Pada 19 Juli tahun 2023 lalu, dunia hiburan Indonesia digemparkan oleh karya terbaru Greta Gerwig yang berjudul Barbie. Sesuai dengan judulnya, film ini bercerita tentang boneka Barbie (Margot Robbie) dan Ken (Ryan Gosling).
Barbie adalah boneka yang diproduksi oleh Mattel dan didistribusikan ke seluruh dunia. Maka dari itu, tidak heran jika film ini tidak hanya dapat disaksikan di Amerika saja, bahkan bisa disaksikan di seluruh dunia. Bahkan menurut data terbaru, Barbie the Movie ini berhasil mencetak box office hingga 1,8 miliar USD dari penjualan tiket di seluruh dunia. Jumlah ini sekitar 10 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksi film ini yang hanya berkisar 128-145 juta USD saja.
Tidak hanya dari penjualan tiket saja, Barbie juga berhasil mendapatkan skor tinggi dari para penonton dan para kritikus. Di Rotten Tomatoes, film ini mendapatkan skor 83% dari penonton dan 88% dari para kritikus. Adapun di IMDb, rata-rata skor untuk film ini adalah 80.
Dengan menghadirkan set lokasi, pakaian yang warna-warni, serta lagu yang ikonik, tentu Bunda berpikir kalau Barbie cocok untuk disaksikan bersama si kecil. Hmm… apakah demikian? Simak pembahasan lengkapnya disini.
Sinopsis Film Barbie
Di Barbieland hiduplah sekelompok Barbie dan Ken. Para Ken sehari-hari menghabiskan waktunya di laut, sementara para Barbie menghabiskan waktunya dengan bekerja, seperti menjadi pengacara, pedagang dan lain sebagainya.
Lalu suatu ketika, Barbie Margot Robbie berpikir mengenai eksistensinya di dunia ini dan takut kematian. Akhirnya, dia ditemani dengan Ken (Ryan Gosling) bertekad pergi ke dunia nyata untuk bertemu dengan orang yang menggunakan mereka. Nah, selama di dunia nyata ini keduanya mengalami culture shock dan mendapati bahwa dunia nyata itu tidak sesempurna dunia Barbie.
Aspek Positif Film Barbie untuk Anak Kecil
1. Set lokasi yang berwarna warni
Film ini menghadirkan jawaban mengenai “bagaimana jika imajinasi anak kecil mengenai boneka barbie ditampilkan dalam bentuk film”. Maka dari itu, tidak heran jika set lokasi syuting film ini dibuat berwarna warni selayaknya set rumah atau peralatan barbie yang Bunda miliki dulu. Dengan set yang berwarna-warni seperti ini, tentu anak-anak akan lebih mudah tertarik dengan film tersebut.
2. Lagu yang enak di dengar
Tidak hanya set, film barbie ini juga dikemas dengan lagu yang enak didengar dan dance yang mudah diikuti. Alih-alih hanya dalam bentuk background music saja, lagu-lagu ini ditampilkan dalam bentuk musikal, sehingga penonton bioskop tetap bisa menikmatinya. Apalagi lagu-lagu yang dihadirkan dalam film ini juga lagu-lagu yang mudah diterima oleh semua kalangan.
Aspek Negatif Film Barbie untuk Anak Kecil
Alih-alih menghadirkan adegan yang tidak seharusnya disaksikan oleh anak kecil, film Barbie kurang cocok disaksikan oleh anak-anak karena berbagai faktor berikut:
1. Status PG-13
Dalam rating film, istilah PG-13 menunjukkan bahwa film terkait sebaiknya disaksikan oleh anak-anak atau remaja yang sudah berusia 13 tahun ke atas dengan bimbingan orang tua (parent guide). Di Amerika Serikat, status batas usia seperti ini adalah hal yang harus dipenuhi oleh para pembuat film sebelum film-nya tayang di bioskop. Ini artinya, memang ada beberapa faktor dalam film ini yang tidak seharusnya disampaikan ke anak-anak.
2. Cerita yang susah diterima oleh anak-anak
Sederhananya, film ini menceritakan petualangan Barbie dan Ken pergi dari Barbieland ke dunia nyata. Akan tetapi dibalik cerita yang sederhana tersebut, terdapat pesan-pesan yang mendalam mengenai wanita dan feminisme sebagaimana film-film Greta Gerwig yang lainnya. Tidak hanya itu, Barbie dalam film ini juga mempertanyakan eksistensinya.
Tema-tema seperti ini tentu akan lebih susah ditangkap oleh anak-anak. Maka dari itu, sebaiknya Bunda menyaksikan film ini bersama anak remaja Bunda atau bersama pasangan saja.
3. Lelucon khas orang dewasa
Meskipun memiliki pesan yang mendalam, film Barbie memiliki gaya penceritaan yang ringan diselingi dengan lelucon dan musik. Hal ini tentu berbeda dengan film hollywood lainnya yang dirilis secara bersamaan dengan film ini (Oppenheimer).
Meskipun demikian, sayangnya lelucon-lelucon yang dilontarkan dalam film ini umumnya adalah lelucon khas orang dewasa, seperti munculnya kata-kata kasar, kata-kata menjurus dan lain sebagainya sehingga kurang pas jika diterima oleh telinga anak-anak.
4. Mengandung adegan kekerasan ringan
Film Barbie juga terbilang kurang cocok untuk anak-anak karena di beberapa adegan terdapat adegan perkelahian meskipun dengan intensitas ringan. Yang dikhawatirkan adalah meskipun adegan kekerasan ini ringan, banyak anak akan menirukannya.
Alih-alih untuk anak-anak yang baru lahir beberapa tahun ini, film Barbie ini tampaknya lebih ditargetkan untuk individu yang dulu sempat menggunakan boneka ini untuk bermain saat mereka kecil entah itu pada awal tahun 2000, atau dekade 1990-an. Ini artinya meskipun tampak warna warni khas film anak-anak, film Barbie lebih ditujukan untuk orang dewasa dan remaja.
Film Alternatif Barbie
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa film Barbie the Movie relatif kurang cocok untuk anak-anak. Sebaliknya, film ini akan lebih cocok untuk disaksikan oleh remaja atau orang dewasa karena temanya yang dalam dan plotnya yang penuh makna. Lalu film apa yang cocok untuk disaksikan dengan anak-anak? Well, Bunda bisa mengajak si kecil menyaksikan film animasi terbaik Disney, seperti Up!, Lion King, Finding Nemo dan masih banyak lainnya. Bosan dengan Disney? Bunda bisa mengajak si kecil untuk menyaksikan film kartun anak yang mendidik dari negara lain, termasuk Indonesia, seperti Nussa, Upin Ipin The Movie, hingga berbagai animasi Jepang yang cocok untuk anak-anak, seperti Doraemon, Spirited Away, My Neighbor Totoro dan lain sebagainya.