Orang tua bukanlah babu, sehingga setiap anak wajib memperlakukannya dengan baik. Apalagi, siapa lagi kalau bukan mereka yang mengurus dan membesarkan kita sejak masih dalam kandungan? Jasanya sungguh sangat besar sampai kita tidak akan mampu membalasnya sampai tuntas.
Kewajiban seorang anak sudah seharusnya berbakti kepada orang tuanya. Durhaka kepada ayah dan ibu termasuk salah satu perbuatan tercela dan dosanya sangat besar. Adzab durhaka kepada orang tua sangat pedih ketika di akhirat nanti.
Salah satu perilaku durhaka kepada ayah dan ibu adalah memperlakukan mereka secara semena-mena seperti babu atau pembantu. Sikap tersebut sangat tidak terpuji, bahkan seolah tidak menghargai keberadaan orang tua yang telah memberikan banyak hal kepada anaknya.
Berdasarkan fakta yang ada, memperlakukan orang tua dengan baik seolah seperti hal yang sangat susah untuk dilakukan, meskipun secara sederhana. Padahal, seorang anak seharusnya memuliakan dan menghormati mereka.
Akan tetapi kenyataannya, banyak anak yang seringkali membentak ayah dan ibunya. Bahkan sampai menyakiti secara fisik. Banyak sekali berita yang ditayangkan di media berisi penganiayaan anak terhadap orang tuanya, bahkan sampai membahayakan nyawa mereka.
Ibu adalah Orang yang Melahirkan Kita, Jangan Jadikan Dia Pembantu
Seperti yang pasti kita ketahui bahwa ibu adalah seseorang yang melahirkan kita. Menghormati ibu wajib dilakukan oleh setiap anak karena tanpanya kita tak akan lahir ke dunia.
Dalam agama apapun kita diajarkan untuk menghormati orang tua, terutama ibu. Selama sembilan bulan ia mengandung lalu melahirkan dengan rasa sakit yang luar biasa. Kemudian ia membesarkan kita hingga saat ini tanpa pamrih dengan penuh perjuangan, keringat, serta air mata.
Tetapi nyatanya, masih ada sebagian anak yang memperlakukan ibunya dengan tidak baik. Menjadikannya seperti seorang babu atau pembantu, seenaknya menyuruh-nyuruh, apalagi sampai membentak dan berkata kasar.
Tidak ada satu pun orang tua yang senang dimaki-maki oleh buah hatinya menggunakan berbagai ucapan kasar. Mereka pasti sedih sampai merasa gagal dalam mendidik buah hatinya tersebut.
Seorang ibu terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga, bahkan meskipun ia juga bekerja. Tetapi ia pasti selalu mengutamakan keluarganya supaya makanan tetap tersedia, pakaian tetap bersih, serta rumah tetap terawat.
Walaupun seorang ibu terbiasa seperti itu, bukan berarti kita seenaknya memperlakukan mereka layaknya pembantu. Contohnya seperti menyuruhnya mencuci, lalu kita sebagai anak tak melakukan apapun.
Perlakukan ibu selayaknya manusia paling berharga. Mungkin ibu seringkali cerewet kepada kita, tentu demi kebaikan kita sendiri, bukan karena ia ingin benarnya sendiri.
Seharusnya kita sadar, ibu pasti lelah karena bekerja sekaligus mengurus keluarga. Sehingga sudah seharusnya kita sebagai anak membantunya untuk meringankan pekerjaan rumah dan melakukan apapun yang bisa dilakukan.
Surga berada di telapak kaki ibu, maka dari itu jangan sampai kita melawan apalagi sampai membentak ibu. Pahamilah perjuangannya hanya demi buah hatinya.
Hindari pula bersikap merengek hanya karena tidak dituruti keinginannya. Seorang ibu hatinya rapuh, biasanya tidak akan tega membiarkan buah hatinya terus menangis. Maka, sebaiknya kita pun mengurangi ego agar tidak terbiasa merengek dan merepotkannya.
Ayah Bertugas Mencari Nafkah, Maka Hormati Dia
Tak hanya ibu yang pantas dihormati, tetapi seorang ayah juga harus dihormati oleh anaknya. Ayah berperan sebagai tulang punggung keluarga dan berjuang dalam mencari nafkah demi keluarganya.
Ayah memiliki tanggung jawab yang besar demi kelangsungan hidup keluarganya, supaya istri dan anak tetap bisa makan, tinggal dengan nyaman dan aman, serta hidup layak.
Ia pun pasti lelah karena seharian telah bekerja. Tetapi masih harus bertanggung jawab dalam membantu mendidik buah hatinya supaya menjadi manusia berguna, disiplin, serta melakukan segala hal secara mandiri. Tanpa ayah, kita tidak akan bisa belajar mengenai arti kehidupan, maupun menikmati segala fasilitas yang diberikan dari kerja kerasnya demi keluarga.
Mungkin ayah sering menegur kita ketika melakukan suatu kesalahan. Menegur bukan berarti memarahi, sebab pasti tujuannya sangat baik demi kebaikan.
Mungkin ayah juga terkesan tidak peduli dan memiliki kepribadian yang keras. Akan tetapi, ia pun pasti sangat menyayangi keluarganya dan mengutamakan keluarganya, sebab baginya menjadi suami yang sangat sayang anak dan istri itu perlu dilakukan karena mengusahakan keluarganya bisa tetap bahagia.
Jangan pernah membentak seorang ayah dengan alasan ia menegur kita dengan tegas. Tegasnya seorang ayah artinya ia sangat khawatir pada buah hatinya dan tidak ingin anaknya mengalami kejadian buruk yang tak terduga.
Meskipun ia cenderung bersikap dingin dan kepribadiannya keras juga kaku, sebaiknya kita pandang dari sisi positifnya saja. Sebab larangan yang dikatakannya tersebut pasti memiliki suatu alasan baik.
Hindari memperlakukan ayah seperti babu atau pembantu. Misalnya seperti dengan seenaknya menyuruhnya menjemput sambil marah-marah, seenaknya menyuruh merapikan barang-barang kita, dan lain-lain.
Memperlakukan ayah seperti babu, tidak ada bedanya seperti anak durhaka. Sebaiknya, kita pun membantu meringankan bebannya agar ia sejenak bisa beristirahat. Membantunya melakukan pekerjaan rumah, atau menyiapkan makanan saat pergi dan pulang bekerja akan membuatnya senang karena merasa diperhatikan.
Pahamilah Perasaan Orang Tua
Setiap manusia memiliki perasaan. Sudah seharusnya kita bisa memahami apa yang dirasakan oleh orang lain, terutama orang tua sendiri.
Ketika kita bersikap durhaka, sama saja dengan menyakitinya. Perilaku seperti membuat hati mereka teriris karena merasa gagal dalam mendidik buah hatinya.
Bahkan ketika kita menyakiti orang tua, mereka tidak hanya merasa gagal menjadi orang tua saja. Tetapi merasa tidak pernah mengerti apa yang dirasakan oleh anaknya sendiri.
Orang tua pasti menyayangi buah hatinya apapun keadaannya. Mereka rela berjuang dan mengorbankan banyak hal demi buah hatinya bisa tetap hidup secara layak seperti orang lainnya.
Perjuangan mereka sampai seperti itu seringkali tidak kita sadari. Lalu seenaknya sendiri membentak dan memperlakukan mereka seolah-olah seperti babu atau pembantu.
Bagaimana pun juga, mereka memiliki perasaan sama seperti manusia lainnya. Menyakiti hatinya mungkin tidak akan menimbulkan dendam, tetapi menanamkan luka yang susah disembuhkan.
Apabila masih sering bersikap tidak memahami perasaan orang tua, bahkan berani membentak dan memperlakukan seperti babu, sebaiknya hindari mengulangi perilaku tercela tersebut. Sudah seharusnya kita menyayangi kedua orang tua selayaknya mereka menyayangi kita.
Jangan Membentak, Apalagi Sampai Membangkang dengan Kasar
Membentak dan membangkang dengan kasar terhadap ayah dan ibu bukanlah perbuatan terpuji. Dalam agama manapun, kita tidak diperbolehkan memperlakukan orang tua seenaknya.
Apabila ayah atau ibu menegur, sebaiknya kita dengarkan saja dan jangan melawan. Bagaimanapun juga, teguran dari mereka pasti demi kebaikan buah hatinya.
Ketika ditegur, hindari memunculkan perdebatan karena tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Lebih baik turuti apa yang mereka inginkan selagi hal tersebut bertujuan baik, jangan sampai membangkang hanya karena berbeda pendapat dengan keduanya.
Etika berbicara kepada orang tua tidak boleh dengan nada tinggi. Maka dari itu, apabila kita tidak setuju dengan pendapat mereka, utarakan saja pendapat yang kita miliki secara baik, sopan, dan tidak dengan emosi.
Itulah mengapa alasan kita tidak boleh memperlakukan orang tua seperti babu. Sudah seharusnya memperlakukan mereka dengan baik karena tanpa mereka, kita tidak akan bisa ada di dunia sampai saat ini.