Masa pubertas wajar terjadi pada perempuan dan laki-laki yang hendak beranjak dewasa. Saat memasuki masa pubertas, pasti terjadi perubahan fisik maupun emosi seorang manusia dan hal ini sebenarnya tak perlu dipusingkan ataupun panik.
Masa pubertas seorang perempuan biasanya terjadi ketika usianya sudah memasuki usia 8-13 tahun, sedangkan laki-laki dimulai sejak usia 10-16 tahun. Perempuan cenderung cepat berkembang dewasa dibandingkan laki-laki, namun pertumbuhannya juga berhenti lebih cepat.
Sebagai orang tua, penting untuk menyikapi masa pubertas secara bijak dan tenang. Sebab saat itu adalah waktu yang tepat untuk memberikannya penjelasan mengenai dunia luar, perawatan dan kebersihan diri, gaya hidup, dan lain sebagainya.
Memasuki masa pendewasaan diri, biasanya anak menjadi pribadi lebih sensitif. Sehingga, ayah dan ibu sebaiknya memberikannya ruang untuk menguasai dirinya sendiri. Mendiskusikan masa puber bukanlah hal tabu, jadi tidak ada salahnya untuk menjelaskan hal seperti ini pada buah hati Anda agar mampu menyikapinya sendiri dengan baik.
Maka dari itu, sebagai orang tua tidak perlu panik apabila sudah muncul tanda-tanda si buah hati sudah menuju dewasa, baik fisik maupun emosinya. Terapkan cara ini untuk menyikapi masa pubertas.
1. Katakan Tidak Perlu Panik Menghadapinya
Masa pubertas wajar terjadi pada setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga, mendadak terjadi perubahan fisik maupun emosinya. Akibatnya, kebanyakan anak menjadi lebih sensitif dibandingkan biasanya.
Ketika ayah dan ibu sedang menghadapi hal seperti ini, tidak perlu panik atau bereaksi terlalu heboh. Apabila panik, justru membuat anak menjadi tidak nyaman dan malah mempengaruhi emosinya lalu ikut membuatnya semakin panik karena merasa tidak siap untuk menghadapinya.
Ciri laki-laki mengalami puber adalah sudah tumbuh jakun, suaranya berubah lebih dalam dan berat, dan mimpi basah. Sedangkan perempuan mengalami menstruasi saat masa pubertas. Momen seperti ini dapat Anda gunakan untuk memberikan edukasi mengenai bagaimana harus menghadapinya.
Pada laki-laki, beritahukan bahwa wajar jika terjadi mimpi basah dan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi ketika masa pubertas. Setelah itu, ajarkan mengenai tips membersihkannya jika nanti terjadi lagi.
Sedangkan anak perempuan, ketika masa pubertas pasti terjadi menstruasi lalu jelaskan mengenai siklusnya dan mengapa menstruasi bisa terjadi. Ajarkan anak perempuan Anda tentang cara menggunakan sekaligus memilih pembalut yang tepat sekaligus menjaga kebersihan organ vitalnya dengan sering mengganti pembalut saat haid. Cara menyikapi masa pubertas seperti ini tidak akan membuat anak jadi panik karena membantu menemukan solusinya
2. Kenalkan tentang Pentingnya Perawatan dan Kebersihan Diri
Memasuki masa puber, biasanya terjadi beberapa perubahan fisik. Terutama kulit, sudah mulai semakin berminyak, muncul jerawat, bahkan ada perubahan bentuk tubuh dan fungsi fisiologisnya.
Adanya perubahan fisik ketika masuk masa puber tersebut maka Anda wajib mengajarkan anak mengenai pentingnya perawatan dan kebersihan diri. Misalnya mengajarkannya rajin membersihkan wajah agar tidak mudah berminyak dan berjerawat, mandi dua kali sehari, serta menjaga kebersihan organ vital agar terhindar dari penyakit kulit dan juga kelamin.
Ajarkan anak laki-laki untuk menjaga kebersihan wajahnya karena biasanya wajah laki-laki mudah sekali berminyak dan pori-porinya lebih besar daripada perempuan. Ajari juga cara menyikapi mimpi basah sekaligus membersihkannya supaya tidak panik.
Anak perempuan ketika puber pasti mengalami menstruasi, kemudian disusul dengan perubahan bentuk tubuh seperti payudara terasa nyeri dan perut kram menjelang haid.
3. Jelaskan Mengenai Sex Education dan Bahaya Narkoba demi Menghindari Hal Tidak Diinginkan
Pendidikan seks atau sex education penting diajarkan sejak dini kepada setiap anak, sebab ini merupakan cara menyikapi masa pubertas. Sex education tak boleh dianggap tabu, sebab penting sebagai upaya pencegahan pergaulan bebas, penyakit menular seksual (PMS), dan pencegahan hubungan badan pranikah.
Anak laki-laki dan perempuan ketika beranjak dewasa sebagian besar sudah mengenal perasaan suka terhadap lawan jenis. Oleh karena itu, ketika memasuki usia tersebut tak jarang mereka mulai mencoba berpacaran ataupun terlibat cinta monyet. Sehingga, penting sekali bagi orang tua untuk memberitahu mereka bagaimana supaya tak terjerumus ke seks atau pergaulan bebas.
Jelaskan mengenai dampak negatif dari pergaulan bebas dan hubungan seksual pranikah. Misalnya Anda membolehkannya berpacaran pun, sebaiknya beritahu pula bagaimana pacaran yang tidak berlebihan. Memberitahu anak soal ini sejak dini dengan tidak menganggapnya tabu, mampu membuatnya paham bahwa hal tersebut memang tak boleh dilakukan jika dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Selain itu, ajarkan bagaimana mengucapkan organ vital dengan benar, misalnya pada laki-laki yaitu penis dan organ vital perempuan adalah vagina. Jelaskan pula proses mengapa bisa mimpi basah ataupun menstruasi, penggunaan kondom, serta sex education lainnya supaya mereka semakin memahami dan menghindari yang seharusnya tak boleh dilakukan.
Selain sex education, penting juga memberikan edukasi seputar narkoba kepada anak yang baru saja puber. Tujuan melakukan edukasi tentang narkoba yaitu supaya mereka mampu mengetahui berbagai jenis narkotika, kegunaannya untuk medis dan kesehatan, serta menghindari dampak buruk yang ditimbulkannya karena memang tidak boleh digunakan tanpa adanya resep dari dokter.
Menyikapi masa puber, memang perlu dilakukan pencegahan sejak dini agar anak tidak mudah terjerumus dalam pergaulan bebas. Biasanya, ketika sudah beranjak dewasa mereka akan menghadapi kejamnya dunia luar secara bertahap, beberapa contohnya yaitu mulai mengenal alkohol minuman keras, rokok, dan narkotika yang membuat kecanduan.
Lakukan edukasi tentang bahayanya jika sudah kecanduan. Serta beri pemahaman mengenai bagaimana memilih lingkungan pertemanan, serta bersikap tegas sekaligus selektif agar tidak gampang terjerumus pada hal-hal yang merugikan dirinya sendiri.
4. Cukupi Kebutuhan Gizi Anak
Cara menyikapi masa pubertas selanjutnya yaitu mencukupi kebutuhan gizi anak. Sebab pada masa puber, tumbuh kembangnya semakin kompleks sehingga mempengaruhi perubahan fisik sekaligus emosinya.
Tak hanya itu, memasuki masa remaja atau puber tersebut biasanya mereka mudah sekali lelah, kurang fokus, nafsu makannya semakin meningkat, dan perubahan berat badan secara drastis. Guna menjaga kesehatannya, Anda perlu mencukupi kebutuhan gizinya supaya tetap sehat dan bugar sekaligus membantunya mengontrol pola makan.
Pentingnya mengontrol pola makan dan mencukupi kebutuhan gizi seimbang bukan demi terlihat kurus ataupun ramping. Namun hal ini perlu dilakukan guna mencegah penyakit di kemudian hari, misalnya liver, diabetes, obesitas, anoreksia, dan lain sebagainya.
Anda bisa memulainya dengan menanamkan kepada mereka mengenai rajin minum air putih minimal dua liter setiap hari, pentingnya kebutuhan sayur dan buah, serta mengontrol diri untuk tidak sering membeli makanan tidak sehat seperti junk food dan kudapan manis-manis. Hal ini sangat efektif untuk menanamkan gaya hidup sehat sekaligus membuatnya terbiasa mengontrol nafsu makan.
5. Ajak Anak untuk Melakukan Gaya Hidup Sehat, Khususnya Perempuan
Menerapkan gaya hidup sehat perlu dilakukan oleh siapapun. Apalagi ketika memasuki masa pubertas, hal ini sudah wajib disadari karena biasanya pada masa tersebut kebanyakan anak remaja sangat susah untuk menerapkan gaya hidup sehat, susah mengontrol pilihan makanannya, kurang sadar pentingnya berolahraga, dan lain-lain.
