Lompat ke konten

5 Psikologi Perkembangan Anak Yang Wajib Dipahami

/ Diverifikasi oleh: Geraeldo Sinaga, S.Psi.

/ Diverifikasi oleh: Geraeldo Sinaga, S.Psi.

5 Psikologi Perkembangan Anak

Tahap perkembangan anak terutama usia dini tidak hanya fisik saja, tetapi juga psikologinya, yakni sosial, mental, dan emosionalnya. Psikologi perkembangan ini wajib dipahami oleh orang tua.

Psikologi anak adalah ilmu yang mempelajari mengenai perubahan perkembangan bayi, balita, hingga remaja. Ilmu ini menganalisa pertumbuhan anak secara keseluruhan, yakni pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik, kognitif, hingga pembentukan kepribadian dan identitas.

Walaupun begitu, terdapat beberapa kendala dalam perkembangan psikologi anak. Misalnya adalah perkembangan seseorang harus melalui beberapa proses atau tahapan dari lingkungan sekitarnya, seperti pengaruh dari masyarakat.

Psikologi perkembangan anak dari bayi hingga ia dewasa banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang dilalui selama proses pertambahan usia, termasuk dari perilaku dan didikan dari orang tuanya.

Jangkauan topik dari psikologi anak ini cukup luas. Ada 5 aspek penting dalam psikologi perkembangan anak, yaitu meliputi tahap perkembangan, pencapaian, perilaku, emosi, dan sosialisasi. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Tahap Perkembangan

Aspek penting pada psikologi anak usia dini, membahas tiga hal pada tahap perkembangan. Tiga tahap tersebut, antara lain perkembangan fisik, kognitif atau kecerdasan, serta sosial dan emosional.

Ini adalah penjelasan mengenai ketiga aspek penting pada tahap perkembangan anak:

Perkembangan fisik

Tahap perkembangan fisik adalah perkembangan yang dapat dilihat melalui tubuh anak. Perkembangan fisik ini biasanya muncul secara stabil dan terprediksi.

Perkembangan fisik termasuk pertambahan massa tubuh, tinggi badan, serta kemampuan motorik kasar dan halus.

Aspek ini harus diasah dengan baik dengan cara melatih anak usia dini menggunakan beberapa mainan bayi untuk mendukung tumbuh kembangnya. Selain itu, asupan makanan bergizi seimbang juga berpengaruh.

Perkembangan kognitif (kecerdasan)

Perkembangan kognitif berkaitan dengan proses menerima ilmu pengetahuan, imajinasi, daya ingat, bahasa, pola pikir, dan penalaran.

Perkembangan kognitif atau kecerdasan untuk anak usia dini dapat diasah dengan bermain permainan yang melatih kreativitas si buah hati. Sebab permainan tersebut tidak hanya seru, tetapi juga mengembangkan pola berpikir kreatif dan daya imajinasinya.

Tahapan ini tidak bisa diabaikan, sebab dikhawatirkan dapat membuat tumbuh kembang otak atau kecerdasannya menjadi lebih lambat. Perhatikan porsi makanan bergizi agar asupan nutrisinya juga tepat.

Perkembangan sosial dan emosional

Perkembangan sosial dan emosional anak usia dini berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi dan mengungkapkan emosi.

Perkembangan sosial adalah kecenderungan si buah hati dalam bermain atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, termasuk teman sebaya, keluarga, atau gurunya. Pada umumnya, bayi usia 1 tahun sudah memahami bagaimana cara bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain meskipun masih menggunakan bahasa bayi. Kemampuan kerjasama kelompok juga termasuk dalam tahapan ini.

Perkembangan emosional adalah kemampuan anak dalam mengungkapkan perasaan yang dimilikinya serta memahami perasaan orang lain. Perkembangan emosi ini, antara lain rasa takut, percaya, kebanggaan, percaya diri, sedih, marah, humor, atau pun persahabatan.

2. Tahap Pencapaian

Tahap pencapaian atau milestone adalah aspek penting dalam menilai perkembangan anak usia dini. Aspek ini wajib diperhatikan oleh orang tua apakah buah hatinya terlambat berkembang atau tidak, misalnya saat usia 18 bulan seharusnya sudah mampu berjalan, tetapi jika belum maka orang tua harus mewaspadai hal tersebut.

Tahap pencapaian meliputi pencapaian fisik, kognitif (mental), sosial dan emosional, serta komunikasi dan bahasa. Ini penjelasannya masing-masing:

Pencapaian fisik

Pencapaian fisik ini merupakan perkembangan kemampuan motorik kasar dan halus. Tahap pencapaian ini harus sering diperhatikan dan dilatih supaya tumbuh kembang si kecil menjadi lebih optimal.

Pada anak usia dini, termasuk anak usia 1 tahun, Anda dapat melatih si kecil berjalan guna memperkuat otot kaki dan meningkatkan kemampuan berjalannya. Selain itu, melakukan beberapa aktivitas fisik ringan juga diperlukan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus.

Pencapaian kognitif (kecerdasan)

Pencapaian kognitif atau kecerdasan mencakup kemampuan anak dalam belajar dan berpikir, serta memecahkan suatu masalah.

Mengasah pencapaian kognitif anak bisa dilakukan dengan stimulasi sederhana, misalnya mengajak si kecil bermain permainan strategi seperti mencari harta karun, atau bermain tebak kata dan gambar supaya pola pikirnya menjadi lebih terasah.

Selain itu, meningkatkan konsentrasi anak juga penting agar mengoptimalkan kemampuan berpikir dan belajarnya.

Pencapaian sosial dan emosional

Pencapaian sosial dan emosional ini termasuk kemampuan anak dalam melakukan interaksi sosial serta mengungkapkan perasaannya.

Pencapaian sosial dapat dilatih dengan mengajaknya untuk bergabung pada kelompok bermain anak untuk meningkatkan interaksi sosial dan memahami perasaan, baik perasaan dirinya sendiri maupun orang lain.

Perkembangan sosial dan emosional yang tidak diasah atau lambat terasah dapat menyebabkan tumbuh kembangnya lambat.

Pencapaian komunikasi dan bahasa

Pencapaian komunikasi dan bahasa ini berkaitan dengan cara anak melakukan komunikasi atau berbicara dengan orang lain, serta mengungkapkan kata-kata dan memahami bahasa.

Aspek penting ini perlu dicapai dan diasah sejak bayi sudah mulai bisa berkomunikasi menggunakan bahasa bayi agar nantinya ia tidak mengalami keterlambatan dalam hal berbahasa dan berbicara.

Pencapaian bahasa pada anak harus dikembangkan agar ia tidak mengalami disleksia atau keterlambatan dalam hal memahami bahasa, termasuk membaca, menulis, dan mengeja kata-kata.

3. Tahap Perilaku

Aspek penting perkembangan anak selanjutnya adalah tahap perilaku. Setiap anak tentu memiliki karakter dan sikapnya masing-masing, misalnya nakal, tidak menurut, dan memberontak.

Konflik orang tua dengan anak pada tahap ini juga sering muncul, terutama ketika ia sudah menginjak 1-2 tahun. Pada tahap ini biasanya sampai beranjak remaja sudah mulai mencari jati diri dan melakukan hal yang hanya ingin ia lakukan.

Perilaku impulsif tersebut merupakan bagian dari proses pendewasaan anak. Akan tetapi, jika perilakunya tidak dapat terkontrol, ada baiknya bila mengkonsultasikan hal ini langsung pada psikolog.

Mengkonsultasikan perilaku anak yang sudah di luar batas wajar penting agar psikolog menjelaskan mengenai gangguan perkembangan otak, genetik, masalah pola makan, kondisi keluarga, maupun stres. Tujuannya adalah agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Pada tahap perilaku, mengajarkan anak tentang pentingnya moral adalah hal yang perlu dilakukan. Hal ini supaya perilakunya tidak menyimpang dan membuat ia pahamtentang bagaimana cara bersikap di lingkungannya.

4. Tahap Sosialisasi

Aspek penting selanjutnya adalah tahap sosialisasi yang juga erat hubungannya dengan perkembangan emosi. Tahap sosialisasi ini termasuk cara anak berinteraksi dengan keluarga, teman sebaya, tetangga, atau guru di sekolahnya.

Menjaga kualitas hubungan yang baik antar orang tua dengan anak sangat penting karena hal ini akan berpengaruh pada perkembangan sosial anak nantinya.

Sementara itu, tahap ini anak akan belajar tentang interaksi sosial dengan teman sebayanya, manajemen konflik, bahkan tawar-menawar.

Pada tahap ini si buah hati akan mengalami proses koordinasi antara pemahaman, tindakan, dan tujuan untuk melakukan berbagai hal. Sehingga, ia dapat mengembangkan sekaligus menjaga pertemanan yang nyaman selain dari keluarganya.

5. Tahap Emosi

Tahap emosi merupakan kemampuan anak dalam memahami emosi dan perasaan, baik dirinya sendiri dan orang lain. Pada tahap ini, si buah hati akan belajar dalam mengelola emosi yang muncul.

Proses perkembangan emosi termasuk rumit dan berlangsung sejak masa kanak-kanak hingga dewasa. Emosi pertama kali muncul saat masih bayi, yakni marah, gembira, sedih, dan ketakutan.

Seiring bertambahnya usia, emosi buah hati pun semakin berkembang. Ia sudah bisa mulai merasakan kecewa, cemburu, malu, terkejut, bangga, sukacita, bahkan mengungkapkan rasa empatinya. Selain itu, pengelolaan emosinya pun juga semakin baik.

Meskipun begitu, pada sebagian anak yang mengalami temperamen menjadi lebih sulit dalam mengelola emosi. Membawanya ke psikolog anak dapat membantu mencari penyebab serta menyembuhkannya.

Itulah penjelasan mengenai 5 psikologi perkembangan anak yang wajib dipahami oleh orang tua. Memperhatikan tumbuh kembang si kecil perlu dilakukan agar memastikan bahwa ia dalam keadaan baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *