Tanggung jawab ayah dan ibu adalah menjamin kebaikan serta kesuksesan untuk masa depan buah hatinya. Akan tetapi juga terdapat tipe orang tua yang bisa merusak masa depan anaknya.
Entah disadari atau tidak, pola asuh dan tipe orang tua bisa saja merusak masa depan anak. Kedengarannya sepele, tetapi kenyataannya banyak ayah dan ibu tidak terlalu menyadari akan hal ini, tetapi baru menyesal ketika buah hatinya sudah dewasa.
Menjadi orang tua yang baik untuk anak bukanlah suatu hal mudah. Banyak sekali kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk membesarkan sekaligus mendidik sang buah hati hingga dewasa serta siap menjalani kehidupan sendiri.
Selama proses membesarkan dan mendidik anak hingga benar-benar bisa hidup mandiri saat dewasa, hal-hal dasar seperti kebutuhan emosional harus dipenuhi agar tumbuh kembangnya bisa maksimal. Bahkan pola asuh berdasarkan kepribadian ayah dan ibu pun berpengaruh dalam tumbuh kembang si buah hati.
Tipe orang tua baik, akan memunculkan dampak positif bagi si buah hati, terutama dalam kepribadian dan caranya dalam meraih cita-cita. Sebaliknya, tipe orang tua buruk justru akan memunculkan berbagai dampak negatif pada masa depan anak nantinya.
Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui bagaimana tipe orang tua yang merusak masa depan anak melalui penjelasan berikut ini.
1. Tipe Kompetitif atau Menganggap Segalanya sebagai Ajang Perlombaan
Tipe kompetitif kedengarannya tidak terlalu berdampak pada kesehatan mental anak. Padahal faktanya, orang tua tipe kompetitif sangat berdampak pada kondisi psikologis sang buah hati karena segala sesuatunya dijadikan sebagai ajang perlombaan.
Biasanya, ayah atau ibu dengan tipe kompetitif ini cenderung ambisius dan sangat menuntut buah hatinya agar selalu menjadi nomor satu atau menduduki posisi terbaik. Akibatnya, hal ini membuat anak jadi takut akan kegagalan dan mudah sekali mengalami depresi.
Ayah dan ibu dengan tipe seperti ini cenderung menuntut anaknya untuk terlibat dalam kegiatan apapun dengan harapan buah hatinya bisa unggul dalam segala hal. Padahal, belum tentu ia berminat untuk melakukannya.
Mengetahui minat dan bakat anak sangat diperlukan agar ia memiliki gambaran akan masa depannya sendiri sekaligus mengembangkan dirinya melalui hal yang disukai. Mengekang anak hanya demi ambisi ayah dan ibu membuat ia tidak bisa melakukan apa yang disukainya.
Karakter setiap anak tentu berbeda-beda. Sebaiknya biarkan ia melakukan eksplorasi untuk menemukan minat dan bakatnya.
Jangan memaksakan ia menuruti kehendak ayah dan ibu, apalagi sampai menuntutnya melakukan semua hal dengan sempurna. Tidak semua hal bisa dijadikan sebagai ajang perlombaan. Mengurangi sifat terlalu ambisius juga perlu dilakukan agar si buah hati tidak menjadi stres akibat tertekan.
2. Tipe Kasar dan Pemarah
Tipe orang tua kasar dan pemarah sangat tidak disukai oleh anak karena dapat menekan mentalnya, sehingga membuatnya sering tertekan. Tak hanya itu, ia pun cenderung tumbuh mengikuti sifat orang tuanya yang kasar dan pemarah.
Ayah atau ibu dengan tipe seperti ini sering mendidik anak dengan keras dan memarahi ketika buah hatinya melakukan kesalahan meskipun sepele. Hal ini membuat si buah hati menjadi susah mendapatkan teman karena kebanyakan menjadi anak bermasalah di lingkungan.
Maka dari itu, orang tua dengan tipe kasar dan pemarah bisa merusak masa depan anak. Sebab ketika masih kecil ia sering diperlakukan kasar secara verbal maupun non-verbal, sehingga ketika dewasa nanti ia terbiasa melakukan sesuatu dengan kasar pada orang lain.
Dalam mendidik anak, hindari memperlakukan si buah hati secara kasar, sering tak bisa menahan amarah, maupun membentak karena hal sepele agar ia tidak tertekan. Perlakukan ia dengan lembut, ketika melakukan kesalahan pun jangan langsung menegurnya secara kasar, tetapi dengan lembut dan dengarkan penjelasan darinya.
Kebanyakan pola asuh dari tipe orang tua kasar dan pemarah ini susah mendengarkan anaknya. Padahal, menjadi pendengar yang baik bagi si buah hati banyak berdampak positif bagi tumbuh kembangnya. Daripada mengucapkan kata-kata yang justru menyakiti hati anak bisa berpengaruh pada kondisi psikologisnya.
3. Tipe Orang yang Suka Membanding-Bandingkan
Setiap anak pasti sangat tidak suka apabila ia dibanding-bandingkan oleh ayah atau ibunya dengan orang lain yang memiliki keunggulan lebih darinya. Ia akan merasa bahwa orang tuanya seolah tidak bersyukur kepada buah hatinya sendiri.
Akibatnya, anak menjadi tidak percaya diri karena seolah diremehkan oleh ayah maupun ibunya, padahal ia sudah berjuang banyak demi membanggakan keduanya tetapi malah tak dihargai perjuangannya.
Mungkin menurut ayah dan ibu, membandingkan buah hatinya dengan orang lain yang memiliki banyak keunggulan akan menjadikan sebuah motivasi agar bisa seperti orang itu. Akan tetapi kenyataannya, si buah hati justru menjadi sangat sedih karena apa yang dilakukannya selalu tidak dianggap dan diberikan apresiasi.
Tipe orang tua suka membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain bisa merusak masa depan si buah hati. Hal ini karena ketika dewasa nanti ia tumbuh menjadi manusia tidak percaya diri dan selalu merasa dirinya kurang atau biasa disebut dengan insecure.
Sebaiknya, orang tua wajib mengenali potensi buah hatinya sendiri daripada melihat orang lain yang potensinya pasti berbeda. Biarkan ia melakukan segala sesuatu dengan versi terbaiknya, yang terpenting jangan lupa untuk memberikan apresiasi atas perjuangannya.
Kenali juga tipe kecerdasan si buah hati agar lebih mudah dalam mengembangkan potensi yang ia miliki.
4. Tipe Pemanja
Orang tua dengan tipe pemanja, biasanya sering memanjakan buah hatinya. Tak jarang ketika anaknya melakukan kesalahan akan selalu dibenarkan dan ditutupi kesalahannya.
Meskipun sebenarnya ayah dan ibu berniat melindungi si buah hati, nyatanya terlalu memanjakan anak seperti itu justru dapat merusak masa depannya. Sebab ia akan tumbuh menjadi pribadi yang terlalu bergantung pada orang lain, tidak bisa bersikap dewasa, apalagi mandiri pada dirinya sendiri.
Selain itu, jika ia dibesarkan oleh ayah dan ibu dengan tipe pemanja akan tumbuh menjadi seorang yang tidak bisa yakin dengan kemampuan dirinya sendiri serta susah dalam beradaptasi di lingkungan baru. Ia pun juga menjadi mudah cemas apabila terpaksa melakukan segala sesuatunya sendiri dalam keadaan mendadak.
Maka dari itu, sangat penting untuk melatih kemandirian anak sejak dini agar ketika dewasa nanti ia terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri, tidak manja, mudah beradaptasi, yakin pada kemampuan diri sendiri, serta mampu menyikapi segala hal secara bijak.
5. Tipe Protektif
Ayah dan ibu selalu ingin anaknya dalam keadaan baik-baik saja, sehingga bagaimanapun caranya mereka pasti akan melindungi buah hatinya agar tidak tertimpa hal buruk. Namun, perlu diketahui bahwa hal ini tidak selalu baik, orang tua dengan tipe protektif bisa saja merusak masa depan anak.
Orang tua dengan tipe protektif ini biasanya memberikan banyak perhatian kepada buah hatinya tetapi juga mengawasinya secara ketat. Akibatnya ia malah tidak bisa mengeksplorasi lingkungan dengan bebas karena merasa seperti terlalu diawasi di manapun dan kapan pun.
Selain itu, ayah atau ibu dengan tipe protektif ini biasanya juga tidak memperbolehkan buah hatinya mencoba hal baru yang menurut mereka berbahaya. Tentu saja hal ini bisa merusak masa depan anak karena ia tidak bisa mencoba hal baru.
Anak yang dibesarkan oleh keluarga seperti ini cenderung tumbuh menjadi penakut, selalu merasa tidak aman, perfeksionis, dan mudah alergi terhadap sesuatu. Jika hal ini terbawa hingga ia dewasa, dampaknya tidak akan baik.
6. Tipe Tak Peduli (Acuh Tak Acuh)
Mengekang anak memang bukanlah cara mengasuh yang baik. Sama saja tidak baiknya apabila bersikap acuh tak acuh pada si buah hati.
Tipe orang tua tidak peduli atau acuh tak acuh ini sangat berpengaruh kepada masa depan anaknya nanti. Sebab hal ini akan membuat kepribadian si buah hati menjadi seenaknya dan juga tidak memiliki kepedulian terhadap orang lain, sesuai yang ia contoh dari orang tuanya sendiri.
Selain itu, ia akan tumbuh menjadi seorang yang kurang memiliki empati pada orang lain. Tetapi sering bersikap seenaknya sendiri karena saat kecil ayah atau ibunya banyak membiarkannya karena tak peduli apa yang ia lakukan, akibatnya ia pun tak pernah belajar dari kesalahan.
Di masa depannya, ia menjadi mudah mewajarkan sesuatu yang sebenarnya salah. Sebab ia merasa tidak apa-apa jika melakukan hal tidak baik ataupun menyimpang karena ketika masih kecil jarang diberi teguran meskipun salah.
7. Tipe Tidak Jujur
Orang tua jika terbiasa tidak jujur pada anaknya, juga sangat berpengaruh dalam merusak masa depan si buah hati. Anak adalah peniru terbaik, ketika ayah atau ibunya secara konsisten berbohong, ia pun akan terbiasa berbohong.
Ketika masih kecil ia merasa banyak dibohongi, sehingga ketika dewasa nanti ia pun akan meniru kebiasaan tersebut dan mewajarkan bersikap bohong ataupun tidak menepati janji pada orang lain.
Maka dari itu, mendidik anak sudah seharusnya lebih konsisten bersikap baik di hadapannya. Sebab apabila konsisten bersikap baik, ia akan meniru dan dampaknya pun juga akan baik bagi masa depannya.
Jadi itulah tipe orang tua yang merusak masa depan anak. Maka dari itu, sudah seharusnya ayah dan ibu lebih berhati-hati dalam mendidik agar si kecil tidak tumbuh menjadi manusia menyimpang dari nilai-nilai di masyarakat ketika ia dewasa nanti. Selain itu, kenali karakternya agar mengetahui pola asuh yang tepat untuknya.