Lompat ke konten

Penyebab Ibu Sering Marah Kepada Anak dan Dampaknya

Penyebab Ibu Sering Marah Kepada Anak

Dalam kultur masyarakat Indonesia, ibu adalah orang tua yang paling sering menemani si kecil, dari saat dia baru lahir sampai ketika si kecil beranjak sekolah. Tidak hanya itu, ibu seringkali juga menjadi penengah komunikasi antara anak dan ayah. Untuk uang sekolah misalnya, anak akan memberitahu ibu terlebih dahulu dan ibu memberitahu ayah selaku tulang punggung keluarga. 

Maka dari itu, tidak heran jika ucapan dan rasa marah ibu kepada anak dapat mempengaruhi psikis anak tersebut. Apa dampaknya dan bagaimana cara mengatasinya? Simak pembahasannya berikut ini.

Penyebab Ibu Sering Marah Kepada Anak

1. Stres dengan rutinitas sehari-hari

Sebagian orang mungkin berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga itu mudah. Namun, tahukah Anda kalau melakukan hal yang sama terus menerus selama beberapa tahun dan tidak tahu kapan berakhir juga bisa menimbulkan stres dan kelelahan. Apalagi jika sebelumnya ibu tersebut merupakan orang yang aktif, entah itu aktif bekerja, berkuliah dan lain sebagainya. 

Stres dengan rutinitas sehari-hari ini bisa jadi tidak bisa tersampaikan dengan baik ke ayah karena satu dan lain hal. Akibatnya, alih-alih ke psikolog atau teman sebaya, stres tersebut justru disampaikan kepada anak dengan cara memarahinya. 

2. Kebutuhan pribadi tidak terpenuhi

Sama seperti orang pada umumnya, seorang ibu juga memiliki kebutuhan pribadi. Kebutuhan pribadi ini tidak hanya berupa nafkah dari ayah, tetapi juga kesehatan, kasih sayang, waktu untuk istirahat, waktu untuk diri sendiri dan aktualisasi diri. 

Tidak jarang ketika menjadi seorang ibu, banyak kebutuhan pribadi seorang wanita tidak terpenuhi. Misalnya, jam tidur yang berkurang drastis akibat anak menangis di malam hari atau ketika ayah bekerja dan anak masih belum bisa ditinggal sendiri, mau tidak mau anak harus selalu bersama ibu. 

3. Faktor hormonal

Tidak hanya perubahan status, hormon juga ikut berubah ketika seorang ibu baru saja melahirkan. Apabila perubahan hormonal ini tidak dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin seorang ibu terkena postpartum depression.

Faktor hormonal ditambah dengan berkurangnya jam tidur dan kebutuhan pribadi lain yang tidak terpenuhi dapat membuat seorang ibu stres dan melampiaskan stresnya kepada anak. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk memperhatikan kondisi fisik dan psikis ibu-ibu yang baru saja melahirkan. 

4. Faktor sosial

Salah satu solusi mengatasi masalah stres pada ibu adalah dengan meminta bantuan orang-orang di sekitarnya. Meskipun demikian, hal ini juga bisa berdampak negatif. Alih-alih mendapatkan bantuan seperti yang diharapkan, seorang ibu tidak jarang justru mendapatkan cemoohan atau mom-shaming

Tidak hanya stres, cemoohan atau mom-shaming dari keluarga atau tetangga terdekat ini juga bisa membuat ibu dan anak merasa rendah diri dan enggan meminta bantuan lagi karena berpikir bahwa meminta bantuan tidak akan menghasilkan manfaat apapun.

5. Anak melakukan tindakan yang dilarang ibu

Misalnya, si kecil membuang sampah sembarangan padahal sudah berkali-kali disuruh untuk membuang sampah pada tempatnya. Tentu hal-hal seperti ini bisa memancing emosi para ibu. Apalagi fakta bahwa jika dilakukan berkali-kali dengan tanpa teguran yang pas, akan membuat anak ketagihan untuk melakukan pelanggaran. 

Dampak Sering Marah Kepada Anak

1. Menjadi pribadi yang tertutup

Ketika seorang anak terlalu sering mendapatkan pelampiasan amarah dari ibunya, atau ketika bercerita dia tidak didengarkan, maka anak bisa menjadi pribadi yang tertutup atau bahkan suka berbohong. Hal ini termasuk apabila dia memiliki masalah di sekolah atau dengan teman-teman sebayanya. 

2. Menjadi pribadi yang rendah diri

Tidak hanya menjadi orang yang tertutup, anak yang terlalu sering menjadi pelampiasan amarah orang tuanya juga bisa menjadi individu yang rendah diri, takut mencoba hal yang baru, susah mengambil keputusan. Padahal skill kepercayaan diri dan keberanian mencoba hal baru ini sangat penting di kehidupannya di masa mendatang. 

3. Menjadi pribadi yang emosional

Ibu sering membentak anaknya? Atau bahkan memukulnya? Maka, ibu perlu hati-hati, sebab perilaku yang demikian itu bisa ditiru oleh anak. Dalam hal ini, si kecil bisa tumbuh menjadi pribadi yang emosional, mudah memberontak, khususnya apabila dalam banyak kasus, suaranya tidak didengarkan. 

Sebaliknya, ada juga anak yang sering mendapatkan luapan rasa marah dari orang tua tumbuh menjadi individu penakut dan pada akhirnya terlalu bergantung dengan orang lain.

Cara Mengatasi Kemarahan Bagi Ibu

1. Ambil waktu sejenak sebelum marah

Ketika anak melakukan kesalahan, jangan langsung marah. Sebaliknya, ambil nafas dalam-dalam selama kurang lebih 1 menit dan pikirkan mengenai bagaimana seharusnya kata-kata teguran yang baik dan tidak melukai pribadinya. Waktu sejenak untuk mengontrol rasa marah ini penting supaya Anda tidak mengeluarkan kata-kata kasar atau memberikan teguran yang tidak seharusnya diterima oleh anak. 

2. Mengkomunikasikan masalah rumah tangga dengan ayah

Masalah rumah tangga tidak seharusnya dipendam sendiri oleh seorang ibu. Sebaliknya, ketika ada masalah dalam rumah tangga baik itu mengenai keuangan, atau masalah dengan anak, sebaiknya Anda mendiskusikannya dengan pasangan di waktu yang tepat. 

3. Mencari bantuan profesional

Apabila ada masalah dengan pasangan, sehingga Anda tidak bisa menceritakan berbagai masalah rumah kepadanya, coba Anda cari psikolog atau konsultan pernikahan. Bercerita kepada tim profesional seperti ini penting untuk mencegah supaya stres tidak menumpuk dalam diri Anda dan juga tidak dilampiaskan kepada anak. 

Mencari bantuan profesional ini juga penting jika Anda atau pasangan Anda mengalami gejala-gejala depresi postpartum, seperti merasa tidak berharga, mood gampang berubah, stress, menangis terus menerus dan lain sebagainya. Dalam kasus ini, mencari bantuan profesional penting untuk menghindari dampak yang lebih fatal.

4. Memiliki waktu untuk diri sendiri

Meskipun susah, namun tidak apa-apa jika Anda harus menitipkan anak kepada orang tua atau meninggalkan anak bersama ayahnya dan memiliki waktu sendiri.Waktu sendiri ini bisa Anda manfaatkan untuk memiliki tambahan jam istirahat atau berjalan-jalan dengan teman lama untuk melepas stres. 

Marah merupakan hal yang ajar, tapi harus bisa Anda kelola dengan baik. Jangan sampai rasa marah Anda menjadikan si kecil trauma. Tidak usah sungkan dan gengsi untuk meminta maaf kepada si kecil apabila Anda merasa terlalu keras memahaminya. Sebab, ungkapan maaf dari orang tua akan membuat emosi si kecil tervalidasi, sehingga dia bisa kembali merasa aman berinteraksi dengan ayah dan ibunya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *