Menghadapi anak yang sedang tantrum membutuhkan kesabaran ekstra, sebab ketika fase tersebut emosinya bisa tak terkendali. Kondisi tantrum biasanya terjadi pada anak usia 1-4 tahun, di mana hal seperti ini sebenarnya wajar terjadi.
Oleh karena itu, setiap orang tua harus mengenali apa saja jenis tantrum pada anak serta bagaimana cara menanganinya. Supaya lebih siap menghadapinya, baca penjelasan selengkapnya di sini.
Alasan Anak Melakukan Tantrum
Fase si kecil saat usia balita susah mengendalikan emosi, seperti mudah marah dan menangis kencang pasti terjadi disebut tantrum, biasanya terjadi pada balita usia 1-5 tahun. Bukan tanpa sebab, ketahuilah alasan anak tantrum berikut.
1. Kurang tidur
Alasan anak tantrum bisa jadi karena kurangnya waktu tidur. Anak yang waktu tidurnya kurang, seringkali merasa gelisah, sakit kepala, bahkan tertekan sehingga gampang rewel. Sebagai ungkapan perasaannya, ia melakukan tantrum.
Balita membutuhkan waktu tidur berkualitas setiap harinya demi mendukung pertumbuhan serta perkembangannya. Hindari pula hal-hal yang mengganggu kualitas tidurnya. Kurangnya kualitas tidur tidak hanya menyebabkan tantrum, tetapi juga mengganggu kesehariannya.
2. Keinginannya tidak dipenuhi
Jenis tantrum pada anak penyebabnya bermacam-macam. Penyebab umum anak tantrum salah satunya saat keinginannya tidak dipenuhi. Ia akan mudah rewel dan melakukan segala sesuatu supaya keinginannya dikabulkan, misalnya dengan menangis kencang, melempar barang, menyakiti dirinya sendiri, ataupun lainnya.
Meskipun hal ini wajar terjadi di usia balita, sebaiknya perlu dihadapi secara bijak dengan memberitahunya bahwa tidak semua hal bisa dituruti, kemudian jelaskan alasannya. Salah satu penyebabnya berasal dari penggunaan gadget, di mana memberikan gadget kepada anak terlalu dini dapat memicu tantrum akibat efek kecanduan screen time.
3. Merasa kurang mahir melakukan sesuatu
Tak hanya perasaan sakit dan keinginan yang tidak dituruti dapat memicu tantrum. Merasa kurang mahir melakukan sesuatu juga dapat menjadi alasan anak merasa tertekan kemudian mengeluarkan segala emosinya.
Misalnya ia ingin melakukan suatu hal yang juga dilakukan oleh teman-teman sebayanya, tetapi malah tak bisa melakukannya dan selalu gagal bisa membuatnya marah sampai frustasi. Jenis tantrum pada anak ini termasuk frustration tantrum. Penjelasannya akan kita bahas pada poin berikutnya.
4. Adanya perasaan tersaingi
Alasan anak melakukan tantrum lainnya bisa jadi karena ia merasa tersaingi. Contohnya adanya perasaan sering dibanding-bandingkan dengan saudara ataupun teman sebaya. Anak pun memiliki perasaan, ia tahu bahwa perasaannya tersakiti namun bingung bagaimana cara mengekspresikan emosinya.
Membanding-bandingkan si kecil dengan teman sebaya ataupun saudaranya sendiri membuatnya merasa cemas dan stres. Tentu sikap orang tua demikian tidak baik bagi kondisi psikologis si kecil.
5. Adanya penyakit yang membuat anak kesakitan
Seorang anak masih belum tahu bagaimana cara mengendalikan dirinya sendiri, terutama ketika sedang merasa kesakitan. Ia akan menangis kencang saat ada bagian dari dirinya yang terasa sakit, misalnya akibat terjatuh, demam, tergores, dan lain-lain.
Terkadang penyebab anak tantrum satu ini tidak terlihat. Ayah dan ibu wajib memperhatikan apa yang menyebabkannya menangis kencang agar tahu dari mana sumber rasa sakitnya.
6. Ungkapan perasaannya namun susah disampaikan
Penyebab anak tantrum lainnya, yaitu sebagai ungkapan perasaan yang susah disampaikan. Banyak sekali contohnya, misalnya karena tidak menyukai suatu hal, menghindari sesuatu yang tidak disukai, perasaan iri, dan lain-lain yang perlu dicari tahu akarnya agar lebih mudah menenangkannya.
Jenis-Jenis Tantrum
Adapun empat jenis tantrum pada anak yang harus diketahui oleh orang tua, antara lain manipulation, frustration, self-damaging, dan destructive. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis tantrum tersebut.
1. Manipulation tantrum
Manipulation tantrum adalah jenis tantrum pada anak yang cukup sering terjadi. Pada jenis ini, anak mengeluarkan emosi meledak-ledak namun sengaja dibuat-buat demi mendorong orang lain agar mau menuruti apa yang diinginkannya. Ini juga bisa dibilang caranya mencari perhatian orang tuanya agar diperhatikan.
Contohnya saat tidak diberikan mainan oleh orang tuanya, kemudian ia terus menangis keras supaya mainannya segera diberikan. Dalam kondisi seperti ini, kebanyakan susah memberitahunya. Solusi terbaik adalah membiarkannya meluapkan emosi sampai tenang sepenuhnya baru mengajaknya bicara.
2. Frustration tantrum
Jenis tantrum pada anak lainnya, yaitu frustration tantrum. Ini terjadi akibat si buah hati belum tahu bagaimana cara mengungkapkan serta mengendalikan emosinya dengan baik hingga membuatnya kelelahan. Mengalami frustasi sampai emosinya tak terkontrol seringkali terjadi karena sedang menghadapi sesuatu yang menurutnya sulit, misalnya memahami instruksi, melakukan hal baru, atau mungkin merasa kesal dengan sesuatu..
3. Self-damaging tantrum
Jenis tantrum pada anak satu ini termasuk berbahaya karena dapat menyakiti dirinya sendiri, yaitu self-damaging tantrum. Saat mengamuk ataupun menangis sambil meraung, ia tak ragu menyakiti dirinya sendiri. Entah itu dengan memukul, membenturkan tubuhnya ke dinding, menjambak rambutnya sendiri, maupun hal lain yang dapat mencelakai dirinya.
4. Destructive tantrum
Berbeda dengan self-damaging, destructive tantrum adalah kondisi di mana anak melampiaskan emosinya dengan merusak barang-barang di sekitarnya tanpa ia sadari. Sikapnya yang seperti ini harus segera dicegah, sebab bisa membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.
Jenis tantrum destructive termasuk agresif. Beberapa orang tua mungkin pernah mengalami buah hatinya bersikap seperti ini saat mengeluarkan emosinya.
Cara Menangani Tantrum Berdasarkan Jenisnya
Mempunyai balita yang sedang masa-masa rawan tantrum memang melelahkan, sebab ayah dan ibu butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya. Jangan sampai melakukan kekerasan, begini cara menangani tantrum berdasarkan jenisnya yang tepat.
1. Cara menangani manipulation tantrum
Ini cara menghadapi buah hati yang mengalami manipulation tantrum:
- Bersikap tenang dan usahakan tidak panik. Ketika di keramaian, bawa buah hati Anda ke tempat lebih sepi agar tidak merasa tertekan dengan pandangan orang lain.
- Berikan pelukan sambil mengelusnya agar lebih tenang.
- Cara lain, bisa membiarkannya melepaskan emosi sampai benar-benar tenang sendiri.
- Minta ia menjelaskan apa yang menjadi keinginannya, lalu tanyakan mengapa Anda harus menurutinya.
- Jelaskan padanya bahwa tidak semua keinginannya harus dituruti. Berikan pula pengertian bahwa sikap manipulatifnya itu tidak baik bagi dirinya sendiri maupun orang di sekitarnya.
- Meskipun tantrumnya sudah reda, sebaiknya tidak perlu menuruti keinginannya apalagi jika hal tersebut memang tidak memungkinkan. Biarkan ia belajar memahami bahwa semua hal tidak bisa didapatkan dengan mudah karena kondisi tertentu.
- Beri pengertian bahwa ia harus melakukan sesuatu lebih baik demi bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Misalnya ingin mainan, si kecil harus berjanji akan membereskan mainannya setelah dipakai. Atau bisa juga memberikan konsekuensi/hukuman bila tidak melakukannya.
- Ajarkan kepadanya soal bersikap baik sejak dini, termasuk memberikannya pemahaman soal cara mengontrol emosi dan lainnya.
2. Cara menangani frustration tantrum
Ini cara menghadapi buah hati yang mengalami frustration tantrum:
- Usahakan bersikap tenang. Menunjukkan kepanikan hanya akan memperparah keadaan. Apabila perlu, bawa balita ke tempat yang tidak terlalu ramai orang.
- Peluk tubuhnya sambil diusap lembut supaya amarah dan tangisannya mereda perlahan.
- Ajak bicara. Tanyakan alasan mengapa ia mengamuk atau menangis keras. Hindari membentak atau bertanya padanya dengan nada keras, sebab sikap tersebut justru membuatnya semakin tersakiti.
- Kemungkinan alasannya tantrum sampai frustasi, biasanya akibat susah melakukan suatu hal dengan baik sehingga membutuhkan motivasi dari orang lain. Jadi, jelaskan bahwa ia sudah berusaha dengan baik selama melakukannya.
- Berikan arahan dengan lembut sambil mengajaknya memperbaiki kesalahan.
- Opsi lain, ajak ia beristirahat sejenak untuk menenangkan pikirannya. Bisa tidur, membacakannya dongeng menarik, menonton film kartun yang menghibur, dan lain-lain.
3. Cara menangani self-damaging tantrum
Ini cara menghadapi buah hati yang mengalami self-damaging tantrum:
- Jauhkan si kecil dari barang-barang yang bisa mencelakai dirinya. Bawa ke tempat yang tidak terlalu ramai. Misalnya jika ia marah sambil membenturkan badannya ke dinding, jauhkan dari dinding.
- Tenangkan diri Anda maupun si buah hati. Berikan pelukan hangat sampai ia merasa tenang.
- Tanyakan mengapa ia mengamuk sampai mencelakai diri sendiri. Dengarkan penjelasannya hingga selesai, bisa jadi karena keinginannya tidak dituruti, merasa lelah, kesakitan, dan lainnya.
- Berikan pengertian bahwa membahayakan diri sendiri tidak boleh dilakukan, sebab bisa merugikan orang lain juga yang ada di sekitar. Atau bisa juga menjelaskan bahwa hal tersebut tidak baik karena sebab tertentu.
- Berikan pula pengertian bahwa tidak semua keinginan harus dituruti. Minta ia berusaha lebih baik, bukan dengan marah sambil menyakiti dirinya sendiri.
- Alihkan pikirannya. Ajak melakukan sesuatu yang menghibur, tapi bukan berarti perlu menuruti keinginannya saat itu juga.
- Ajarkan soal pentingnya mengontrol emosi.
4. Cara menangani destructive tantrum
Ini cara menghadapi buah hati yang mengalami destructive tantrum:
- Jauhkan anak dari barang-barang yang mungkin akan dirusak olehnya (dilempar, diinjak, ditendang, atau lainnya). Sebaiknya, bawa ia ke tempat sepi untuk menenangkannya.
- Tanyakan pada anak mengapa ia marah sampai menghancurkan barang di sekitarnya. Setelah ia mengungkapkan alasan melakukan hal itu, jelaskan bahwa sikapnya itu tidak baik karena bisa merugikan orang lain.
- Misalnya ia ingin segala keinginannya dipenuhi kemudian mengancam jika tidak dituruti, berikan pemahaman bahwa tindakan merusak barang apalagi sampai mengancam itu tidak baik. Jelaskan alasannya secara bijak.
- Ajarkan secara lembut bagaimana cara mengontrol emosi dengan baik. Minta ia melakukannya demi kebaikan dirinya sendiri.
- Ajarkan pentingnya memahami orang lain (berempati), sebab tidak semua hal terpusat pada dirinya sendiri.
- Ayah dan ibu sebaiknya tidak langsung menuruti keinginannya. Sebab sewaktu-waktu dikhawatirkan anak menjadikan tindakan pengrusakan barang di sekitar sebagai ancaman agar keinginannya dipenuhi.
- Ajak anak mengalihkan pikiran agar lebih tenang. Bisa dengan menonton film, beristirahat, bermain di luar, membuat cemilan, makan sesuatu, maupun lainnya.
- Beri pemahaman soal sikap tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya supaya saat marah tak lagi merusak barang.
Keempat jenis tantrum pada anak memiliki ciri yang berbeda-beda, ayah maupun ibu harus memahami masing-masing jenisnya agar tahu bagaimana cara menanganinya dengan benar. Intinya saat menghadapi anak tantrum, usahakan bersikap tenang dan jangan sampai mengeluarkan bentakan/kata kasar. Biarkan si kecil menjelaskan sampai kondisinya tenang, baru berikan pengertian bahwa melampiaskan emosi seperti itu bukanlah hal baik.