Lompat ke konten

Kenali Apa itu Rebound Love dan Risikonya

Dua tangan sedang berusaha bergandengan.

Putus cinta bukanlah hal yang mudah untuk dialami dan diproses oleh setiap orang. Pasangan yang baru mengalami perpisahan cenderung memiliki caranya sendiri dalam menanggapi kejadian tersebut. Ada yang mencari kesibukan sendiri, membutuhkan waktu sendiri, bahkan ada yang berusaha kembali mencari calon pasangan lain setelah putus.

Nah, kasus yang terakhir tersebut dikenal dengan istilah rebound love. Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Jika belum, artikel kali ini akan membahas mengenai apa itu rebound love, tanda-tandanya, risiko, hingga cara menghadapinya. Penasaran? Mari simak informasi lebih lengkapnya pada penjelasan di bawah ini!

Pengertian Rebound Love

Dalam dunia olahraga basket, kata “rebound” dikenal sebagai gerakan pemain untuk memasukkan kembali bola ke dalam ring yang gagal sebelumnya. Nah, hal ini juga berlaku dalam dunia percintaan di mana seseorang berusaha menjalin hubungan baru setelah “gagal” menjalani hubungan sebelumnya. 

Biasanya, jarak waktu dari putus cinta ke hubungan yang baru ini tidaklah lama. Seseorang ini cenderung cepat mencari pengganti lainnya karena beberapa alasan di baliknya, seperti kesepian, kekosongan, kehilangan, dan sebagainya. 

Bagi sebagian orang, rebound love ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Perlu waktu dan tenaga untuk mengembalikan perasaan cinta setelah dikecewakan atau ditinggal pergi tanpa alasan. Kendati demikian, umumnya beberapa orang yang mengalami rebound love disebabkan karena sudah terbiasa hidup dengan pasangan dan perlu orang lain untuk mendukungnya. 

Akan tetapi, seseorang yang terjebak dalam kondisi ini mungkin belum sepenuhnya merefleksikan emosi dan perasaan mereka. Bisa dibilang kondisi ini adalah situasi yang kompleks karena berisiko menyakiti perasaan orang lain dan bahkan tidak bertahan lama. 

Kendati demikian, ada juga beberapa kasus di mana seseorang yang mengalami rebound love justru berakhir di jenjang pernikahan dan bertahan lama. Itulah mengapa situasi ini perlu dihadapi dengan baik agar tidak menyesal di kemudian hari. 

Alasan Seseorang Mengalami Rebound Love

Ada beberapa alasan yang mendasari seseorang mengalami rebound love, di antaranya adalah sebagai berikut: 

1. Kecewa dengan Keadaan

Seseorang yang mengalami kekecewaan biasanya akan berusaha dengan berbagai cara guna menghadapinya. Ada yang bisa langsung memaafkan, merenungkan perbuatannya, dan yang cukup ekstrim adalah melampiaskannya kepada orang lain. 

Begitu pula dalam percintaan, di mana kecewa dengan keadaan yang sudah tidak bersama lagi bisa menyebabkan seseorang sulit mengambil keputusan tepat. Pada akhirnya, mereka memilih untuk mencari validasi.

Tentu tindakan ini tidaklah sepenuhnya benar. Dilansir dari Kumparan, perasaan kecewa ini kemungkinan besar belum bisa mengendalikan emosi mereka sehingga menjadi mudah tersinggung, mudah marah, dan sebagainya. Mereka berharap agar pasangan baru memahami keadaan mereka dan bisa jadi penenang yang andal. 

2. Pelampiasan Emosi Negatif

Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan istilah “pelampiasan cinta”. Ya, istilah tersebut memang tepat untuk menggambarkan alasan seseorang mengalami rebound love

Perasaan marah, sedih, dan kecewa setelah putus cinta membuat mereka tidak menyadari bahwa mereka berusaha mencari pembenaran atas segala tindakannya. 

3. Ingin Unjuk Gigi (Pamer)

Walaupun tidak semua alasan seseorang mengalami rebound love adalah pamer, beberapa kasus menunjukkan bahwa pasangan yang baru putus merasa kehilangan kepercayaan diri. Hilangnya rasa percaya diri ini membuat mereka berusaha membuktikan kepada mantan kekasih bahwa mereka bisa mendapatkan yang lebih baik dengan cepat. Alasan ini lebih banyak dilatarbelakangi oleh kekecewaan karena merasa sudah melakukan yang terbaik dalam hubungan yang lalu. 

Tanda-Tanda Rebound Love

Nah, jika Anda sudah terjebak dalam hubungan rebound love, berikut ada beberapa tanda yang umum ditunjukkan dalam jalinan kasih tersebut, antara lain: 

1. Pasangan Belum Bisa Jujur dan Terbuka Sepenuhnya

Seseorang yang belum mengelola emosi dan perasaan diri sendiri dengan baik pasca putus cinta cenderung akan lebih menutup dirinya. (Sumber: Dokter Sehat). Mereka lebih memilih tidak membahas hal yang menyakitkan atau membuat hati mereka sedih.

Padahal, hubungan yang sehat terbangun dari perasaan jujur dan terbuka yang dilakukan oleh masing-masing pasangan. Pasangan baru Anda tentu ingin mengenal diri Anda lebih jauh lagi sehingga diperlukan keterbukaan tersebut. Jika tidak ada indikasi untuk mau lebih jujur, kemungkinan besar Anda terjebak dalam situasi rebound love

2. Sukar Memahami Emosi Sendiri

Emosi yang belum direfleksikan dengan baik akan membuat seseorang sulit memahami perasaannya sendiri. Seperti yang sudah dibahas di atas, mereka cenderung melampiaskan perasaan mereka kepada orang lain dengan harapan bisa dimengerti tanpa harus menjelaskan. 

Hal tersebut bisa berakibat fatal karena seharusnya yang memahami emosi dan perasaan seseorang adalah diri sendiri. 

3. Kurang Adanya Komitmen

Komitmen menunjukkan adanya keterikatan antara satu hal dengan yang lainnya. Dalam hubungan percintaan, komitmen diperlukan guna membuktikan bahwa Anda ingin terikat lebih dalam bersama pasangan. 

Namun, komitmen kurang terlihat pada seseorang yang mengalami rebound love. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya mereka belum siap untuk memulai hubungan baru. Mereka belum memahami kondisi dan perasaan diri sendiri sehingga berujung pada ketidakseriusan di hubungan yang baru tersebut. 

Risiko Rebound Love

Tentunya ada risiko yang ditimbulkan dari situasi rebound love ini, yaitu: 

1. Kemungkinan Hubungan Tidak Sehat

Hubungan sehat tercipta apabila kedua belah pihak bisa saling memahami, mendukung, dan memberi cinta sepenuhnya kepada satu sama lain. Namun, hal ini tidak bisa terwujud apabila hanya salah satu pihak yang memberikan seluruh perasaan tersebut.

Seseorang yang baru saja putus kemungkinan besar masih terbayang kenangan bersama mantan kekasih. Oleh karena itu, mereka bisa saja merefleksikan apa yang pernah dilakukan bersama mantan kekasih kepada pasangan baru. 

Jika hal tersebut terjadi, risiko hubungan tidak sehat (toxic) pun bisa terwujud. Tentu Anda tidak ingin hal ini terjadi, bukan?

2. Mengulangi Kesalahan yang Sama

Putus cinta terkadang membutakan seseorang sehingga sulit mengambil keputusan yang tepat. Oleh karena itu, tidak heran jika kondisi rebound love ini justru berisiko mengulangi kesalahan yang sama.  

Seseorang belum memproses dengan maksimal kondisi asmara sebelumnya. Mereka tidak merefleksikan atau mengevaluasi diri sendiri serta situasi yang ada sehingga tidak tahu letak kesalahan dan perbaikan yang akan dilakukan. 

Misalnya, kesalahan di hubungan sebelumnya adalah cara berkomunikasi dengan pasangan. Karena Anda belum mengevaluasi kesalahan tersebut, Anda berisiko mengulangi kesalahan tersebut di hubungan yang baru hingga akhirnya disadarkan oleh pasangan baru Anda. 

3. Risiko Sakit Hati karena Hasil Pelampiasan 

Dilansir dari Kumparan, rasa sakit hati yang dirasakan seseorang bisa berdampak pada keadaan psikologisnya. Mereka bisa kecewa, marah, atau bahkan yang lebih parah adalah dendam. 

Apabila rasa tersebut muncul saat menjalin hubungan rebound love, Anda patut mewaspadainya. Pasalnya, Anda tidak akan tahu apa yang akan dilakukan pasangan baru kepada Anda, mulai dari perlakuan, tutur kata, dan sebagainya. 

Cara Menghadapi Rebound Love

Apabila Anda tidak ingin berada dalam situasi rebound love, berikut ada beberapa cara menghadapinya dengan efektif: 

1. Beri Waktu Lebih Lama

Menyembuhkan rasa sedih, kecewa, dan penyesalan tentu membutuhkan waktu tidak sebentar. Oleh karena itu, berikanlah waktu lebih lama untuk memahami dan mengelola perasaan tersebut. 

Jika Anda adalah orang yang baru putus cinta, evaluasilah perasaan tersebut dengan lebih banyak bertanya pendapat kepada orang lain. Tujuannya adalah agar Anda memiliki sudut pandang baru dalam menangani perasaan tersebut.

2. Kenali Perasaan Diri Sendiri Lebih Dalam

Anda bisa mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri untuk mengenali emosi lebih dalam. Sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan baru, tanyakan terlebih dahulu; “Apakah benar hal ini yang dibutuhkan sekarang?”; “Apakah Anda sudah siap menjalin hubungan baru?”; dsb. 

3. Fokus pada Perasaan Sendiri

Terakhir, fokuslah pada perkembangan dan kebahagiaan diri sendiri terlebih dahulu. Apa pun alasan putus cinta di hubungan sebelumnya, yakinkan diri Anda bahwa siapa pun berhak bahagia. 

Janganlah berlarut-larut tenggelam dalam kondisi sedih atau kecewa. Bangkitlah dari kondisi tersebut dengan mencari kesibukan baru, berkumpul bersama teman atau keluarga, dan sebagainya. 

Demikianlah pembahasan mengenai rebound love beserta risiko dan tanda-tandanya. Penting untuk memahami perasaan dan emosi diri sendiri terlebih dahulu sebelum memulai hubungan baru dengan orang lain. Namun, apabila Anda sudah terjebak dalam situasi tersebut, hadapilah dengan bijak melalui beberapa cara yang sudah disebutkan di atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *