Sebagian orang pasti ingin menikah dengan seseorang yang dicintai. Menikah merupakan momen sakral dengan mengucap janji suci dan saling mengikat dalam balutan komitmen. Kedengarannya sangat sederhana, tetapi banyak hal harus dipertimbangkan sebelum menikah.
Pertimbangan banyak hal sebelum memutuskan untuk menikah sangat penting supaya kehidupan rumah tangga nantinya dapat berjalan dengan baik, terarah, dan direncanakan secara matang. Tidak mempersiapkan banyak hal penting, seperti alasan menikah, kondisi mental dan finansial, perencanaan momongan, maupun kebutuhan masa depan lainnya justru membuat pernikahan itu sendiri rentan mengalami keretakan.
Tak hanya itu, kehidupan pasca menikah yang tidak direncanakan secara matang akan sering memunculkan konflik rumah tangga. Akibatnya, suami dan istri lebih susah untuk mempertahankannya.
Memutuskan untuk menikah tak boleh asal-asalan. Mau sesederhana apapun acaranya, hal paling penting tetap bagaimana soal pemenuhan kebutuhan dan perencanaan masa depan bersama. Maupun bagaimana kesiapan diri untuk menghadapi berbagai konflik nantinya saat sudah tinggal bersama.
Maka dari itu, pertimbangkan hal ini sebelum memutuskan untuk menikah agar tidak menyesal nantinya.
1. Jangan Menikah Hanya karena Cinta
Cinta itu buta, membuat seseorang kehilangan akal sehat dan rela melakukan apapun bagi orang yang ada di hatinya. Apalagi saat ini, sedang tren menikah muda bukan karena ikut-ikutan saja, tetapi juga merasa saling memiliki dan mencintai. Meskipun kedengarannya sangat manis, tetapi banyak hal perlu dipertimbangkan sebelum melangkah ke jenjang lebih serius.
Jangan menikah hanya karena cinta. Adanya cinta dan kasih sayang memang sangat penting dalam kehidupan, sebab dapat membuat hidup menjadi lebih damai dan berwarna.
Akan tetapi, jangan hanya karena cinta dan sebatas memiliki keinginan hidup bersama saja yang membuat Anda ingin segera menikah. Cobalah berpikir realistis, bagaimana hidup harus terus berlanjut, membayar tagihan atau sewa, dan apakah bertahan hanya karena sebatas cinta tanpa usaha? Tentu saja hal ini sangat berat, sebab faktanya untuk menikah harus merencanakan pertimbangan finansial matang-matang agar tetap dapat melanjutkan hidup.
Bicara cinta, mari mencoba untuk sedikit realistis. Tanpanya memang membuat hampa, tetapi dengannya akan berwarna. Jadi paling tidak, jangan hanya bermodal cinta dan kasih saja untuk tetap dapat bertahan dengan pasangan Anda setelah menikah. Komitmen untuk saling percaya, kecukupan finansial untuk menyambung hidup juga akan membuat pernikahan lebih berwarna karena setiap inci perjuangannya dilalui bersama..
2. Lihat Kondisi Kestabilan Finansial Masing-masing Pihak
Kondisi kestabilan finansial kedua pihak sangat penting diperhatikan. Sebab, angka perceraian paling tinggi disebabkan oleh masalah keuangan pada rumah tangga. Bukan hanya berupa kesusahan mencari uang, tetapi bisa juga akibat tak punya pegangan tabungan setelah menikah.
Melihat kondisi kestabilan finansial, baik pria maupun wanita sangat penting sebelum memutuskan menikah. Kondisi kestabilan keuangan akan menentukan bagaimana Anda dan pasangan hidup di kemudian hari.
Kehidupan setelah menikah pasti membutuhkan lebih banyak uang nantinya daripada saat pesta resepsi. Banyak hal menyangkut keuangan yang perlu diperhatikan, bukan menyangkut pemenuhan hidup sehari-hari saja, antara lain biaya pendidikan anak, tagihan dan cicilan, membayar pajak rutin, investasi, tabungan, dan lain-lain.
Maka dari itu, sangat penting sepasang suami dan istri untuk mengatur keuangan rumah tangga dan memiliki kestabilan finansial. Tanpa kondisi keuangan yang stabil, dapat menimbulkan masalah lain, misalnya sering berhutang, susah mencukupi kebutuhan sehari-hari, ataupun memunculkan konflik rumah tangga lainnya.
3. Kestabilan Emosi Dibutuhkan dalam Menjalani Kehidupan Rumah Tangga
Dua insan yang hendak membina rumah tangga, sebelum memutuskan untuk menikah sebaiknya melihat bagaimana kondisi kestabilan emosi masing-masing. Kestabilan emosi sangat berpengaruh dalam hidup berumah tangga, misalnya bagaimana cara menghadapi sekaligus menyelesaikan konflik atau permasalahan.
Emosi yang tidak stabil dapat berdampak buruk bagi pihak suami maupun istri. Sebab, akan sering timbul perselisihan, salah paham, bahkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tentu saja hal ini tak baik untuk kesehatan mental, sebab dapat menyebabkan depresi, gangguan kecemasan, perasaan insecure, atau mungkin kondisi baby blues saat baru memiliki bayi.
Maka dari itu, kestabilan emosi diperlukan supaya pernikahan dapat terjalin dengan baik, tidak ada pihak yang terlalu mendominasi, maupun tersakiti. Sehingga, apabila sebelum menikah sudah terjebak dalam toxic relationship, segeralah mengakhirinya sebelum menyesal kemudian.
Pernikahan bukan hanya tentang keinginan hidup bersama. Akan tetapi juga komitmen sekaligus kesadaran untuk saling memiliki, percaya, dan melengkapi satu sama lain. Maka dari itu, kestabilan emosi penting untuk menjaga agar pikiran tetap jernih meskipun sedang menghadapi masalah, juga menyadari adanya komitmen tersebut.
4. Pertimbangkan Rencana untuk Memiliki Anak
Tidak semua pasangan suami-istri punya rencana untuk cepat mendapatkan keturunan setelah menikah, terutama pada pasangan baru. Meskipun hendak menundanya, perencanaan momongan juga penting dilakukan.
Merencanakan momongan bukan hanya tentang biaya selama kehamilan dan persalinan saja, tetapi juga termasuk biaya pendidikan anak dan pemenuhan kebutuhannya nanti karena biayanya juga terbilang tidak murah. Hal ini tak boleh dianggap remeh karena berkaitan dengan kesejahteraan si buah hati setelah lahir. Apabila Anda dan pasangan memang hendak menunda momongan, perihal seperti ini juga sebaiknya tetap direncanakan supaya tidak terlalu kaget saat menghadapinya.
Jika ingin cepat memiliki momongan setelah menikah, Anda dapat mencoba berbagai aplikasi untuk ibu hamil. Banyak sekali fitur menarik dan edukatif yang dapat diterapkan agar masa-masa hamil dapat berjalan tenang, aman, serta lancar
5. Perencanaan Karir di Masa Depan Sangat Penting, Terutama bagi Wanita
Perdebatan tentang wanita sebaiknya di dapur saja setelah menjadi istri, sering terjadi di kalangan masyarakat kita. Sebab, jika sudah menjadi seorang istri dianggap tak perlu bekerja atau meniti karir, lebih baik melayani suami dan segala urusan di dapur saja.
Apalagi semakin berkembangnya zaman, para wanita mampu membuktikan bahwa bekerja dan mengenyam pendidikan tinggi dapat membantu mensejahterakan keluarga sekaligus menambah pendapatan. Namun, sebagian orang masih menganggap bahwa tidak perlu seorang istri fokus pada karirnya.
Perkara perencanaan karir terutama bagi wanita ini sangat penting. Anda dan pasangan harus memiliki perencanaan dan kesepakatan bagaimana nanti setelah menikah, entah mantap untuk tetap berkarir atau harus rela melepaskannya demi mengurus keluarga.
Tak semua wanita rela melepaskan karirnya, apalagi karena sudah berjuang untuk mencapai puncak kesuksesan dalam pekerjaannya. Bicarakan hal ini baik-baik dengan pasangan, gunakan alasan logis dan tidak memihak agar tak ada pihak yang tersinggung.
6. Rencanakan Tempat Tinggal Setelah Menikah
Merencanakan tempat tinggal setelah menikah sangat penting, supaya memiliki gambaran tentang hidup di suatu tempat. Misalnya sementara tinggal di rumah mertua sembari menunggu cicilan, mengontrak hunian, rumah pribadi, apartemen, dan semacamnya.
Adanya tempat tinggal ini berguna untuk melindungi diri dari perubahan cuaca, memperoleh rasa aman dan nyaman, sekaligus sebagai tempat untuk pulang. Ajaklah pasangan untuk membuat kesepakatan untuk perencanaan hunian sementara dan hunian tetap agar tetap terarah.
Apabila Anda tidak nyaman jika tinggal dengan mertua, mungkin dapat mengambil langkah untuk menyewa hunian seperti kost, apartemen, ataupun kontrakan. Namun, pastikan kondisi keuangan juga aman serta stabil untuk membayar biaya sewanya.
Merencanakan pembangunan rumah juga perlu dilakukan, apalagi jika sebelumnya memang belum punya hunian pribadi. Banyak sekali cara untuk membeli rumah, baik itu dengan sistem KPR, melalui bank, dan lain-lain.
7. Sudah Siap dalam Menghadapi Konflik ketika Berumah Tangga
Pernikahan bukan hubungan yang setiap saat selalu manis tanpa konflik. Jika sudah siap berumah tangga, maka harus siap pula untuk menghadapi segala konflik, termasuk perbedaan di dalamnya.
Menghadapi konflik dalam pernikahan membutuhkan pola pikir dewasa dan kestabilan emosi. Tujuannya supaya bisa lebih bijak dalam menghadapi berbagai permasalahan dan mengaplikasikan solusinya.
Sebelum menikah juga perlu untuk mengetahui bagaimana karakter pasangan, khususnya saat sedang marah dan menghadapi masalah. Tipe kepribadian seseorang berbeda-beda, sehingga cara menghadapinya juga tidak pernah sama. Apalagi jika pasangan Anda sangat sensitif atau mudah tersinggung, sehingga harus lebih berhati-hati untuk berkata-kata.
Namun, jika Anda merupakan pribadi yang mudah sekali tersinggung, sebaiknya terapkan berbagai cara untuk mengatasinya. Hal ini perlu dilakukan agar dapat menjaga kestabilan emosi dan siap menghadapi konflik dalam kehidupan pernikahan.
8. Kesiapan untuk Melepas Masa Lajang yang Bebas
Inilah hal paling penting sebelum Anda memutuskan untuk menikah, yaitu kesiapan melepas masa lajang yang bebas. Banyak orang sangat ingin menikmati masa lajangnya, sehingga tidak ingin buru-buru menikah, namun tak sedikit pula yang dengan cepat melepas masa kebebasan tersebut.
Masa lajang memang sangat indah untuk dilepaskan begitu saja. Banyak kebebasan yang bisa dilakukan sebelum nantinya mengurus keluarga dan mempunyai anak. Sehingga, sebelum memutuskan untuk menikah sebaiknya perhatikan kesiapan diri sendiri untuk melepas masa lajang.
Setelah menikah, kehidupan tak akan sebebas sebelumnya. Anda akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, tak bisa sembarangan untuk pulang larut malam, bahkan tidak lagi bisa bersikap selayaknya masih lajang.
Maka dari itu, pertimbangkan dengan baik agar tidak menyesal di kemudian hari. Jangan terburu-buru menikah apabila dari hati terdalam belum siap sama sekali, sebab hal ini tentunya tak akan baik saat hidup berkeluarga nantinya.
Nah, itulah pentingnya mempertimbangkan berbagai hal sebelum memutuskan untuk menikah. Pastikan Anda dan pasangan memiliki kesiapan dalam berbagai aspek, terutama finansial, kestabilan emosi, kesiapan menghadapi konflik, perencanaan momongan, maupun perihal melepas masa lajang.