Sebagian orang tua mungkin tak sengaja tidak mengerti perasaan anaknya, namun secara alamiah mereka selalu berusaha untuk mengerti perasaan buah hatinya.
Akan tetapi, hal ini justru berbeda dengan orang tua yang gagal memberikan cinta dan kasih sayang kepada anaknya, terutama untuk sekedar mengerti perasaan buah hati mereka. Pada kondisi keluarga seperti ini dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak mereka karena belum bisa memenuhi kebutuhan emosional si buah hati.
Sebaliknya pada kondisi keluarga yang tenang dan percaya diri, anak cenderung tumbuh dengan sikap serupa. Hal ini juga dipengaruhi dari pola asuh orang tuanya.
Sebagian anak pun juga sebaliknya, menganggap bahwa ayah dan ibunya tak pernah bisa mengerti perasaannya. Mendengar ucapan ini dari mulut si buah hati itu sendiri tentu kedengarannya menyakitkan karena ayah dan ibu pun merasa belum bisa membahagiakan anaknya.
Anak mengatakan bahwa ayah dan ibunya tak pernah perhatian dan mengerti perasaannya pasti memiliki alasan. Ini 7 alasannya yang harus diketahui:
1. Adanya Masalah Masa Lalu yang Belum Terselesaikan
Alasan mengapa orang tua tidak bisa mengerti perasaan anak ternyata bisa disebabkan oleh masa lalu yang belum terselesaikan, dengan kata lain bisa jadi ayah atau ibu masih sedang mengalami trauma. Entah trauma itu muncul saat sudah memiliki anak atau sebelum menikah.
Memiliki trauma psikologis di masa lalu sebelum menjadi orang tua menyebabkan orang tersebut menjadi kekurangan kasih sayang dan cinta. Sehingga, hal serupa ini tak secara tak sengaja ia samakan sikapnya saat menghadapi buah hatinya.
Adanya trauma ini pun juga menyebabkan ayah atau ibu memiliki rasa sakit emosional, akibatnya justru menjadi kurang bisa mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Padahal, anak-anak tentu butuh diperhatikan dan dimengerti perasaannya.
Masa lalu yang belum terselesaikan ini juga menyebabkan mereka susah dalam mengekspresikan perasaannya kepada si buah hati, terkadang yang berkembang justru lebih sering emosi negatifnya. Mungkin di masa lalu, memiliki masalah dalam mengekspresikan perasaan. Sehingga hal ini akan membuatnya kesusahan mengungkapkan kasih sayang pada anaknya.
Tak hanya itu, orang yang belum bisa mencintai serta memahami dirinya sendiri memiliki kemungkinan susah untuk menerima orang lain, terutama dalam hubungan berkeluarga. Kebanyakan saat tumbuh dewasa dengan kekurangan kasih sayang, mungkin bisa memberikan hal serupa kepada buah hati mereka.
2. Perbedaan Pendidikan Orang Tua
Berbeda orang dan generasi, pasti memiliki pengalaman hidup juga pendidikan yang berbeda, khususnya pada orang tua dengan anaknya.
Sebelum menjadi orang tua, pasti memiliki banyak sekali asam garam kehidupan yang dilalui. Bahkan terkadang merasa memiliki banyak pengalaman daripada buah hatinya, sehingga hal inilah yang membuat ayah dan ibu cenderung protektif kepada anaknya.
Cara orang tua dididik di masa lalu juga mempengaruhi caranya mendidik pada buah hatinya. Apabila sebelumnya menerima pendidikan yang keras, kemungkinan anaknya juga akan menerima perlakuan serupa.
Dilihat dari sisi si buah hati, mungkin saat proses tumbuh kembangnya ia merasa kesal karena ayah dan ibu seringkali melarangnya untuk melakukan sesuatu, dan menuntut melakukan hal yang sebenarnya tak ingin ia lakukan. Dampak negatifnya, tumbuh kembangnya menjadi terhambat, bahkan ia sampai merasa bahwa keduanya tidak pernah bisa mengerti perasaannya.
Padahal sebenarnya, orang tua hanya tak ingin anaknya kesusahan sepertinya di masa lalu. Mungkin cara penyampaiannya salah, sehingga anak merasa tidak dimengerti dan membuatnya tak bisa mengembangkan diri. Sebaiknya, biarkan si buah hati berkembang dan tetap mengawasinya agar bisa mengetahui potensinya.
Apabila anak sudah menganggap bahwa ayah dan ibunya tak pernah mengerti perasaannya, ia akan sering membantah, atau bahkan membenci orang tuanya saat dewasa nanti.
3. Kondisi Psikologis dan Kepribadian Anak
Sering melihat kedua orang tua bertengkar dapat membuat kondisi psikologis anak menjadi terganggu. Terutama pada kondisi psikologis anak broken home sehingga bisa memunculkan rasa tidak percaya kepada ayah dan ibunya lagi.
Anak dengan kondisi keluarga broken home bingung mengenai siapa yang harus dijadikannya sebagai teladan dan menuntunnya untuk masa depan. Sebab, kedua orang tuanya saling ingin menangnya sendiri dan tak ada yang mau disalahkan.
Akibatnya, si buah hati merasa bahwa orang tua tak bisa mengerti perasaannya karena terlalu mengedepankan ego mereka masing-masing tanpa peduli mengenai perasaan anaknya sendiri. Hal ini sangat tidak baik pada emosional si buah hati, sebab ia pun butuh untuk dimengerti dan mendapatkan kasih sayang.
4. Perasaan Anak Tak Sejalan dengan Kepribadian Orang Tua
Pengalaman hidup orang tua dengan anaknya berbeda. Sehingga, hal ini juga akan mempengaruhi kepribadian masing-masing.
Orang tua biasanya memiliki kepribadian yang cenderung mengedepankan logikanya. Sedangkan seorang anak biasanya cenderung memiliki kepribadian yang mengutamakan empati dan kedekatan, biasa disebut negosiator.
Anak merasa tidak dimengerti perasaannya ketika orang tua melakukan pendekatan tanpa memahami kondisi serta kepribadian buah hatinya. Hal inilah yang membuat anak melabeli ayah dan ibunya tak pernah mau tahu tentang dirinya serta tak bisa merasakan apa yang ia rasakan.
Lebih baik mengetahui tipe kepribadian anak agar bisa memperbaiki hubungan dengannya dan tak terjadi kesalah pahaman.
5. Lingkungan Keluarga Tidak Sehat dan Tidak Memahami Perasaan Anak
Lingkungan keluarga yang tidak sehat sangat berpengaruh pada kondisi psikologis anak. Misalnya broken home, sering melakukan kekerasan, atau bertengkar di hadapan mereka.
Anak biasanya sering menjadi korban dalam kondisi keluarga tersebut, bukan suami atau istri. Seorang ayah bisa berperilaku kasar, dan seorang ibu dengan perasaan rapuh bisa saja mengintimidasi atau sangat sensitif kepada buah hatinya.
Hal ini bukan hanya berdampak negatif pada psikologisnya, namun juga menyebabkan anak mengecap kedua orang tuanya tak pernah bisa memahami perasaannya. Sebab, ia merasa bahwa keduanya hanya bisa menyakiti dan tak pernah memberikan sedikit waktunya untuk membahagiakan anggota keluarga.
6. Pekerjaan atau Profesi Orang Tua
Faktanya, pekerjaan atau profesi ayah atau ibu juga bisa berpengaruh dalam menyebabkan merasa tak dimengerti perasaannya. Hal ini seringkali tak disadari ketika ia masih kecil, tetapi baru terlihat ketika sudah beranjak remaja.
Hal ini karena pada saat sudah beranjak remaja, ia sudah mampu berpikir dan mengerti keadaan di sekitarnya. Sehingga, ia merasa bahwa ayah dan ibunya jarang berkomunikasi dengannya, yang membuatnya tak pernah mengerti perasaannya dan apa yang sedang ia butuhkan.
Biasanya hal ini juga terjadi pada ayah dan ibu yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Jarang di rumah untuk berkumpul bersama keluarga menyebabkan mereka saling tak memahami satu sama lain, bahkan kepada anaknya sendiri.
Sebaiknya, meluangkan waktu untuk quality time bersama keluarga meskipun hanya sebentar. Sebab, melakukan aktivitas tersebut banyak membawa dampak baik bagi hubungan antar anggota keluarga.
7. Ketidaktahuan Anak dan Miskomunikasi
Pengalaman hidup dan pengetahuan anak berbeda dengan orang tuanya karena mereka masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Hal inilah yang menyebabkannya terkadang melakukan kesalahan sebab ia tak mengetahui hal apa yang seharusnya dilakukan.
Ketika hal ini terjadi, tak jarang ayah atau ibu memarahinya karena menganggap buah hatinya tidak becus dalam melakukan sesuatu. Padahal hal ini biasanya terjadi akibat kurangnya komunikasi, akibatnya anak merasa ayah dan ibunya tak bisa mengerti perasaannya tetapi malah menyalahkannya terus-terusan.
Anak hanyalah manusia biasa, sama seperti ayah dan ibunya. Mengajarkannya dengan penuh kesabaran dan menerapkan komunikasi yang baik sangat penting agar bisa lebih mengerti perasaannya.
Itulah alasan mengapa orang tua tak mengerti perasaan anaknya. Bagaimana pun juga, kondisi ini tidak baik bagi hubungan antar anggota keluarga, sehingga sebaiknya bisa segera diperbaiki.
Anak pun memiliki perasaan, sama seperti manusia lainnya. Sehingga sangat penting untuk berusaha memahami perasaannya sesuai dengan kepribadiannya dan kondisi yang ada.