiliki sosok ayah dalam hidupnya. Hal ini bisa saja terjadi karena beberapa sebab. Misalnya, anak yatim membuat ibunya tidak sempat membantunya mengerjakan PR di rumah karena harus bekerja atau lelah bekerja. 

Hal ini bisa juga terjadi karena ayah yang sudah tiada secara tidak langsung menurut anak sulung untuk bekerja membantu ibunya atau ayah masih ada tapi sibuk bekerja membuat anak tidak memperhatikan sekolah dan justru mencari perhatian ayahnya.

5. Berpotensi melakukan kenakalan remaja

Salah satu cara mencari perhatian ayah? Yup! Dengan bersikap nakal. Di Amerika Serikat, hal ini termasuk penggunaan obat-obat terlarang, sering terlibat tawuran dan kejahatan di jalanan hingga hamil di luar nikah. 

Pada anak perempuan, hal ini bisa terjadi karena anak tersebut tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai bagaimana sikap laki-laki atau bagaimana laki-laki yang akan dijadikan tipe ideal. Sebab bagi anak perempuan, ayah adalah laki-laki yang pertama kali dikenalnya dan dijadikan panutan, sehingga jika tidak memiliki sosok ayah disampingnya, dia tidak memiliki gambaran apapun mengenai laki-laki yang akan diidolakannya. 

Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa salah satu akibat dari daddy issues pada anak perempuan adalah, anak tersebut akan mencari pasangan yang berusia jauh lebih tua. Harapannya adalah untuk mendapatkan perlindungan dan rasa aman yang tidak didapatkannya pada masa kanak-kanak. 

Upaya Mengatasi Masalah Fatherlessness

Setelah mengetahui apa itu fatherless atau daddy issues dan dampaknya, mungkin kini Anda berpikir mengenai solusi untuk mengatasi masalah ini. Berikut ini beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua:

Ayah

1. Menyediakan quality time dengan anak

Selelah apapun Anda bekerja, sebaiknya Anda tetap menyediakan waktu 1 jam atau 2 jam sehari untuk bonding bersama anak. Temani anak main, atau sekedar membacakan dongeng dan menyanyikan lagu sebelum tidur juga termasuk quality time

Apabila Anda tinggal jauh dari rumah karena merantau, pastikan dia setiap hari melakukan video call sesuai dengan jadwal anak untuk sekedar berkomunikasi mengenai jadwalnya hari ini dan apa saja yang akan dia lakukan nantinya. 

2. Membangun kedekatan psikologis dengan anak

Quality time saja tidak cukup apabila Anda tidak mampu membangun kedekatan psikologis dengan anak. Misalnya, Anda tampak sebagai orang yang galak, berwibawa, susah didekati atau sibuk dengan dunia Anda sendiri, maka berapa jam pun waktu yang Anda sediakan untuk anak akan percuma, karena anak akan takut dulu untuk mendekati Anda.

Sebaliknya, kedepankan komunikasi asertif. Jangan berbicara kepada anak hanya ketika si kecil melakukan pelanggaran saja. Temani dia bermain, menonton televisi atau sekedar duduk memancing bersama. Buatlah anak dekat dengan Anda terlebih dahulu supaya mereka bisa berkomunikasi dengan bebas kepada Anda. 

3. Membagi tugas dengan ibu

Pada dasarnya, mengasuh anak adalah tugas dari ayah maupun ibu. Oleh karena itu, ayah dan ibu perlu melakukan negosiasi jadwal dan tugas dalam mengasuh anak. Hal ini tidak hanya penting bagi pertumbuhan si kecil, tetapi juga penting untuk mendukung kehidupan pribadi ayah dan ibu. 

Dengan pembagian tugas dan jadwal yang baik, baik itu ayah maupun ibu akan memiliki waktu untuk bekerja, untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya sendiri. Hal ini tentu akan susah diterapkan apabila pengaturan kerja dalam rumah tangga hanya berdasarkan pada ayah bekerja dan ibu mengurus rumah. Sebab, anak membutuhkan keduanya untuk hadir dalam hidupnya. 

4. Tidak melupakan momen-momen terpenting anak

BIsa jadi ketika si kecil mulai berjalan, Anda tidak bisa mengikutinya karena sedang sibuk bekerja. Akan tetapi, pastikan Anda hadir pada event yang lebih besar dalam dunia anak Anda, seperti masuk sekolah untuk pertama kali, momen ulang tahun, pentas seni yang mana si kecil tampil dan berbagai momen lainnya. 

Meskipun tampak sederhana, namun setiap anak tentu ingin melihat ayahnya bangga. Setidaknya dengan hadir di acara-acara tersebut, Anda telah membuktikan kepada si kecil bahwa Anda benar-benar merasa bangga kepadanya. 

Ibu

1. Mendorong komunikasi antara ayah dan anak

Ketika ayah sedang bekerja di tempat yang jauh (merantau), pastikan Anda membagi informasi mengenai si kecil kepada ayah, khususnya mengenai jam-jam si kecil terbangun. Tujuannya adalah supaya ayah bisa menyesuaikan waktu untuk bertelepon dan berkomunikasi dengan si kecil. 

Jika ayah bekerja di lokasi yang tidak terlalu jauh (bisa pulang ke rumah setiap hari), maka pastikan ada ruang yang memungkinkan ayah dan anak bisa saling berkomunikasi. Misalnya, setelah ayah bebersih setelah kerja Anda bisa menyapu atau membersihkan rumah, sementara ayah mengasuh anak. 

Lalu bagaimana jika ayah sudah meninggal? Maka, jangan lupa untuk mengajak si kecil mendoakannya setelah ibadah atau berkunjung ke pemakamannya. Doa anak shaleh adalah salah satu doa yang mudah dikabulkan tuhan.

2. Membuka peluang interaksi yang luas antara ayah dan anak

Orang tua mengalami perpisahan? Maka tidak seharusnya ibu membatasi interaksi antara anak dan ayah. Bagi sebagian ibu, berkomunikasi lagi dengan mantan suami bisa jadi bukan hal yang mudah. Akan tetapi walau bagaimanapun, adalah hak yang harus diperoleh seorang anak untuk bisa berkomunikasi dengan aman dan lancar dengan ayah kandungnya, meskipun nantinya dia juga memiliki ayah tiri. 

Coba komunikasikan kembali dengan ayah anak tersebut mengenai jadwal kunjungan atau agenda pertemuan. Hal ini penting, khususnya jika anak Anda adalah perempuan dan muslim, sebab jika ayah kandungnya masih hidup, hanya ayah kandung yang bisa menjadi ali di pernikahannya nanti. 

3. Menyampaikan informasi mengenai ayah kepada anak

Hal ini tidak hanya berlaku bagi orang tua yang bercerai hidup, tetapi juga bercerai mati. Khususnya jika si kecil ditinggal oleh ayahnya ketika dia masih kecil. Sebab, jaman sekarang banyak anak kecil yang akan dirundung hanya karena tidak memiliki ayah. 

Untuk berjaga-jaga, ibu bisa menceritakan hal-hal baik mengenai ayah ketika anak tersebut terbilang sudah bisa memahami. Dengan pengetahuan bahwa dia mempunyai ayah, hanya saja ayahnya sudah dipanggil tuhan terlebih dahulu, rasa kepercayaan diri si kecil akan meningkat dan dia tidak akan rendah diri ketika menghadapi perundungan.

4. Memperkenalkan sosok lain yang bisa menjadi father figure

Apabila sang ayah sudah meninggal, bekerja di lokasi yang jauh atau sudah berpisah dan jarang berkomunikasi dengan anak meskipun sudah memiliki akses, cara lain yang bisa dilakukan oleh ibu supaya anak tidak merasa kehilangan sosok ayah adalah dengan mengenalkannya dengan seorang father figure.  

Father figure ini tidak harus ayah baru, tetapi bisa juga sosok laki-laki yang dipercayai ibu bisa memberikan contoh yang baik kepada anak. Misalnya, kakek (bapak dari ibu atau ayah), om atau paman atau sosok mentor lainnya. Meskipun bisa jadi tidak sempurna, namun keberadaan sosok-sosok tersebut dapat membantu si kecil untuk tumbuh menjadi individu yang lebih baik. 

Keluarga merupakan satuan sosial terkecil di masyarakat. Baik ayah maupun ibu adalah sosok penting dalam kehidupan anaknya. Adanya keluarga yang lengkap dan harmonis akan memberikan rasa aman dan kepercayaan diri untuk si kecil supaya bisa tumbuh dengan maksimal. 

Hanya dengan memberinya nafkah dan uang saku tidak berarti Anda menjadi sosok ayah dalam hidup anak Anda. Alokasikan waktu yang cukup dan buat diri Anda sendiri hadir dalam kehidupan si kecil, supaya Anda tidak hanya dikenal sebagai orang yang pergi setiap pagi dan baru pulang sore, tetapi juga dikenal sebagai ayah yang dapat dijadikan panutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *