Pernahkah Anda meminta maaf kepada pasangan, tapi pasangan Anda tersebut tampak masih marah? Atau sebaliknya, pernahkan pasangan Anda bertindak seenaknya dan Anda merasa kalau dia belum meminta maaf? Hal ini bisa jadi terjadi karena Anda dan pasangan memiliki apology language yang berbeda.
Mengenal Apology Language
Apology language adalah pendekatan atau metode yang dilakukan oleh seseorang untuk meminta maaf. Teori mengenai pendekatan cara meminta maaf ini pertama kali diperkenalkan oleh Gary Chapman, PhD dan Jennifer Thomas dalam bukunya yang berjudul The Five Languages of Apology.
Dalam buku yang terbit pada tahun 2008 ini, Chapman dan Thomas berpendapat bahwa cara manusia untuk meminta maaf itu ada 5 yaitu, mengungkapkan penyesalan, menerima tanggung jawab, mau bertobat, meminta pengampunan dan meminta ganti rugi (restitusi).
Meskipun bisa menonjol dengan menggunakan 1 cara (primarily apology language), namun pada umumnya manusia memiliki lebih dari 1 cara untuk mengajukan permohonan maaf tergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Maka dari itu, tidak heran jika bisa jadi apology language yang Anda berbeda dengan apology language yang dimiliki oleh pasangan Anda.
Apology language ini penting bagi setiap individu yang ingin berpasangan. Sebab, manusia tidak ada yang sempurna, sehingga mau tidak mau harus berani memohon maaf kepada orang lain untuk menghindari konflik yang berkelanjutan. Jadi, dibutuhkan pemahaman khusus mengenai tata cara meminta maaf ini supaya hidup Anda dan pasangan Anda bisa menjadi lebih harmonis.
Jenis Apology Language dalam Hubungan
1. Mengungkapkan penyesalan (expressing regret)
Bagi sebagian orang, permintaan maaf dengan tanpa perubahan perilaku yang berarti bisa jadi tidak ada artinya. Namun bagi sebagian orang yang lain, kata-kata “saya minta maaf” atau “I’m sorry, I apologized” bisa sangat berarti karena itu artinya perasaan mereka mendapatkan validasi.
Orang dengan apologize language seperti ini biasanya mudah mengucapkan kata maaf baik untuk kesalahan yang mereka lakukan atau untuk sopan santun saja. Hal ini karena mereka juga menginginkan orang lain untuk mengajukan permohonan maaf dengan cara yang sama kepada mereka.
2. Menerima tanggung jawab (accepting responsibility)
Cara mengajukan permohonan maaf yang kedua adalah dengan menerima tanggung jawab atas hal yang diakibatkan oleh suatu kesalahan. Orang dengan tipe bahasa permintaan maaf seperti ini biasanya mengungkapkan permintaan maaf dengan cara mengakui kesalahannya tapi juga dengan mengakui bagian orang lain atas kesalahan tersebut dengan tanpa playing victim. Misalnya “saya minta maaf karena telah menyebabkan sebagian besar kekacauan ini, namun saya juga harus mengakui kalau Anda turut ambil andil”.
Selain itu, tak jarang orang dengan tipe bahasa permintaan maaf seperti ini juga tidak memperdulikan alasan yang dikemukakan orang lain, mau bertanggung jawab atas kesalahannya dan mau membuktikan kalau mereka bisa belajar dari kesalahan tersebut.
3. Benar-benar bertobat (genuinely repent)
Rasa marah Anda tidak lega meskipun pasangan telah memohon maaf? Maka bisa jadi apology language tipe ini adalah tipe yang Anda miliki saat ini. Orang yang memiliki metode meminta maaf tipe ini umumnya adalah orang-orang yang menuntut permintaan maaf tidak hanya di mulut saja, tetapi juga diiringi dengan perubahan perilaku. Hal ini untuk membuktikan bahwa orang yang mengajukan permohonan maaf benar-benar tulus.
4. Meminta ganti (making restitution)
Apology language yang keempat adalah dengan meminta ganti atau making restitution. Bahasa permintaan maaf yang satu ini adalah salah satu bahasa permintaan maaf yang paling umum. Misalnya, ketika Anda memecahkan barang milik seorang teman, Anda tidak hanya meminta maaf tetapi juga menggantinya.
Apology language tipe ini bisa jadi Anda miliki jika Anda adalah orang yang memiliki tiga karakteristik ini. Pertama, Anda ingin orang yang melakukan kesalahan membuktikan kalau mereka ingin mengatasi masalah yang timbul. Kedua, Anda ingin orang yang melakukan kesalahan memperbaiki kesalahan tersebut bagaimanapun caranya. Ketiga, Anda ingin seseorang yang mulai meminta maaf dan memperbaiki situasi yang ada.
5. Memohon pengampunan (requesting forgiveness)
Tidak semua orang mudah memberikan maaf. Kemudahan pemberian maaf tetap tergantung pada tingkat kesalahan yang diperbuat oleh orang lain kepada mereka. Jika tingkat kesalahan tersebut parah, maka bisa jadi mereka perlu orang lain yang melakukan kesalahan tersebut untuk meminta maaf dan memberikan mereka waktu untuk mencerna permintaan maaf tersebut.
Anda adalah tipe orang yang seperti ini jika Anda membutuhkan waktu untuk menerima permintaan maaf seseorang, dan seringkali tidak siap melakukan rekonsiliasi jika orang lain melakukan kesalahan. Tergantung pada tingkat kesalahannya, bisa jadi Anda bahkan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memberi maaf kepada orang tersebut.
Jika Anda adalah orang yang memiliki tipe bahasa permintaan maaf seperti ini, maka tidak ada salahnya jika Anda mengambil waktu sebentar untuk menata ulang kembali hati Anda. Namun, usahakan jangan sampai Anda tidak benar-benar memaafkan orang tersebut dan cobalah untuk berdamai dengan masa lalu.
Kapan Harus Meminta Maaf
Meminta maaf kepada seseorang memang baik, tapi Anda juga harus mengetahui kapan waktu yang tepat. Misalnya, saat bertengkar dengan pasangan, sebaiknya Anda menunggu situasi reda kembali baru meminta maaf. Usahakan juga untuk menunggu pasangan atau teman Anda sedang tidak berada dalam kondisi capek baru minta maaf. Hal ini karena umumnya manusia membutuhkan kepala dingin untuk mencerna semua situasi yang ada.
Sebaliknya, jika Anda yang sedang marah dan membutuhkan waktu untuk mencerna situasi, maka sebaiknya Anda mengatakan dengan lembut kepada pasangan kalau Anda memang sedang membutuhkan waktu sendiri. Kedepankan komunikasi asertif untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut.
Anda masih belum tahu kapan harus meminta maaf? Seorang ahli komunikasi asal Amerika Serikat, Sulonda Smith MFT, LPC menyebutkan, kata maaf perlu keluar dari mulut Anda ketika Anda menyaksikan lawan bicara Anda menangis, kecewa, melontarkan kata-kata yang menyinggung, atau kata-kata sarkas atau sekedar berhenti berbicara dengan Anda.
Lalu, bagaimana jika ucapan atau tindakan Anda secara tidak sengaja menyakiti hati orang lain dan Anda tidak melihat tanda-tanda di atas? Meminta maaf saat hari raya idul fitri atau hari raya lainnya adalah solusinya. Meskipun meminta maaf kepada sanak saudara atau rekan sejawat tidak perlu menunggu momen lebaran, namun momen lebaran adalah salah satu momen yang pas untuk memohon maaf atas semua kesalahan yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan.