Lompat ke konten

Kleptomania pada Anak, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kleptomania pada Anak

Kleptomania adalah kondisi di mana penderitanya memiliki keinginan untuk membawa pulang barang milik orang lain (atau dalam kasarannya ‘mencuri’) tanpa alasan yang jelas. Apabila tidak melakukannya, dapat timbul perasaan cemas dan gelisah, sehingga merasa dorongan tersebut memang harus dilaksanakan agar merasa tenang.

Tidak hanya orang dewasa, penyakit kleptomania juga bisa dialami sejak usia anak-anak karena penyebab tertentu. Kenali lebih jauh tentang kleptomania pada anak berikut beserta cara mengatasinya dengan tepat.

Apa itu Kleptomania?

Kleptomania adalah jenis gangguan kejiwaan yang menyebabkan penderitanya mempunyai keinginan kuat untuk mengambil barang milik orang lain meskipun tidak membutuhkannya. Ini termasuk gangguan jiwa ringan, namun jika dibiarkan akibatnya bisa fatal dan merugikan orang lain yang menjadi korban.

Termasuk dalam gangguan kontrol impuls dan kecanduan (ICAD), banyak dialami oleh anak usia balita. Tujuannya mencuri barang karena ingin dan tertarik dengan barang tersebut. Namun terkadang, tindakan tersebut dilakukannya demi mendapatkan perhatian dan pengakuan.

Kleptomania dapat terjadi pada usia anak-anak karena kondisi tertentu. Oleh karena itu, sebelum terlambat perlu diketahui penyebab kleptomania pada anak agar dapat menyembuhkan gejalanya secara bertahap.

Anak-anak yang mengalami kleptomania, memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk mengambil barang kepunyaan orang lain tanpa alasan jelas agar merasa tenang. Namun ketika dorongan tersebut tak dilaksanakannya, akan muncul perasaan gelisah.

Ketika sudah mendapatkan barangnya, ia tak akan menggunakannya karena memang tidak membutuhkannya. Biasanya ia berikan kepada temannya, orang tuanya, atau malah membuangnya.

Gejala Kleptomania pada Anak

Terus membiarkan si kecil mengambil barang-barang milik yang lain tanpa tujuan jelas, akan menjadi kebiasaan buruk hingga nanti ia dewasa. Sebagai orang tua, wajib mewaspadai jika si kecil mengalami gejalanya. Ini berbagai gejala kleptomania pada anak yang harus diketahui orang tua.

  • Sering muncul keinginan mengambil/mencuri barang. Namun keinginan tersebut sebenarnya tanpa dasar, ia melakukannya hanya karena ingin, bukan karena membutuhkan barangnya.
  • Barang yang diambil bervariasi, bahkan bisa jadi tidak begitu berharga atau remeh. Artinya, penderita kleptomania sebenarnya masih bisa membelinya. Contohnya jepit rambut, gantungan kunci, ataupun lainnya.
  • Perasaan gelisah dan cemas apabila dorongan untuk mengambil barang tidak terlaksanakan. Intinya, susah mengendalikan keinginannya untuk mencuri.
  • Tindakan pencurian seringkali dilakukan di tempat umum dan keramaian. Contohnya supermarket, toko mainan, pasar, dan lain-lain.
  • Setelah mencuri, perasaannya menjadi lega. Namun akan muncul perasaan bersalah dan menyesal usai mengakui tindakannya.
  • Meskipun sempat bersalah dan menyesal, keinginan untuk mencuri bisa muncul kembali.
  • Gejala kleptomania terjadi secara spontan, tidak selalu setiap saat ia melakukannya.

Penyebab Kleptomania pada Anak

Penyebab kleptomania pada anak sebenarnya belum diketahui secara pasti. Berdasarkan Cleveland Clinic, kleptomania dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:

  • Perbedaan struktur otak yang mengelola kontrol impuls.
  • Adanya riwayat gangguan kejiwaan, misalnya bipolar, gangguan kecemasan, depresi, serta gangguan kepribadian lainnya.
  • Riwayat gangguan pada otak. Contohnya epilepsi.
  • Genetik.
  • Pola asuh orang tua yang kasar dan lalai.

Cara Mengatasi Kleptomania pada Anak

Meskipun termasuk gangguan kejiwaan ringan, dampaknya bisa berbahaya apabila anak menjadikannya sebagai kebiasaan yang wajar diperbuat. Selain pentingnya mewaspadai penyebab dan gejalanya, orang tua wajib tahu cara mengatasi kleptomania pada anak secara tepat berikut.

1. Coba pahami kondisinya

Kleptomania merupakan gangguan kejiwaan yang jarang terjadi pada banyak individu. Namun jika gangguan tersebut terjadi pada buah hati Anda, daripada langsung memarahinya habis-habisan, sebaiknya coba pahami dulu kondisinya. Sebab tindakan pencurian ini berbeda seperti pencurian pada umumnya, atau bisa dibilang sebenarnya ia tak membutuhkan barang itu.

Bisa jadi si kecil benar-benar tidak tahu mengapa ia melakukannya, bahkan merasa takut disangka sebagai orang jahat. Bicarakan baik-baik perihal alasannya mencuri, kemudian berikan pemahaman bahwa tindakan tersebut tidak baik dan bisa merugikan pihak lain.

2. Berikan pengertian bahwa mencuri itu tak boleh dilakukan

Anak yang mengalami kleptomania kemungkinan besar merasa kebingungan mengapa ia mencuri. Sebelum dirinya bertindak terlalu jauh dan semakin terbiasa, berikanlah pengertian kepadanya bahwa hal tersebut tak boleh dilakukannya lagi karena dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Daripada memarahinya, dukung ia supaya dapat konsisten menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Selain memberikan pemahaman soal tidak boleh mencuri, juga ajarkan kepadanya agar bisa menghapus keinginan untuk mencuri dengan berbagai cara yang positif. Berikan konsekuensi jika ia melakukannya lagi.

3. Tanamkan sikap jujur dan bertanggung jawab

Mengambil barang milik yang lain tanpa izin merupakan perbuatan tidak baik. Oleh karena itu, cara mengatasi kleptomania yang terjadi pada anak sebaiknya ayah dan ibu perlu menanamkan sikap jujur dan bertanggung jawab kepada si buah hati.

Ketika gejalanya kambuh lagi, minta dirinya bertanggung jawab atas perbuatannya itu sekaligus menjelaskan secara jujur mengenai barang siapa yang dicuri dan mengapa ia melakukannya. Ajarkan padanya agar mau bertanggung jawab untuk mengembalikannya lagi kepada pemiliknya.

4. Ajarkan pentingnya meminta maaf dan mengakui kesalahan

Tak hanya itu, mengatasi kleptomania membutuhkan sikap tegas dari orang tua supaya si kecil merasa bersalah atas tindakannya. Tidak sekedar bertanggung jawab mengembalikan barang ke pemiliknya lagi, ayah dan ibu harus mengajarkan mengenai pentingnya meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Anak harus tahu bahwa ia harus mau menanggung konsekuensi atas tindakan yang dilakukannya. Jika terbukti bersalah, ia pun harus mau mengakui kesalahannya lalu meminta maaf. Kemudian pastikan ia berjanji supaya tidak mengulangi perbuatannya lagi.

5. Terapkan teknik relaksasi

Penderita kleptomania merasa kesusahan mengontrol keinginannya untuk mencuri, sehingga akan timbul perasaan cemas apabila keinginannya tidak terlaksana. Solusi lainnya, yaitu mengajarkannya menerapkan teknik relaksasi.

Ketika dorongan untuk mencuri itu tiba-tiba muncul, minta anak melakukan relaksasi dengan inhale-exhale sampai dirinya merasa tenang. Setelah itu, arahkan si kecil untuk memikirkan hal-hal yang indah dan menyenangkan.

6. Psikoterapi

Gejala kleptomania yang parah, sebaiknya segera bawa anak ke psikolog untuk mengkonsultasikan gangguan psikis tersebut. Ini merupakan cara terbaik untuk mengatasi kleptomania karena psikolog (atau ahli kejiwaan lain) pasti akan memberikan pengobatan khusus, yaitu psikoterapi.

Tujuan psikoterapi adalah untuk memberikan gambaran kepada pasien mengenai tindakan yang dilakukannya itu dapat berdampak buruk bagi kehidupan. Sehingga selama menjalankan terapi ini diharapkan mampu menghentikan kebiasaannya itu dan tak mengulanginya lagi di kemudian hari.

7. Pemberian obat tertentu

Selain psikoterapi, dokter/psikiater kemungkinan juga akan memberikan obat-obatan tertentu untuk membantu menyembuhkan kleptomania anak yang terlanjur parah. Jenis obat yang biasa diberikan yaitu  antidepresan SSRIs untuk mengoptimalkan kerja hormon serotonin supaya emosinya bisa lebih stabil. Kemungkinan lainnya, dokter memberikan obat-obatan jenis antagonis opioid, gunanya untuk mencegah keinginan mencuri timbul kembali. 

Kleptomania pada anak berbahaya apabila terus menerus dibiarkan hingga menjadi kebiasaan saat nanti dewasa. Apabila gejalanya semakin parah, segera bawa ia ke ahli kejiwaan untuk mendapatkan penanganan, entah dalam bentuk terapi maupun pengobatan.

Meskipun sudah dalam proses terapi dan pengobatan, Anda tetap harus memantau perkembangannya. Sebab dikhawatirkan gejalanya bisa kambuh lagi di kemudian hari tanpa terduga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *