Lompat ke konten

Faktor Umum Penyebab KDRT

Faktor Umum Penyebab KDRT

Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga tidak hanya kekerasan fisik, melainkan juga verbal, seksual, maupun emosional. Pelaku KDRT melakukan tindak kekerasan karena memiliki keinginan untuk memegang kendali ataupun mempertahankan kekuasaan atas pasangan dan hak anaknya.

Korban KDRT bukan hanya perempuan (istri), tetapi juga berdampak pada kehidupan anak. Mengapa tindakan kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi? Simak apa saja yang menjadi faktor umum penyebab KDRT berikut ini.

Apa Saja Perbuatan yang Termasuk KDRT?

Perbuatan yang termasuk KDRT tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan secara verbal, seksual, serta emosional yang terjadi dalam rumah tangga. Ini masing-masing penjelasannya.

  • Kekerasan fisik: menendang, memukul, menjambak, menggores dengan benda tajam, menampar, maupun perbuatan lain yang mengakibatkan korban mengalami luka fisik. Entah itu lebam, berdarah, atau sampai bentuk fisiknya berubah.
  • Kekerasan verbal: mengkritik berlebihan, membantah, memaki, berbicara kasar/kata kotor, menuduh, menyalahkan, penipuan identitas, mengancam. Kekerasan verbal berdampak pada kondisi psikologis korban.
  • Kekerasan seksual: pemaksaan untuk melakukan hubungan badan, menyentuh area sensitif secara tidak kayak, menyakiti saat berhubungan badan, memaksa hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, menjadikan korban sebagai budak seks.
  • Kekerasan emosional: gaslighting dan manipulatif, menghina/memarahi di depan umum, bersikap merendahkan, silent treatment, dan perbuatan lainnya yang berpengaruh terhadap kondisi emosional.

Apapun jenis tindakan yang dilakukan, tindakan KDRT sama sekali tidak dibenarkan karena berdampak besar terhadap kondisi psikologis dan/atau fisik korbannya. Korban dari KDRT bukan hanya wanita (istri), tetapi juga anak-anak. Pelakunya pun kebanyakan laki-laki karena merasa memegang kekuasaan sebagai kepala keluarga.

Bagi seorang istri, mengalami kekerasan saat berumah tangga menimbulkan masalah pada psikologis maupun fisik (jika diberi kekerasan fisik). Misalnya mengalami trauma berkepanjangan, gangguan kecemasan, baby blues (jika sedang hamil/baru melahirkan), merasa kesepian dan kosong, dan lainnya.

Lalu pada anak yang menjadi korban KDRT, dapat mempengaruhi pembentukan kepribadiannya hingga dewasa. Akibat menjadi korban kekerasan, dikhawatirkan dirinya mengalami fatherless akibat tidak adanya peran seorang ayah dalam keluarganya. Ini merupakan cikal bakal terbentuknya daddy issue karena tak tercipta hubungan baik antara ayah dengan anak.

Faktor Umum Penyebab KDRT

Apapun alasan KDRT, perbuatan itu sama sekali tidak dibenarkan. Berikut merupakan faktor umum penyebab KDRT yang menjadikan seseorang melakukan aksi tersebut.

1. Perselingkuhan

Faktor umum penyebab KDRT yang banyak terjadi, yaitu perselingkuhan yang berbuntut kecemburuan berlebihan pada pasangan. Cemburu wajar saja terjadi ketika melihat pasangan bersama lawan jenis lain.

Akan tetapi, rasa cemburu berlebihan memicu KDRT karena emosi terlanjur memuncak setelah melihat pasangannya selingkuh. Apalagi jika masalah perselingkuhan ini berkelanjutan dan terus diperbesar, pelaku KDRT menjadi kalap lalu tak ragu melakukan kekerasan.

2. Permasalahan finansial

Adapun faktor umum penyebab KDRT sekaligus hancurnya rumah tangga, terutama di Indonesia adalah dari permasalahan finansial rumah tangga. Seorang suami wajib menafkahi istri sekaligus memberikan uang belanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Akan tetapi ketika suami menganggur (apalagi dalam waktu lama), kondisi ini berisiko memicu KDRT. Banyak pria yang sudah menikah tapi menganggur, menjadikan istri sebagai pelampiasan amarahnya.

Tak hanya soal pemberian nafkah, permasalahan ekonomi bisa berupa ketergantungan finansial istri kepada suaminya. Suami yang bekerja dan bersifat dominan di rumah tangga, membuatnya merasa paling berkuasa kemudian berbuat seenaknya.

Namun, kemandirian finansial seorang wanita juga dapat menjadi masalah hingga memicu tindakan kekerasan. Tak jarang masih ada suami yang merasa iri ketika penghasilan istrinya lebih besar, sehingga melampiaskan rasa marah dan iri tersebut dalam bentuk perbuatan kasar. 

3. Perbedaan prinsip

Perbedaan prinsip antara suami dan istri dapat menjadi penyebab KDRT. Meskipun sudah menikah, tak jarang antara kedua pihak memiliki perbedaan prinsip, pandangan, serta nilai-nilai yang dianut sehingga menimbulkan kesenjangan.

Perbedaan prinsip seringkali menimbulkan perdebatan antara kedua belah pihak, bahkan sampai susah mencapai kesepahaman dan kesepakatan bersama. Apabila kondisi ini terus terulang, dapat memicu pertengkaran hingga berisiko mengalami KDRT. 

4. Kesalahan penyelesaian masalah

Masih banyak yang beranggapan bahwa cara menyelesaikan masalah dalam rumah tangga adalah dengan melakukan kekerasan kepada pasangan. Tindakan ini dianggap mampu mengontrol pasangan supaya mau menurut. Faktanya, tindakan seperti ini sama sekali tidak benar, justru memicu trauma bagi korbannya. 

Kesalahan penyelesaian masalah ini bisa dibilang merupakan perpaduan sikap manipulatif dan gaslighting yang membuat pasangan bertahan karena perasaan tertekan sekaligus takut melarikan diri. Contohnya bisa dilihat dari beberapa film yang mengangkat isu KDRT.

5. Pengaruh alkohol dan narkotika

Faktor umum penyebab KDRT berasal dari pengaruh alkohol dan narkotika. Seorang pecandu narkoba dan alkohol, paling susah mengontrol emosi bahkan selalu meledak-ledak ketika sedang marah. Inilah yang memicu dirinya melakukan KDRT kepada keluarganya secara terus-menerus, entah sadar atau tidak sadar.

6. Gangguan kejiwaan

Salah satu penyebab umum KDRT lainnya, yaitu memiliki riwayat gangguan kejiwaan. Contohnya depresi, bipolar, masalah kecemasan, ataupun masalah kejiwaan lainnya yang membuat pelakunya kesusahan mengontrol emosi, terutama ketika sedang marah.

Apabila pasangan mempunyai riwayat gangguan psikologis hingga membuatnya sering melakukan kekerasan selama berumah tangga, sebaiknya segera memeriksakannya ke ahli kejiwaan. Bisa jadi bukan hanya riwayat gangguan mental saja yang membuatnya bersikap demikian, tetapi kemungkinan ada sisi inner child yang terluka.

7. Budaya patriarki

Memandang laki-laki sebagai pihak yang punya kuasa dan mendominasi dalam keluarga, atau sering disebut budaya patriarki masih banyak terjadi di negara Asia, terutama Indonesia. Adanya budaya patriarki yang masih kental ini, membuat perempuan seolah tak berdaya (lemah) di mata lelaki.

Inilah salah satu pemicu munculnya KDRT dan perempuan selalu muncul sebagai korban. Kentalnya patriarki ini membuat para lelaki merasa dirinya berkuasa dan boleh berbuat sesuka hatinya, meskipun kepada pasangannya sendiri.

8. Ada campur tangan keluarga

Sejatinya, segala yang terjadi dalam pernikahan adalah urusan antara suami dengan istri. Pihak keluarga besar tidak seharusnya ikut campur urusan rumah tangga orang lain, kecuali jika diminta sebagai penengah.

Keluarga besar yang seringkali ikut campur pada urusan rumah tangga, dapat menjadi penyebab KDRT. Sebab perbuatannya dapat memperburuk situasi, kemudian memicu terjadi kekerasan fisik, verbal, maupun emosional.

Ini menyebabkan korban KDRT merasa tidak memperoleh dukungan dari siapapun, termasuk keluarganya sendiri. Dirinya merasa bahwa segala pembelaan hanya tertuju pada suaminya, hingga akhirnya membuatnya selalu merasa tertekan.

Cara Mencegah Kekerasan dalam Rumah Tangga

Beberapa hal dapat dilakukan demi mencegah KDRT. Baik untuk Anda yang sedang berencana menikah maupun sudah menikah, terapkan cara mencegah kekerasan dalam rumah tangga ini  agar tidak sampai terjadi di kemudian hari.

  • Sebelum menikah, diskusikan segala hal kepada pasangan tanpa ada yang ditutupi supaya dapat memahami satu sama lain. Misalnya memberitahukan soal kondisi keluarga, keuangan, prinsip, pandangan, maupun tujuan hidup.
  • Mengikuti konseling pernikahan dan memperdalam ilmu parenting.
  • Memperkuat dukungan finansial, persiapkan matang-matang sebelum menikah.
  • Sebelum menikah, pastikan Anda maupun pasangan sehat secara mental (kejiwaan).
  • Menghindari hal-hal pemicu KDRT, misalnya kecanduan narkoba, berjudi, dan konsumsi alkohol berlebihan.
  • Utamakan komunikasi dengan pasangan demi mencegah kesalahpahaman.
  • Tanamkan sikap jujur, terbuka, serta saling percaya pada pasangan.
  • Tidak melakukan silent treatment, lebih baik berdiskusi untuk menyelesaikan masalah.
  • Memahami cara terbaik untuk mengelola emosi.
  • Menyembuhkan luka inner child.
  • Menghindari perselingkuhan.
  • Mendiskusikan peran masing-masing anggota keluarga. Tidak terlalu mengedepankan patriarki.
  • Hindari prasangka buruk.

Beberapa faktor umum penyebab KDRT perlu diketahui, baik oleh pasangan yang belum menikah maupun sudah menikah. Konflik dalam rumah tangga itu hal wajar. Namun supaya tidak berkepanjangan, sebaiknya hadapi dan selesaikan dengan kepala dingin bersama pasangan, bukan menerapkan silent treatment dan bertindak kasar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *