Setiap individu memiliki hak dan kewajiban dalam sebuah interaksi sosial terlepas dari status, usia dan pengalaman individu tersebut. Begitu pula dengan orang tua dan anak. Anak memiliki kewajiban untuk menghormati orang tua, tetapi orang tua juga memiliki kewajiban atau tanggung jawab yang harus mereka berikan kepada anak mereka.
Berikut ini 10 bentuk tanggung jawab orang tua kepada anak:
1. Memberi Nafkah kepada Anak
Ketika lahir ke dunia, anak tidak memiliki barang apapun kecuali dirinya sendiri. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan nafkah yang layak kepada anak mereka, baik itu, sandang, pangan maupun papan. Karena kewajiban ini, tidak heran jika beberapa negara maju memberikan hukuman berat untuk orang tua yang diduga menelantarkan anak-anaknya.
Sandang, pangan dan papan yang layak bukan berarti harus mewah. Sandang yang baik adalah sandang yang bisa menutupi aurat si kecil dan menghindarkannya dari rasa malu, sementara pangan yang baik dapat membuat si kecil sehat dan bertenaga. Adapun papan yang baik adalah tempat yang bisa melindungi si kecil dari terik panas dan hujan dan memberikan rasa aman.
2. Memberikan Kasih Sayang kepada Anak
Anak bisa jadi merupakan salah satu bagian dari dunia Anda, namun bagi mereka, Anda adalah seluruh dunianya. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak. Kasih sayang cukup ini akan membuat si kecil tumbuh menjadi orang yang lebih percaya diri dan berani ketika dewasa nanti.
Adapun yang seringkali salah dipahami adalah memberikan cinta kasih kepada anak hanyalah tugas ibu di rumah, sementara tugas ayah adalah mencari nafkah. Tidak hanya ibu, anak juga membutuhkan cinta kasih dari ayah supaya ketika dewasa dia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tegas.
3. Memberikan Pendidikan yang Baik
Tanggung jawab lain yang harus diberikan oleh orang tua kepada anak adalah memberi mereka pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik tidak harus mahal, namun seyogianya orang tua memberikan fasilitas pendidikan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Saat ini banyak fasilitas pendidikan yang disediakan oleh pemerintah pusat maupun provinsi untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), beasiswa Bidik Misi untuk perkuliahan dan masih banyak lainnya, sehingga datang dari keluarga kurang mampu seharusnya tidak lagi menjadi alasan seorang anak putus sekolah.
4. Memberi Contoh yang Baik
Proses pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di rumah. Sedikit berbeda dengan pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah umumnya dilakukan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada si kecil. Misalnya, dengan memberinya contoh cara membersihkan kamar dengan rapi, contoh cara mengontrol emosi dan lain sebagainya.
Anak adalah peniru yang baik. Apapun yang dilakukan oleh orang tua maupun orang-orang disekitarnya dapat mereka serap dengan baik dan dicontoh. Oleh sebab itu, pastikan Anda hanya memberinya contoh yang baik-baik saja.
5. Menuntun Anak Ke Jalan Agama
Terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tua kepada anak berdasarkan hukum agama. Dalam Agama Islam misalnya, anak harus diberi nama yang baik, anak laki-laki wajib khitan, anak perempuan wajib dinikahkan oleh ayah kandungnya, anak yang baru lahir wajib di akikah (bisa hingga anak tersebut dewasa baru di akikah, tergantung kemampuan orang tua). Dalam Agama Kristen juga anak harus dibaptis dan lain sebagainya.
6. Mengajarkan Kata Maaf, Tolong dan Terima Kasih
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya setiap manusia pasti memiliki kesalahan. Namun sayangnya seringkali dalam adat ketimuran di Indonesia, orang tua enggan mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada anak. Padahal hal ini penting untuk membuat anak merasa bahwa emosinya divalidasi, mengajarkan tanggung jawab dan mengajarinya fakta bahwa tidak ada orang yang sempurna, bahkan orang tua kita.
Selain kata maaf, penting juga untuk mengajarkan anak meminta tolong dan mengucapkan terima kasih. Sama seperti maaf, kedua kata ini juga bisa memberikan validasi dan penghargaan atas perilaku orang lain.
7. Tidak Membandingkan Anak dengan Orang Lain
Setiap anak adalah individu yang unik. Apa yang dimiliki oleh anak lain belum tentu dimiliki oleh anak Anda sendiri. Begitu pula sebaliknya, bakat anak Anda, bisa jadi juga tidak dimiliki oleh orang lain. Maka dari itu, seyogianya orang tua tidak membandingkan anak mereka dengan anak orang lain, entah itu saudara, tetangga atau bahkan kakak atau adiknya sendiri.
Perbandingan terus menerus dengan orang lain akan membuat si kecil perlahan-lahan akan kehilangan kepercayaan dirinya. Padahal rasa percaya diri ini dibutuhkan untuk menjadi individu yang mandiri, dapat menentukan keputusan sendiri ketika dewasa nanti.
8. Membantu Anak Mengelola Emosi
Salah satu tantangan menjadi sepasang orang tua adalah mengajarkan cara mengelola emosi kepada si kecil. Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya anak-anak masih belum bisa mengelola emosinya dengan baik dan apabila hal ini tidak dikelola dengan baik, tidak menutup kemungkinan anak tersebut akan tumbuh menjadi orang yang bermasalah ketika remaja maupun dewasa.
Tidak hanya sabar, sebaiknya orang tua juga mengajarkan kepada si kecil cara melampiaskan emosi yang baik. Misalnya, dengan tidak memukul dinding, tapi hanya dengan bernyanyi atau berteriak di pantai. Hal-hal seperti ini tentu akan membantu si kecil ketika dia sedang menghadapi masalah pelik ketika dewasa nanti.
9. Mengajari Anak Cara Membagi Waktu
Bayi yang baru lahir belum bisa membedakan mana siang, mana malam, mana waktu istirahat dan mana waktu bangun dan makan. Orang tua lah yang bertugas untuk memperkenalkan pembagian waktu ini kepadanya sejak dini.
Mengajarkan cara membagi waktu sejak dini secara disiplin akan membantu si kecil dalam membangun kebiasaan baik dan jam biologisnya. Dengan demikian, ketika dewasa nanti dia akan terbiasa membagi waktu sesuai dengan jam biologis tersebut.
10. Mengawasi Penggunaan Teknologi
Salah satu bagian dari pendidikan di rumah adalah mengawasi dan membatasi si kecil menggunakan teknologi. Sebab dengan teknologi canggih seperti ini, dia bisa mendapatkan konten-konten yang seharusnya tidak disaksikannya atau konten-konten yang dapat menjerumuskannya ke dalam bahaya. Batasi waktu si kecil menyaksikan konten di handphone, dorong mereka untuk melakukan permainan yang mendukung motorik mereka dan pastikan mereka menyaksikan konten yang cocok dengan usianya.
Menjadi orang tua memang bukan hal yang mudah dan bahkan bisa dikatakan sebagai pembelajaran seumur hidup. Namun demikian, tetaplah berusaha sebaik mungkin, sebab berusaha tentu lebih baik dibandingkan kalah sebelum memulai.