Apabila orang tua tidak mengajarkan hidup sehat sejak awal, membuatnya mudah terserang penyakit jangka panjang. Apalagi saat ini banyak makanan kekinian berbagai pilihan, tetapi tidak menyehatkan apabila terlalu sering dikonsumsi.
Gaya hidup sehat perlu diajarkan oleh orang tua sejak dini. Contohnya mulai dari pemilihan makanan, rajin berolahraga setidaknya satu hingga dua kali seminggu, serta mengurangi konsumsi junk food, makanan instan, ataupun kudapan manis terlalu sering. Anak perempuan apabila menerapkannya, bermanfaat untuk mengurangi kram saat menstruasi sekaligus membuat siklusnya lebih teratur (tidak terlambat maupun terlalu cepat).
Gaya hidup sehat juga penting guna mencegah berbagai penyakit dengan dampak jangka panjang. Contohnya diabetes, kanker, penyakit paru-paru, gangguan jantung, ginjal, dan lain sebagainya.
6. Ajari Anak tentang Mengelola Emosi
Masuk masa remaja, kebanyakan anak mengalami kesusahan mengenai pengelolaan emosinya sendiri. Wajar saja ketika pubertas, mereka jadi lebih sensitif dari biasanya, dan terkadang timbul mood swing, di mana mereka bisa tiba-tiba menjadi bahagia kemudian sedih tanpa sebab.
Apabila emosi tak mampu dikelola dengan baik, dampaknya tidak baik bagi kesehatan mental anak. Sebab bisa menimbulkan gangguan kejiwaan, misalnya depresi dan bipolar. Gangguan kejiwaan seperti ini tidak boleh diremehkan karena berpengaruh terhadap caranya menjalani hidup ketika nanti sudah dewasa.
Sebagai orang tua, Anda wajib meluangkan waktu untuk mereka dan usahakan peka terhadap perubahan emosional yang terjadi. Ketika perubahan emosi secara mendadak itu terjadi, jangan memarahinya ataupun menilainya macam-macam, cukup jadilah pendengar terbaik dan minta ia menceritakan apa yang sedang terjadi, baik itu tentang kesehariannya maupun perasaannya.
Mengajarkan mengenai pengelolaan emosi juga perlu dilakukan supaya ketika marah tidak mudah meledak-ledak, melatih sikap empati, dan mampu mengetahui perasaannya sendiri. Beberapa contohnya, misalnya tidak menganjurkan untuk membanting barang dengan mudah saat emosi, tidak asal melakukan kekerasan ketika marah, ajarkan tentang cara mengkritik orang lain dengan baik, memecahkan masalah, menghadapi amarah sendiri saat di tempat umum, dan lain sebagainya.
7. Apapun yang Terjadi, Minta Anak untuk Selalu Terbuka kepada Keluarganya Sendiri
Keluarga dianggap sebagai tempat ternyaman untuk pulang dan bercerita. Cara menyikapi masa pubertas yaitu dengan menjadikan anak terbuka kepada keluarganya sendiri, sehingga harus tercipta kenyamanan di dalamnya.
Saat pubertas, kebanyakan anak perempuan dan laki-laki merasa malu harus bercerita tentang momen pubernya serta bagaimana harus menghadapi pendewasaan. Sehingga mereka memilih untuk memendamnya karena canggung.
Maka dari itu, sebagai orang tua sebaiknya tunjukkan bahwa Anda peduli pada anak dengan memberikan kenyamanan agar mereka mau bercerita dan terbuka mengenai perasaannya, tidak menyakitinya secara fisik maupun verbal, dan selalu memberikan perhatian sesibuk apapun Anda sebagai orang tuanya. Minta ia menceritakan apapun yang sedang terjadi, lalu ajak ia berdiskusi dan memecahkan masalah bersama.
Mengajarkannya selalu bersikap terbuka kepada keluarga sendiri, mampu membawa banyak dampak baik pada dirinya sendiri maupun hubungan dengan keluarganya. Beberapa manfaatnya, antara lain mampu memiliki sikap empati, tidak mudah canggung untuk terbuka, tidak membenci orang tuanya maupun saudaranya, mencegah gangguan kejiwaan seperti depresi, serta punya tempat pulang yang nyaman untuk tinggal dan bercerita.
Itulah berbagai cara menyikapi pubertas anak. Daripada panik, memberikannya solusi dan edukasi saat masa pubertas lebih penting supaya ia mampu menjaga dirinya sendiri nantinya ketika dewasa.