Lompat ke konten

Tipe-Tipe Parenting dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Anak

Tipe Parenting

Selain asupan gizi, pola pengasuhan orang tua atau parenting berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Setiap orang tua memiliki penerapan pola asuh berbeda, namun pasti ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya agar dapat tumbuh menjadi individu yang baik pula.

Terdapat lima jenis parenting yang perlu diketahui, khususnya bagi calon orang tua. Jadi, bukan sebatas memberi arahan dan larangan kepada si kecil.

Maka dari itu, ketahuilah apa itu parenting dan jenisnya. Ini kelima tipe parenting serta dampaknya terhadap perkembangan buah hati pada penjelasan lengkap berikut ini!

Mengenal Sistem Parenting

Pengertian parenting adalah keterampilan orang tua dalam mengasuh anaknya, yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi. Kebutuhan fisik, yaitu makan dan minum. Sedangkan kebutuhan psikologi, berupa kasih sayang, rasa aman, serta pembentukan keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Ketika sedang berada dalam masa tumbuh kembang, pola asuh yang dilakukan orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah hati. Maka, harus tahu bagaimana menerapkan sistem parenting yang tepat guna mendukung perkembangan si buah hati. Penerapan sistem parenting bisa berbeda-beda, tergantung lingkungan masing-masing keluarga.

Ayah dan ibu mungkin secara tidak sadar telah menerapkan salah satu dari lima sistem parenting. Beberapa jenis sistem parenting tersebut, antara lain authority, authoritative, attachment, permissive, dan uninvolved yang masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri.

Jenis-jenis Parenting Anak

Sadar atau tidak, setiap orang tua mungkin tanpa sengaja telah menerapkan kelima tipe parenting. Kelima tipe parenting tersebut, antara lain authority, authoritative, attachment, permissive, serta uninvolved.

Masing-masing tipe parenting tersebut memiliki karakternya tersendiri, sehingga pengaruhnya terhadap perkembangan anak pun bisa berbeda. Tidak semua tipe pola asuh tersebut baik bagi perkembangan karakter si buah hati, oleh karenanya calon orang tua perlu memahami kelima jenis parenting supaya dapat menerapkan pola asuh terbaik untuk anak.

1. Authority parenting

Tipe parenting yang pertama adalah authority parenting (atau biasa disebut pengasuhan secara otoriter) yang sistem pola asuhnya menerapkan aturan ketat agar dituruti oleh anak. Pada tipe authority, ayah maupun ibu menjelaskan mengapa mereka memberikan aturan tersebut supaya anaknya tidak bertanya-tanya lagi mengenai aturan tersebut.

Hasil yang diharapkan ketika menerapkan pola pengasuhan seperti ini, yaitu anak menjadi pribadi yang disiplin, taat aturan, gampang menurut dengan ayah dan ibunya, serta mampu menggapai yang terbaik bagi kehidupannya. Lebih detailnya, berikut ini merupakan karakteristik pengasuhan otoriter:

  • Menuntut anak agar sesuai dengan ekspektasi
  • Menuntut anak agar tidak membuat kesalahan
  • Memberikan hukuman jika melakukan kesalahan tanpa menjelaskan alasan kuat mengapa hukuman tersebut diberlakukan
  • Kurangnya interaksi dan diskusi antara orang tua dengan anak

Dampak positif dari authority parenting bagi perkembangan si kecil, bisa membentuknya menjadi pribadi yang lebih disiplin, taat aturan, serta selalu berpikir panjang sebelum memutuskan segala sesuatu. Sedangkan dampak negatifnya, yakni membuat si kecil mudah cemas, takut salah, depresi, rendah diri, bahkan takut mengambil keputusan.

Pengasuhan yang otoriter membuat anak menjadi kekurangan kasih sayang akibat kurang berinteraksi dengan ayah dan ibunya. Apabila ingin menerapkan sistem parenting seperti ini, tetap imbangilah dengan kasih sayang dan sering-seringlah berkomunikasi dengannya.

Terutama jika si kecil melakukan kesalahan, sebaiknya tidak asal memarahi lalu menghukumnya. Jelaskan mengapa hal tersebut salah kemudian berikan solusi, tak hanya konsekuensi.

2. Authoritative parenting

Apa itu parenting authoritative? Pengertian parenting authoritative adalah pola asuh anak yang mirip dengan sistem otoriter (pada poin sebelumnya), namun pelaksanaannya cenderung lebih fleksibel karena masih terdapat interaksi antara orang tua dengan anak, salah satunya perihal penerapan aturan dan hukuman.

Authoritative parenting merupakan penerapan pola pengasuhan anak yang banyak disarankan oleh para ahli, sebab tidak terlalu mengekang namun juga tidak terlalu membebaskan anak. Tujuan penerapan pola asuh seperti ini pun tak hanya mendidik si kecil menjadi pribadi yang disiplin saja, tetapi juga mendukungnya dengan cara memperkuat interaksi.

Pengasuhan authoritative termasuk bagus dalam mendukung perkembangan karakter buah hati Anda. Berikut ini merupakan ciri khas authoritative parenting:

  • Orang tua lebih responsif dan selalu mendengarkan pendapat anak
  • Cenderung memaafkan kesalahan daripada menghukum
  • Memiliki ekspektasi tinggi, namun tetap memberikan dukungan, masukan, serta kasih sayang kepada anak
  • Berusaha memahami kemampuan, minat, dan bakat anak supaya mengetahui apa yang dibutuhkan
  • Memberikan hadiah atau pujian apabila si kecil berbuat baik
  • Menerapkan rasa bertanggung jawab terhadap hal apapun yang diperbuat

Dampak positif menerapkan pola asuh ini, antara lain membentuk kepribadian yang bertanggung jawab, jujur, ekspresif, serta memiliki kemampuan interaksi yang bagus. Sedangkan dampak negatifnya adalah cenderung pamrih apabila terbiasa diberikan hadiah atau pujian jika berbuat kebaikan.

Guna mencegah pengaruh buruk tersebut, ayah dan ibu tak harus selalu memberikannya hadiah ataupun pujian. Ajarkan pula bahwa berbuat baik tak boleh mengharapkan imbalan.

3. Attachment parenting

Tipe parenting selanjutnya, yaitu attachment parenting yang lebih menekankan pada pendekatan fisik dan emosional. Cara membangun kedekatan tersebut, yakni dengan memberikan kasih sayang, perhatian, serta selalu berkomunikasi dengan anak sejak dini. Sentuhan fisik seperti pelukan serta usapan hangat merupakan hal paling berarti.

Ini termasuk salah satu tipe parenting yang positif. Berikut merupakan ciri khas tipe parenting attachment:

  • Orang tua berusaha memaafkan semua kesalahan anak
  • Sentuhan fisik seperti genggaman, sentuhan, usapan hangat, bahkan pelukan merupakan hal sangat berarti
  • Mendidik anak menjadi lebih ekspresif
  • Membebaskan buah hati untuk bercerita
  • Interaksi adalah hal penting dalam tipe pengasuhan ini
  • Orang tua berusaha memenuhi segala kebutuhan anak

Meskipun terkesan positif, pengaruh pola asuh attachment ini membuat ayah dan ibu jadi kurang memiliki waktu untuk diri sendiri. Sebab hampir sebagian besar waktunya diberikan kepada sang buah hati.

Dampak positif penerapan pola asuh attachment, yakni membentuk karakter anak lebih ekspresif, berempati, kemampuan bersosialisasinya bagus, independen, mengedepankan komunikasi, percaya diri, serta tidak mudah stres. Sistem parenting attachment sangat bagus jika diterapkan sejak usia dini.

Contoh parenting dengan mengedepankan sentuhan ini, yaitu selalu mendengarkan pendapat sang buah hati. Bisa juga dengan memberikan masukan maupun dukungan pada keputusan yang diambil olehnya.

4. Permissive parenting

Permissive parenting adalah kebalikan dari authority parenting karena lebih sedikit menerapkan aturan dan hukuman. Ciri khasnya, yakni orang tua tidak mengekang maupun menghukum anak meskipun melakukan kesalahan, jadi seringkali dibiarkan begitu saja.

Tipe parenting permissive cenderung memperbolehkan segala sesuatu untuk buah hatinya, sebab mereka menganggap bahwa anak tetaplah anak. Biasanya, segala kemauannya berusaha dituruti, sehingga membuat anak tersebut menjadi pribadi yang manja dan bersikap semaunya. Ini ciri-ciri pola asuh permisif:

  • Membiarkan meskipun anak berbuat salah, tanpa mengekang dan memberikan hukuman (jarang mendisiplinkan)
  • Kurang memberikan arahan kepada buah hati
  • Membiarkan anak berbuat sesuai kemauannya
  • Menghindari konfrontasi
  • Ayah dan ibu memposisikan diri sebagai teman buah hatinya
  • Mengutamakan komunikasi

Anak yang diasuh secara permisif cenderung bersifat manja karena sedari kecil ayah dan ibunya selalu mewajarkan perilakunya. Contoh parenting ini, misalnya ketika anak mencuri barang milik tetangga, ayah/ibunya mewajarkan dengan mengatakan “Wajar lah, masih kecil”.

Selain itu, kepribadiannya pun menjadi kurang baik ketika berada di lingkungan. Misalnya mudah mengintimidasi orang lain, susah diatur, keseharian kurang disiplin, susah mengontrol diri, bahkan mudah depresi.

5. Neglectful/uninvolved parenting

Tipe parenting paling buruk atau tidak disarankan untuk diterapkan adalah neglectful atau uninvolved parenting. Ini sebenarnya merupakan salah satu sikap orang tua durhaka karena kurang memperhatikan perkembangan buah hatinya, sehingga seolah tak mau tahu apa yang dilakukan oleh anaknya sendiri.

Orang tua dengan tipe parenting ini seringkali tak memperhatikan perasaan buah hatinya, bahkan tak menyaring apapun yang diucapkannya, termasuk makian serta kata kasar. Begini ciri pola asuh tersebut:

  • Membiarkan anak berbuat sesukanya
  • Tidak berusaha mendisiplinkan
  • Hampir tidak ada ikatan emosional antara orang tua dengan anak
  • Tidak memperhatikan perasaan buah hatinya
  • Jarang memberikan perhatian, baik secara fisik maupun emosional
  • Acuh tak acuh terhadap segala kebutuhan anak, sehingga kurang memahami apalagi mengetahui bagaimana tumbuh kembangnya
  • Enggan terlibat dengan kehidupan sang buah hati

Anak-anak yang diasuh dengan tipe parenting uninvolved (neglectful) cenderung mudah stres, depresi, susah mengontrol diri, serta susah berinteraksi karena jarang sekali mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari ayah ataupun ibunya. Akibatnya, mereka jadi mudah hilang arah, tidak bahagia, sering menyalahkan diri, mengalami kendala di akademik maupun lingkungan.

Pemilihan tipe parenting terbaik sangat penting dilakukan karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pola asuh yang baik sejak dini, tentu dapat membawa kepribadian baik hingga dewasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *