Lompat ke konten

Cara Menghadapi Suami yang Selalu Merasa Benar

suami yang menyalahkan istri

Saat menjalani pernikahan, umumnya kita akan dihadapkan dengan berbagai macam ujian rumah tangga, salah satunya adalah perubahan sikap suami menjadi selalu merasa benar. Dalam hal ini, konteksnya mungkin bisa saja bervariasi. Bisa dalam hal finansial, anak-anak, atau urusan-urusan lainnya. 

Jika dibiarkan secara terus menerus, tabiat semacam ini bisa dengan mudah menyulut api pertengkaran dalam rumah tangga hingga perceraian. Oleh karena itu, sebagai langkah penyelesaian, ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan. Bagaimana caranya? Yuk simak selengkapnya di uraian berikut ini!

Cara Menghadapi Suami yang Selalu Merasa Benar

Kemampuan menyelesaikan masalah adalah hal yang penting dalam sebuah hubungan. Termasuk saat Anda mengetahui bahwa suami Anda memiliki sikap merasa paling benar. Meskipun sulit, namun ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menghadapi suami yang tidak pernah mengalah atau selalu merasa benar, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Jangan terpancing emosi

Jika Anda berdebat atas hal yang bukan salah Anda, maka jangan dengan mudah terpancing emosi. Sebab, Anda perlu memahami bahwa orang yang selalu merasa benar akan tetap bersikeras menunjukkan bahwa lawan bicaranya lah yang bersalah dalam hal tersebut terlepas bukti dan fakta yang ada.

Sebaliknya, cobalah bersikap lebih terbuka untuk diskusi dan dengan tenang menerima sudut pandang suami Anda. Sebab, seperti yang dilansir dalam website Eddins Counseling, keinginan seseorang untuk selalu benar sebenarnya bukan berasal dari sudut pandangnya yang objektif, melainkan hanya sebagai coping mechanism untuk menutupi rasa tidak aman atau insecurity mereka.

2. Komunikasikan dengan suami

Tips kedua, saat sedang ngobrol santai bersama, Anda bisa sedikit menyinggung tentang perilaku buruknya. Namun, sebelumnya biasakan untuk mendengarkan penjelasan dari sudut pandangnya juga. Sebab, hal ini bisa membuat mereka merasa lebih dipahami dan juga menurunkan ego mereka. Bagaimanapun juga, komunikasi, keterbukaan serta kejujuran adalah hal penting dalam sebuah hubungan.

Inilah mengapa, setelah dia memberikan kesempatan bagi Anda untuk berbicara, jangan ragu untuk mengungkapkan perasaan atau keluhan Anda saat ini. Misalnya, Anda bisa mengatakan “Aku rasa, selama ini kamu kurang mendengarkan sudut pandang dan opiniku. Seakan-akan, opiniku tidak penting dalam hubungan ini.” 

Dengan mengkomunikasikan perasaan Anda secara baik, diharapkan pasangan Anda bisa belajar memahami sedikit demi sedikit. 

3. Fokus pada masalah dan cari jalan keluar bersama

Dibanding berdebat dan saling menyalahkan, akan lebih baik jika Anda fokus pada masalah dan mencari jalan keluar bersama-sama. Ajaklah pasangan Anda untuk berdiskusi secara baik-baik. Lagi-lagi, jangan terpancing dengan ego yang suami Anda miliki. Fokuslah pada masalah dan cari penyelesaian yang baik untuk dua belah pihak.

4. Tunjukkan bukti pendukung

Jika suami memang bersikukuh bahwa pendapatnya benar, Anda dapat mencoba untuk menghadirkan bukti yang mendukung pendapat atau pandangan Anda. Agar tidak memicu konflik yang lebih besar, jangan lupa untuk menyampaikannya secara halus atau saat emosi suami mereda.

5. Jangan toleransi kekerasan

Meskipun Anda bisa mencoba lebih sabar saat menghadapi suami yang selalu menyalahkan istri atau selalu merasa benar, namun bukan berarti Anda juga dapat mentolerir kekerasan yang mereka lakukan.  

Jika akhirnya perilaku suami yang selalu merasa benar membuat masalah besar hingga menimbulkan kekerasan dalam rumah tangga, jangan pernah ragu untuk speak up dan melawan.  

Alasan Seseorang Sulit Mengakui Kesalahannya

Dilansir dari website marriage.com, salah satu hal yang dapat membuat seseorang sulit mengakui kesalahan mereka adalah karena pengalaman semasa kecil. Misalnya seperti tidak dihargai, kurang diberi pujian, atau dituntut untuk selalu benar sejak kecil. 

Namun, dalam beberapa kasus, perilaku suami yang tidak bisa mengalah atau selalu merasa benar bisa dikarenakan oleh sikap perfeksionis, atau ekspektasi bahwa diri mereka sempurna. Ekspektasi inilah yang akhirnya membuat mereka merasa anti kritik atau selalu merasa benar. Saat seseorang menginginkan untuk selalu sempurna, maka kesalahan sedikit pun bisa dianggap sebagai ancaman terhadap harga diri mereka. Dalam kata lain, mereka takut dianggap lemah atau kurang jika sampai mengaku salah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *