Lompat ke konten

7 Beban Anak Pertama, Perempuan dan Laki-Laki

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

/ Diverifikasi oleh: Tim Better Parent

Beban Anak Pertama

Anak pertama diberi tanggung jawab sebagai teladan yang baik bagi adik-adiknya. Sebab, anak pertama sekaligus seorang kayak adalah sebuah contoh di mana pasti hampir segala perilakunya akan ditiru oleh saudaranya.

Beban menjadi anak pertama pun berbeda dengan adik-adiknya. Meskipun si sulung ini memiliki kepribadian kuat dan unik, tetapi beban yang ditanggung pun seringkali membuatnya stres.

Banyak suka duka dialami oleh anak sulung, salah satunya adalah mendapatkan perlakuan berbeda dari ayah dan ibunya. Anak pertama seperti yang diketahui oleh banyak orang bahwa mereka mendapatkan kasih sayang dan materi secara utuh dari orang tuanya, sebab saat kelahirannya orang tua sangat bahagia hingga memberikan apapun demi buah hati pertamanya.

Akan tetapi, anak sulung pun memiliki beban, baik laki-laki maupun perempuan. Simak ulasan ini untuk mengetahui beban anak pertama:

1. Tuntutan dalam Menanggung Harapan Besar dan Standar Tinggi Keluarga

Seringkali sebagai anak pertama, selalu diamanahkan orang tua untuk mewujudkan cita-cita mereka atau menjadi pribadi terbaik dan bisa melakukan hampir segala hal dengan baik. Dalam artian seperti membantu pekerjaan rumah, mengurus adik, dan menjadi teladan atau panutan.

Pada anak pertama laki-laki, mereka biasanya diberikan standar lebih tinggi dalam mendapatkan pekerjaan, mencari pasangan hidup, atau untuk mengenyam pendidikan. Sebab mereka diharapkan dapat menjadi panutan sekaligus pemimpin di masa depan.

Pada anak pertama perempuan, tuntutan dari ayah dan ibu biasanya berupa kecakapan dalam mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus adik atau anak kecil, dan pendidikan tinggi. Inilah yang menjadi beban dan membuat si sulung banyak pikiran soal tuntutan dari ayah dan ibunya.

Meskipun demikian, tidak semua orang tua berlaku seperti ini pada buah hati pertamanya dan cenderung bersikap lunak pada si sulung.

2. Tidak Didengarkan

Tidak didengarkan sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari dari si sulung. Biasanya, anak sulung seringkali tidak didengarkan ketika berbicara mengenai kesalahan yang dilakukan oleh adiknya.

Akan tetapi, ayah dan ibu seringkali tidak ingin mendengarkan alasan dari si sulung, malah justru mewajarkan perilaku adiknya dengan alasan masih kecil. Oleh karena itu, tak jarang hal ini membuat si sulung menjadi iri kepada adiknya akibat perhatiannya harus terbagi dan membuat ia diabaikan ayah dan ibu.

Apabila si sulung mendapatkan perilaku seperti ini dari orangtuanya, sebaiknya komunikasikan dengan baik saat pikiran sama-sama tenang. Hal ini karena sebenarnya, ayah dan ibu tidak bermaksud demikian dalam membagi kasih sayang untuk buah hatinya.

3. Kegagalan adalah Ketakutan Terbesar

Kegagalan adalah ketakutan utama dari si sulung jika tidak mampu memenuhi keinginan atau harapan dari orang tuanya. Fakta anak pertama memanglah bahwa mereka sangat berusaha bekerja keras mencapai sesuatu agar bisa membanggakan kedua orang tuanya.

Akan tetapi, mereka merasa takut apabila gagal dan mengecewakan orang tuanya. Sebab, si sulung sudah berusaha semaksimal mungkin, bahkan cenderung berusaha sesempurna mungkin dalam melakukan sesuatu.

Pikirannya menjadi bercabang, tak jarang mereka memikirkan sesuatu yang terjadi apabila gagal ketika mendapatkannya. Banyaknya pikiran ini menjadikan beban baginya.

Hal ini lah yang membuatnya sering stres dan bahkan rentan mengalami beberapa masalah psikologis, seperti anxiety disorder. Sebagai orang tua, sebaiknya pahami gejalanya dan segera lakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan kecemasannya dengan sabar tanpa meremehkan si sulung.

4. Sering Menjadi yang Disalahkan

Anak pertama adalah kakak, biasanya diberi tanggung jawab oleh orang tua untuk menjaga adiknya. Sehingga, saat adiknya melakukan kesalahan, orang yang pertama disalahkan adalah kakaknya.

Padahal, belum tentu kakak yang mengganggu adiknya. Maka dari itu, si sulung seringkali kesal karena selalu disalahkan padahal tidak melakukan apapun, sehingga hal ini membuatnya terbebani karena ia sedih akibat orang tua tak ingin mendengar alasan apapun darinya.

Meskipun begitu, tidak semua orang tua menyalahkan anaknya secara sepihak seperti ini. Sebagai orang tua, memang hendaknya berlaku adil kepada buah hatinya agar salah satunya tidak merasa terpojokkan.

5. Memikirkan Kebahagian Orang Tua dan Adik-adiknya

Kebanyakan anak pertama memang sangat protektif pada keluarganya, sehingga mereka berusaha keras dalam memprioritaskan keluarganya dalam hal apapun.

Si sulung juga pasti memikirkan kebahagiaan orang tua dan adiknya, sehingga selalu mengusahakan yang terbaik bagi keluarganya.

Si sulung adalah seseorang yang pertama kali dicari oleh keluarga, sehingga sejak adiknya lahir ia sudah memiliki kepekaan dan perhatian kepada orang tua serta adiknya. 

Terutama pada anak pertama perempuan, kebiasaan selalu peka ini terbawa hingga dewasa, membuatnya tak pernah lupa untuk menghubungi keluarganya meskipun jaraknya terpisah jauh. Hal ini karena anak pertama selalu memikirkan keadaan keluarga, sekaligus memastikan bahwa mereka dalam keadaan baik-baik saja.

6. Harus Lebih Banyak Mengalah

Anak pertama kebanyakan memang cenderung egois dan mau menangnya sendiri. Akan tetapi, mereka juga harus mampu menahan egonya sendiri agar tidak menjadi serba salah saat melakukan sesuatu, terutama hal yang berhubungan dengan adiknya.

Si sulung harus lebih banyak mengalah demi keamanan dan kenyamanan diri sendiri agar tidak menjadi seorang yang selalu salah. Tidak hanya itu, anak pertama seringkali mengalah karena mereka memikirkan keadaan keluarganya.

Misalnya, ketika ia sedang ingin menempuh pendidikan lanjutan di luar kota, tetapi karena keadaan keluarga ia harus menunda mimpinya. Atau mungkin mengubur impiannya yang bertentangan dengan orang tua, mendahulukan kepentingan adiknya daripada dirinya sendiri, atau pun hal lainnya yang memaksanya untuk harus mengalah.

Hal ini juga seringkali terjadi pada anak pertama laki-laki. Di mana ia rela mengubur impiannya agar adik-adiknya bisa lebih mengejar mimpinya.

Dirinya selalu berusaha mengalah karena ia tak ingin mengecewakan siapapun. Meskipun ia pun cenderung egois, mau menangnya sendiri, dan keras kepala, tetapi ia selalu berusaha mengerti mengenai keadaan dan mengesampingkan kepentingannya sendiri.

7. Banyak Dibatasi untuk Melakukan Sesuatu

Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Apalagi pada anak pertama, ayah dan ibu pasti menaruh harapan besar kepadanya.

Kebanyakan ayah dan ibu menginginkan buah cinta pertamanya menjadi pribadi yang unggul, mampu melakukan sesuatu dengan baik, bahkan berharap agar si sulung mampu menjadi apa yang diinginkan orang tuanya.

Membatasi anak dalam melakukan sesuatu menyebabkan potensinya tidak tergali. Sebab apa yang diinginkan oleh si sulung, belum tentu diinginkan oleh ayah dan ibunya. 

Sehingga, hal ini pun menjadi beban untuk anak pertama karena ia merasa tidak mengerti ingin menjadi apa karena harus sesuai dengan apa yang diinginkan orang tuanya. Beban pikiran ini seringkali membuatnya merasa tidak berkembang karena ia sendiri belum tentu diperbolehkan melakukan apa yang disukainya.

Terutama pada anak pertama perempuan, mereka cenderung dibatasi dalam sebagian hal. Misalnya diharuskan untuk segera menikah, tidak diperbolehkan melanjutkan pendidikan lebih tinggi dari SMA atau sarjana, serta tuntutan lainnya yang membebani pikiran.

Itulah beban sebagai anak pertama, baik laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan penjelasan tersebut. Meskipun kepribadiannya cenderung kuat, tetapi faktanya ia justru banyak berkorban demi kepentingan orang lain, termasuk keluarganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *