Ibu rumah tangga dan ibu bekerja memiliki tingkat stres masing-masing. Sehingga, meskipun sama-sama seorang wanita yang sudah berkeluarga tentu keduanya tidak dapat dibanding-bandingkan apalagi meremehkan salah satunya.
Ketika sudah menikah, seorang wanita harus mampu membagi perannya sebagai seorang ibu bagi anak, dan istri bagi suami. Meskipun bekerja atau sebagai wanita karir, peran sebagai ibu rumah tangga pun tidak dapat ditinggalkan.
Menjadi seorang ibu, tentu bukanlah hal mudah karena harus mampu membagi waktu untuk anak, suami, keluarga, maupun diri sendiri. Tak jarang, wanita yang sudah menikah dan memiliki anak cenderung lebih mudah stres karena beban pikirannya terbagi-bagi atau bercabang.
Apalagi jika wanita tersebut juga harus bekerja demi memaksimalkan kebutuhan keluarganya, tentu bebannya pun juga akan semakin berat karena harus membagi badan dan pikirannya supaya waktu untuk pekerjaan dan keluarganya tetap seimbang. Hal ini bukan berarti menjadi ibu rumah tangga bebannya hanya sedikit, keduanya memiliki beban dan tingkat stres masing-masing tetapi dengan kondisi berbeda.
Baik ibu rumah tangga dan ibu bekerja, pasti memiliki tekanan masing-masing. Adanya tekanan tersebut dapat menjadi beban yang membuat stres sampai depresi. Sebab, banyak sekali tuntutan dan masalah di luar sana yang sering membebani pikiran, baik itu masalah di luar rumah maupun internal rumah tangga.
Maka dari itu, perlu diketahui tentang tingkat stres ibu rumah tangga dan ibu bekerja seperti bahasan pada ulasan berikut ini.
Tingkat Stres pada Ibu Rumah Tangga
Memutuskan menjadi ibu rumah tangga secara penuh waktu merupakan suatu hal sangat mulia. Sebab, dedikasi dan perjuangan dalam mengurus suami dan anak di rumah patut diacungi jempol karena tak semua orang, terutama wanita sanggup melakukannya.
Meskipun lingkungan kerjanya hanya sekitar rumah dan keluarga, nyatanya menjadi ibu rumah tangga secara penuh waktu juga bukanlah perkara mudah. Mereka memiliki beban tersendiri, bahkan juga berpengaruh pada tingkat stresnya meskipun hanya di rumah saja.
Tingkat stres pada ibu rumah tangga dibagi berdasarkan aspek fisik, intelektual, emosional, serta perilaku sebagai berikut ini.
1 . Aspek Fisik
Wanita yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga secara penuh waktu, kegiatan sehari-harinya lebih sering diisi dengan aktivitas yang menguras tenaga dan fisik. Sehingga, mereka pun mudah mengalami kelelahan, telat makan, maupun gangguan pada selera makan.
Aspek fisik ini juga berpengaruh pada gangguan waktu tidur ibu, serta kondisi badan yang mudah pegal linu maupun tegang pada urat syaraf karena lebih sering melakukan aktivitas fisik yang menguras tenaga. Contohnya adalah memandikan anak ketika usia bayi dan balita, mempersiapkan kebutuhan anak dan suami sebelum bekerja atau sekolah, menggendong untuk menidurkan si buah hati, maupun melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Tak jarang karena terlalu lelah melakukan aktivitas fisik meskipun di rumah membuatnya sakit kepala dan kehilangan selera makan. Sehingga tak hanya rentan stres, tetapi juga mudah sakit. Maka, sangat penting untuk menjaga asupan gizi dan ketepatan waktu makan agar tetap sehat bugar dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Tak hanya itu, aspek fisik ini juga menyebabkan perubahan bentuk fisik. Misalnya cepat berkeriput, timbul flek hitam di wajah, ataupun perubahan postur tubuh. Sebab, sebagian dari mereka mungkin hanya memiliki sedikit waktu untuk merawat dan memanjakan dirinya sendiri.
Maka dari itu, berdasarkan aspek fisik ini juga dapat membuat ibu sangat rentan terserang stres, bahkan sampai menyebabkan depresi. Sebab, banyak orang meremehkan ibu rumah tangga karena hanya beraktivitas di rumah saja tetapi malah tidak bisa merawat dirinya sendiri, tanpa tahu kenyataan yang terjadi.
2. Aspek Intelektual
Berikutnya, tingkat stres ibu rumah tangga dapat dinilai berdasarkan aspek intelektual. Aspek intelektual ini berupa kemampuan berkonsentrasi, memecahkan masalah, daya ingat, serta pengambilan keputusan.
Seorang ibu rumah tangga, rentan mengalami stres yang berpengaruh pada kemampuannya untuk berkonsentrasi dan daya ingatnya. Sehingga, mereka mudah sekali kehilangan konsentrasi karena dituntut untuk mampu multitasking pada pekerjaan rumah. Akibatnya, daya ingatnya pun cenderung kacau dan sering lupa terhadap hal-hal kecil, misalnya seperti meletakkan barang, mematikan kompor, dan lain-lainnya.
Tak hanya itu, berdasarkan aspek intelektual sebagian ibu rumah tangga juga sering mengalami kebingungan dalam pemecahan masalah maupun pengambilan keputusan. Sehingga, mereka membutuhkan sosok suami untuk membantu melakukannya. Hal ini karena pikiran mereka pun sudah bercabang serta menanggung tekanan batin yang tiada habisnya, maka dari itu mereka takut gegabah ketika melakukannya.
3. Aspek Emosional
Aspek emosional pada tingkat stres ibu rumah tangga meliputi gambaran dari isi hati dan perasaan. Wanita yang sudah berkeluarga, tetapi memutuskan menjadi ibu rumah tangga perasaannya cenderung sangat rapuh tetapi kurang bisa mengekspresikannya. Bahkan, mereka juga kerap kali merasa kesepian.
Meskipun hanya di rumah saja, dirinya mudah sekali stres karena aktivitas dan interaksinya hanya sebatas pada lingkungan sekitarnya. Banyak sekali tuntutan, ekspektasi, cemoohan, dan penilaian dari orang lain yang membuatnya mudah kecewa, sakit hati, timbul perasaan iri, merasa rendah diri, serta mudah tersinggung.
Akibat banyaknya tuntutan dan penilaian dari orang lain itulah yang dapat membuatnya juga mudah tertekan dan terbebani oleh berbagai macam pikiran, sehingga sangat lebih rentan depresi. Sebab, interaksi dan aktivitasnya hanya tidak sedinamis pada ibu bekerja.
Sebenarnya, mereka sangat ingin mengungkapkan isi hatinya namun tak ingin membuat orang lain ataupun keluarganya menjadi khawatir, sehingga lebih memilih untuk memendamnya seorang diri. Hal ini jelas tak akan baik bagi kondisi psikologisnya dalam jangka panjang.
Terlalu banyak memendam perasaan akan dapat meledak sewaktu-waktu, kemudian akan berpengaruh pada perilakunya terhadap anak, suami, serta keluarganya. Maka dari itu, sudah seharusnya suami sebagai orang terdekatnya bertugas untuk menjaganya agar tetap waras dengan cara menjadi pendengar terbaik bagi istrinya. Sebab, seorang istri pasti membutuhkan seseorang untuk mendengarkan segala keluh kesahnya.
4. Aspek Perilaku
Tingkat stres pada ibu rumah tangga juga berdasarkan aspek perilaku, yang meliputi rasa tidak percaya pada orang lain, sikap menarik diri dari lingkungan, serta mudah menyalahkan orang lain. Sehingga, seringkali disepelekan karena hanya di rumah saja, mereka tak akan mengalami stres, padahal nyatanya ia bahkan bisa jadi sama tertekannya seperti wanita karir.
Menjadi seorang ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Sering berada di rumah membuatnya cenderung menarik diri demi menghindari terlalu banyak ekspektasi dan tuntutan dari orang lain di luar sana yang membuatnya semakin stres.
Tak hanya itu, mereka pun juga cenderung mudah menyalahkan orang lain jika pekerjaannya diusik atau ketika waktunya diganggu. Kata lainnya adalah cerewet, sebab secara tak sadar, sebagian ibu rumah tangga cenderung bersikap perfeksionis.
Bukan hanya cerewet dan menyalahkan orang lain saja, sebagian ibu rumah tangga juga bersikap tak percaya kepada orang lain. Biasanya mereka bersikap demikian karena sering dicemooh atau dijelek-jelekkan oleh orang lain di belakangnya. Akibatnya, ia menjadi tertekan, lalu tak mudah percaya dengan ucapan orang lain.
Tingkat Stres pada Ibu Bekerja
Setelah membahas tingkat stres pada ibu rumah tangga, selanjutnya adalah pada ibu bekerja. Seorang wanita karir yang sudah berkeluarga, sebenarnya juga memiliki tingkat stresnya sendiri. Sehingga, jangan pernah membandingkannya dengan ibu rumah tangga penuh waktu.
Tingkat stres pada ibu bekerja juga ditinjau berdasarkan aspek fisik, intelektual, emosional, serta perilaku. Berikut ini penjelasannya.
1. Aspek Fisik
Berdasarkan aspek fisik, sebenarnya tingkat stres ibu bekerja hampir sama dengan ibu rumah tangga. Bedanya adalah pembagian aktivitasnya, yakni wanita karir yang telah berkeluarga biasanya sering stres dan kelelahan akibat aktivitas yang menguras pikiran dan mental.
Akibatnya, ibu bekerja cenderung mudah stres karena sakit kepala, beban pekerjaan, kemudian pulang ke rumah harus mengurus anak dan suaminya. Hal inilah yang menyebabkannya mudah tertekan dalam dua tempat sekaligus, yakni di tempat kerja dan di rumah.
Secara aspek fisik, beban ibu bekerja memang kelihatannya lebih besar. Akan tetapi, aktivitas mereka cenderung dinamis karena tidak hanya terbatas dalam satu tempat saja. Sehingga, meskipun lelah dan stres selama menjalani hari, wanita karir masih dapat memberikan waktu untuk mengistirahatkan serta merawat dirinya sendiri sejenak serta tak mudah merasakan kesepian.
Wanita karir dituntut agar penampilannya tetap segar selama bekerja, sehingga mereka masih memiliki waktu untuk menjaga penampilannya. Walaupun begitu, mereka pun tak lupa dengan tugasnya untuk mengurus suami dan anaknya saat sebelum berangkat bekerja lalu saat pulang kerja.
2. Aspek Intelektual
Wanita karir kebanyakan cenderung tegas, termasuk dalam pemecahan masalah serta pengambilan keputusan. Akan tetapi, untuk daya ingat dan konsentrasi mereka terkadang kacau apabila dihadapkan dengan dua masalah sekaligus yang terjadi di tempat kerja dan juga di rumah.
Tekanan yang membuat stres pada ibu bekerja, biasanya sering pada pikirannya. Sebab, mereka tak hanya memikirkan keluarganya saja, tetapi juga harus fokus terhadap pekerjaannya. Akibatnya, mereka lebih mudah tertekan karena banyaknya beban pikiran yang tak hanya berasal dari pekerjaannya saja.
Meskipun stres karena harus bekerja sekaligus mengurus rumah tangga, faktanya ibu bekerja lebih mudah bahagia dan melepas rasa bosan. Sebab, lingkungannya cenderung dinamis karena dapat bertemu dengan lebih banyak orang, tidak hanya sebatas tetangga dan keluarga.
3. Aspek Emosional
Ditinjau dari aspek emosional, ibu rumah tangga memang cenderung merasakan banyak emosi negatif di sekitar lingkungannya yang membuatnya stres. Hampir sama, ibu bekerja pun juga banyak merasakan emosi negatif akibat tuntutan dari keluarga maupun tempatnya bekerja.
Ibu bekerja mudah stres akibat adanya beban kerja serta beban pikiran mengenai rumah tangganya. Tak hanya itu, banyak hal yang membuatnya merasakan tekanan batin sehingga sering dianggap tak mampu mengurus keluarga dengan baik karena bekerja.
4. Aspek Perilaku
Seorang wanita karir yang sudah berkeluarga biasanya lebih sibuk daripada ibu rumah tangga. Sebab, ia harus pandai dalam membagi waktu untuk bekerja dan mengurus keluarganya sekaligus.
Terlalu sibuk membuatnya menjadi pribadi yang lebih cerewet dan sangat kesal apabila diabaikan. Akibatnya, dirinya pun seringkali menyalahkan orang lain yang dianggap merusak atau mengganggu pekerjaannya. Situasi tersebut membuatnya mudah stres dan mudah depresi.
Mengurus keluarga dan bekerja adalah dua hal yang sama pentingnya. Tak jarang mereka kebingungan untuk menentukan mana prioritasnya. Pada sebagian kasus, ibu bekerja mengabaikan anak dan suaminya, sehingga mengakibatkan kurang mendapatkan perhatian.
Meskipun banyak beban dalam pikirannya, dirinya dituntut supaya dapat lebih sabar dalam menghadapi berbagai masalah dalam rumah tangga yang melanda. Bahkan, harus pula bersikap profesional saat bekerja.
Itulah berbagai macam tingkat stres ibu rumah tangga dan ibu bekerja yang ditinjau berdasarkan aspek fisik, intelektual, emosional, serta aspek perilaku. Bagaimanapun, keduanya memiliki beban masing-masing, sehingga tak perlu untuk membanding-bandingkannya.