Lompat ke konten

Cara Mengatasi Anak yang Penakut

Cara Mengatasi Anak yang Penakut

Takut merupakan sebuah emosi kuat yang tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Bahkan, rasa takut yang dihadapi saat masih kecil dapat mempengaruhi perilaku seseorang ketika dewasa. 

Oleh karena itu, sudah merupakan tugas orang tua untuk membantu anak mereka mengatasi ketakutannya. Lalu, bagaimana cara mengatasi anak yang penakut? Berikut ini beberapa tips untuk mengatasi ketakutan pada anak.

Penyebab Anak Menjadi Penakut

Namun sebelum mengetahui tps mengatasi ketakutan pada si kecil, Anda harus tahu terlebih dahulu apa penyebab ketakutan tersebut. Umumnya, anak, khususnya balita, takut karena perkembangan pengetahuan dan logikanya diikuti dengan perkembangan imajinasi yang lebih besar. Akibatnya, imajinasi si kecil menjadi lebih liar dan tidak dapat disaring dengan logika dan pengetahuan. 

Akan tetapi, terdapat faktor-faktor lain juga yang bisa menyebabkan si kecil menjadi individu penakut. Faktor-faktor lain tersebut seperti. 

  1. Genetik. Rasa takut yang berlebihan bisa menjadi sebuah penyakit mental sendiri, yang disebut dengan agoraphobia. Meskipun banyak faktor lain diluar faktor genetik yang bisa menyebabkan penyakit mental ini, akan tetapi individu yang memiliki relasi genetik dengan individu lain yang memiliki penyakit yang sama memiliki faktor risiko yang lebih besar. 
  2. Trauma. Rasa takut juga bisa timbul dari trauma yang dialami oleh si kecil di masa lalu. Misalnya, si kecil pernah menjadi saksi pencurian di rumahnya, ketika rumah sedang gelap dan di rumah sendirian. Hal ini bisa membuatnya takut ketika harus tinggal di rumah sendiri atau takut ketika rumah sedang dalam kondisi gelap. 
  3. Rasa tidak aman dan nyaman. Rasa tidak aman dan nyaman dalam diri seorang anak juga bisa menyebabkan si anak memiliki ketakutan tersendiri. Hal ini bisa terjadi ketika dia bertemu orang-orang baru atau berada di lingkungan yang baru. 
  4. Orang tua overprotective. Ketika terlalu overprotective dan melarang anak untuk melakukan ini itu, Anda dan pasangan Anda secara tidak sengaja akan membuat anak menjadi individu yang takut untuk mengambil keputusan dan mencoba hal-hal yang baru. Sebab, mereka takut kalau hal baru tersebut adalah hal yang tidak Anda perbolehkan. 
  5. Contoh dari orang tua. Anak adalah peniru yang baik. Apapun yang dilakukan oleh orang tua dapat ditirukan. Termasuk ketika orang tua menghadapi sesuatu dengan ekspresi ketakutan. Apabila hal ini terjadi secara terus menerus, maka anak akan menganggap kalau dia harus menghadapi hal yang sama dengan sikap ketakutan juga. 
  6. Cerita-cerita seram. Imajinasi anak akan semakin tumbuh liar dengan cerita-cerita seram yang didongengkan oleh orang tua, kerabat atau teman-temannya. Maka dari itu, tidak heran jika cerita-cerita seram ini dapat membuat anak semakin ketakutan.

Alih-alih satu faktor, umumnya rasa takut yang dialami oleh seorang anak merupakan hasil gabungan dari beberapa faktor. Tugas orang tua adalah mengidentifikasi faktor penyebab yang paling dominan supaya dapat dengan lebih mudah menentukan solusi yang tepat.

Dampak dari Sifat Penakut pada Anak

Lalu, apa dampak dari sifat penakut pada anak? Rasa ketakutan seorang anak bisa berdampak hingga anak tersebut dewasa. Hal ini bisa diwujudkan dalam berbagai sikap, seperti:

  1. Memiliki kenangan buruk, sehingga menghindari kondisi yang terdapat kenangan buruk tersebut. Misalnya, karena sejak kecil takut gelap, maka ketika dewasa, anak tersebut juga tetap takut pada gelap, sehingga lampu rumahnya tidak pernah dimatikan. 
  2. Tidak percaya diri. Ketika seorang anak tumbuh dari orang tua yang overprotective atau sering menggunakan rasa takut untuk mengontrolnya, maka anak tersebut dapat tumbuh menjadi individu yang kurang percaya diri. 
  3. Bergantung pada orang lain. Senada dengan rendahnya kepercayaan diri anak, dia juga bisa tumbuh menjadi individu yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain, entah itu orang tua, kekasih atau orang yang dianggapnya penting di masa depan. Padahal, penting bagi orang tua untuk membangun kemandirian pada anak.
  4. Susah menentukan keputusan. Rendahnya rasa percaya diri juga membuat seorang anak takut untuk membuat keputusan. Apalagi jika semasa kecil dia sering dilarang untuk mencoba hal-hal baru. 
  5. Potensi anak terhambat. Rasa takut membuat anak enggan mencoba hal-hal baru dan tantangan baru. Akibatnya potensi dirinya sebagai seorang individu bisa tidak berkembang.

Cara Mengatasi Anak yang Penakut

1. Tidak menganggap remeh rasa takut

Seringkali banyak orang tua menganggap remeh rasa takut yang dihadapi anak supaya anak tersebut menjadi lebih berani. Misalnya, dengan berkata “kayak gitu aja kok takut”. Padahal, kata-kata seperti ini justru akan membuat anak merasa emosinya tidak divalidasi oleh orang tua dan biasanya justru membuat anak tersebut enggan melakukan hal yang ditakutinya. 

Sebagai gantinya, Anda bisa menyebutkan kalau anak tidak perlu takut, sebab ayah dan bunda siap membantu mereka dari belakang. Dengan kata-kata yang memastikan rasa aman anak seperti ini, dia akan jadi lebih berani untuk menghadapi rasa takutnya. 

2. Mendorong anak untuk mencoba hal-hal baru

Hal kedua yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membantu si kecil mengatasi ketakutannya adalah dengan mendorong mereka mencoba hal-hal baru dan merasakan kenikmatan dan tantangan yang ada dalam hal-hal baru tersebut. Ketika anak sudah bisa melakukan hal baru dengan baik, maka rasa kepercayaan dirinya akan meningkat, sehingga dia tidak ragu lagi untuk mencoba hal baru lainnya. 

3. Memberikan reward kepada anak yang berhasil menaklukan hal-hal baru

Reward ini tidak perlu muluk-muluk, misalnya Anda bisa memberikan snack coklat favoritnya ketika dia berhasil menyelesaikan tantangan di flying fox atau berhasil keluar dari rumah hantu. Adanya reward ini akan membuatnya semakin bersemangat lagi untuk mencoba hal-hal baru. 

4. Tidak menceritakan cerita-cerita seram untuk mengontrol anak

Tentu Anda pernah mendengar kalimat-kalimat yang mirip dengan kalimat ini “Jangan pulang sehabis maghrib, ada Genderuwo di jalan”. Meskipun tujuannya baik, yaitu supaya si kecil tidak pulang terlalu malam demi keamanannya sendiri, namun terus menerus mengucapkan kalimat seperti ini justru akan membuat mereka takut gelap saat dewasa yang mana bisa jadi ketika dewasa nanti, ada banyak hal yang harus mereka lakukan setelah jam maghrib. 

5. Menunjukkan sikap pemberani di depan anak

Sebagaimana manusia pada umumnya, tentunya Anda juga memiliki ketakutan yang tidak bisa Anda jelaskan kepada si kecil. Namun demikian, ketika di depan anak, pastikan Anda sudah berusaha menjadi sosok pemberani. Sebab, nantinya anak akan mencontoh sikap pemberani tersebut ketika berhadapan dengan situasi yang sama. 

Rasa takut adalah rasa yang wajar ada dalam diri manusia. Hanya saja, rasa takut seharusnya tidak membuat seseorang untuk menghindari potensinya, rasa takut seharusnya justru menjadi pecut untuk menghadapi tantangan baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *