Fenomena childfree sebenarnya sudah ada sejak lama, namun belakangan populer kembali setelah disuarakan oleh salah satu influencer Indonesia, yaitu Gita Savitri (Gitasav). Childfree dianggap sebagai suatu gaya hidup, di mana individu atau pasangan yang sudah menikah memutuskan untuk tidak memiliki keturunan secara biologis maupun adopsi.
Childfree hingga saat ini masih menuai pro dan kontra, perdebatan soal topik ini pun tak kunjung usai. Mari bahas tentang fenomena childfree dan apa faktor yang membuat sebagian orang menerapkannya.
Apa itu Childfree?
Childfree adalah suatu kondisi di mana pasangan yang sudah menikah ataupun individu memutuskan untuk tidak memiliki keturunan (anak), baik secara biologis maupun adopsi. Gaya akibat isu lingkungan.
Istilah childfree seringkali digunakan secara bergantian dengan childless. Mereka yang memilih childfree sebenarnya bisa saja mempunyai anak, namun tidak menginginkannya karena alasan personal. Sedangkan childless merupakan kondisi di mana pasangan/seseorang menginginkan keturunan, namun tak dapat memaksakan kehendaknya akibat kondisi medis tertentu.
Semenjak gencarnya feminisme, mulai banyak wanita mengklaim bahwa tubuhnya merupakan hak atas dirinya sendiri, bukan paksaan dari pihak lain. Keputusan wanita dan pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak sebenarnya bersifat personal, tetapi masih dinilai tabu di Indonesia. Bahkan dianggap keputusan tersebut tidak bagus karena menolak rezeki dari Tuhan dan sebagainya.
Keputusan untuk tak memiliki keturunan sebaiknya perlu didiskusikan bersama pasangan, bukan dari satu pihak saja jika sudah menikah. Sebab masih banyak orang belum menerima gaya hidup ini dan ingin melanjutkan keturunan. Terutama sebagian pria, menceraikan istrinya jika tak dapat memberikan keturunan.
Faktor Penyebab Pasangan Memilih Childfree
Alasan pasangan menikah memutuskan untuk tak punya anak cenderung personal, sehingga bisa berbeda-beda setiap orang. Tetapi ini faktor penyebab pasangan memilih childfree secara umum.
1. Kesiapan mental
Alasan childfree bisa jadi perihal kesiapan mental. Tidak semua orang menginginkan anak dalam pernikahannya karena belum siap mental untuk mengurus sekaligus membesarkan anak.
Sebagian orang beranggapan bahwa membesarkan anak menguras banyak energi, sehingga membutuhkan kestabilan emosi. Sebab faktanya, mengurus anak memang tidak semudah itu dan sangat melelahkan juga menguras emosi.
Itulah mengapa, mereka merasa khawatir jika takut tidak bahagia nantinya ataupun tak mampu menjadi orang tua yang baik (maternal instinct). Sehingga memutuskan tak mempunyai keturunan meskipun kondisi finansialnya sudah mencukupi.
2. Kesiapan finansial
Sebelum punya anak, harus siap secara mental maupun finansial. Keadaan finansial yang buruk justru memicu banyak permasalahan di kehidupan sehari-hari, seperti susah memenuhi kebutuhan, sulit menabung, serta rentan berhutang.
Di luar sana, masih banyak orang tua yang melahirkan banyak anak dengan dalih ‘banyak anak, banyak rezeki’. Akan tetapi justru tak mampu memenuhi kebutuhannya sampai harus berhutang.
Membesarkan anak bukanlah perkara mudah. Setiap orang tua harus mempersiapkan biaya untuk pendidikan, kesehatan, hingga kebutuhannya sehari-hari dari kecil sampai usianya dewasa (sebelum menikah) karena itu merupakan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Jadi, bukan hanya memikirkan biaya selama kehamilan sampai persalinan saja.
Mengingat sangat besarnya biaya yang dibutuhkan, ini menjadi alasan pasangan mantap untuk childfree. Mereka merasa tak ingin bersikap egois dan membuat keturunannya menderita akibat kondisi keuangannya belum matang.
3. Kondisi fisik dan kesehatan
Adapun faktor penyebab pasangan melakukan childfree, yaitu kondisi fisik dan kesehatan yang kurang memungkinkan. Mungkin mereka ingin melanjutkan keturunan, namun harus mengurungkan niat karena keadaan.
Kondisi fisik dan alasan kesehatan yang dirasa tidak memungkinkan untuk memberikan keturunan, misalnya riwayat penyakit genetik, kanker rahim, kanker payudara, depresi, bipolar, dan sebagainya.
4. Memiliki prioritas lain dalam hidup
Alasan childfree bisa jadi karena sedang memiliki prioritas lain dalam hidup, sehingga tak memikirkan untuk mempunyai keturunan. Alasan seperti ini sebenarnya tidak buruk, tergantung masing-masing individu. Misalnya ingin fokus mengembangkan hobi dan karir, membahagiakan diri sendiri, dan sebagainya.
Mengurus anak perlu mengeluarkan banyak biaya, waktu, maupun tenaga. Inilah yang membuat seseorang/pasangan takut tak mampu mencapai tujuan yang sebelumnya telah diprioritaskan, bahkan malah khawatir dengan adanya anak malah mengubah prioritasnya itu suatu hari nanti. Contohnya yang awalnya ingin mengejar karir, tetapi setelah punya buah hati harus mengesampingkan prioritasnya demi mengurus si buah hati.
5. Isu lingkungan
Isu lingkungan menjadi alasan mengapa pasangan melakukan childfree setelah menikah, di mana isu ini hangat menjadi perbincangan publik. Over populasi manusia menyebabkan ketidak-seimbangan lingkungan, dapat kita lihat dari makin banyaknya kerusakan lingkungan belakangan ini akibat ulah manusia.
Selain itu, kelebihan populasi manusia saat ini juga tidak sebanding dengan ketersediaan pangan. Di luar sana, banyak orang terutama anak-anak kekurangan gizi akibat asupan makanan dan kesehatannya tidak terpenuhi.
Bagi pasangan maupun individu yang mendengar kondisi ini, tentu merasa prihatin kemudian memutuskan untuk tidak memiliki keturunan. Menurut sebagian orang, mengurangi populasi manusia dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dikhawatirkan mempengaruhi kesimbangan iklim.
6. Faktor keluarga
Pasangan menerapkan gaya hidup childfree, bisa jadi alasannya berupa faktor keluarga. Kebanyakan menerapkan gaya hidup ini akibat adanya trauma di masa lalu yang berkaitan dengan keluarga, misalnya mengalami daddy issues, pernah menjadi korban KDRT, broken home, pola asuh buruk, ataupun masalah lainnya.
Individu yang mempunyai latar belakang keluarga bermasalah, dapat mempengaruhi pola pikirnya hingga dewasa. Sebab dirinya tumbuh dengan melihat berbagai konflik pada keluarganya sendiri. Inilah yang memunculkan keinginannya untuk childfree, atau malah tak ingin menikah di masa depan.
Tak selalu akibat ada trauma masa lalu ataupun masalah di keluarga. Faktor penyebab pasangan/individu mantap untuk childfree, bisa jadi karena memang adanya dukungan dari keluarga. Biasanya ini terjadi ketika pihak keluarga membebaskan keputusannya serta tak memberikan tekanan apapun.
7. Alasan personal lainnya
Dari berbagai penyebab yang disebutkan, faktor penyebab individu/pasangan ingin childfree, yaitu karena alasan personal. Misalnya keinginan untuk hidup hanya berdua dengan pasangan, ingin membahagiakan diri sendiri, tidak suka anak kecil. atau memang sama sekali tak menginginkan kehadiran anak dalam hidupnya.
Sisi Negatif dan Positif Childfree
Keputusan soal childfree merupakan pilihan bagi masing-masing individu maupun pasangan yang sudah menikah. Meskipun demikian, pastikan telah mempertimbangkan matang-matang sebelum mantap memutuskannya. Simak bagaimana sisi negatif dan positif childfree agar tidak gegabah mengambil keputusan.
Sisi negatif childfree
Jika berniat tak mau mempunyai keturunan, berapa sisi negatif childfree ini perlu diketahui. Bukan hanya masalah kesehatan fisik, tetapi juga berdampak pada sisi mental.
- Perasaan kesepian akibat hidup sendiri ataupun hanya berdua bersama pasangan hingga menua.
- Bagi perempuan, childfree berisiko tinggi menimbulkan kanker payudara.
- Susah menyalurkan kasih sayang.
- Tak ada dukungan sosial maupun finansial, terutama saat nanti lanjut usia.
- Tidak ada yang mengurus saat sudah lansia.
- Tak ada pewaris harta kekayaan dan genetik karena tak ada keturunan.
- Susah ketika berbaur dengan para orang tua yang mempunyai anak.
Sisi positif childfree
Meskipun terdapat sisi negatif, adapun sisi positif childfree yang dapat dijadikan pertimbangan sebelum mantap melakukannya. Intinya, childfree tidak selamanya buruk, kok!
- Memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri, karir, maupun hobi.
- Banyak kesempatan untuk membahagiakan diri sendiri serta memprioritaskan tujuan yang sudah direncanakan.
- Memiliki banyak waktu untuk berdua bersama pasangan.
- Risiko mengalami penyakit berbahaya cenderung rendah, baik penyakit fisik maupun kejiwaan.
- Lebih fleksibel dalam memilih gaya hidup karena tak terikat dengan kehadiran anak.
- Tidak perlu memikirkan bagaimana kebutuhan anak, sehingga bisa fokus pada diri sendiri.
- Tidak menyumbang populasi manusia yang berpengaruh terhadap kepadatan populasi dunia.
Apapun alasannya, melakukan childfree merupakan keputusan bersama pasangan apabila sudah menikah. Pertimbangkanlah bagaimana sisi positif dan negatifnya sebelum mantap memutuskan childfree, sebab setiap keputusan pasti ada risiko dan hikmahnya.