Pada dasarnya, setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Meski demikian, tak jarang keinginan yang dirasa baik oleh diri Anda ternyata berlawanan dengan keinginan anak. Orang tua yang kemudian memaksakan kehendaknya, akhirnya melukai perasaan anak.
Tanpa disadari, sikap Anda yang memaksakan kehendak, mengedepankan ego pribadi dan memberikan proteksi yang berlebihan menjadi tanda bahwa Anda menerapkan pola asuh toxic parenting. Apabila Anda sering melakukan hal tersebut , Anda harus hati-hati, sebab bisa jadi Anda termasuk toxic parent.
Apa itu Toxic Parents?
Toxic Parents adalah orang tua yang memiliki perilaku toxic dalam hal mengasuh anak. Jenis orang seperti ini adalah orang tua yang tidak menghormati hak anak dan tidak memperlakukan anak dengan baik. Ayah atau ibu toxic cenderung mengedepankan ego pribadinya dalam mendidik anak.
Alih-alih berkompromi dan berdiskusi dengan cara yang baik pada anak, ia yang toxic justru lebih sering memaksakan kehendaknya. Kemudian apabila tidak dipatuhi, ia tidak segan melakukan kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik kepada anak.
Dengan dalih menginginkan kebaikan untuk buah hati, sikap toxic ini bisa menjadi “racun” bagi anaknya sendiri. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya sebatas pada fisik, melainkan juga pada mental anak yang akan terus dibawanya hingga beranjak dewasa.
Apa itu Toxic Parenting?
Toxic Parenting adalah bentuk pola asuh buruk yang disebabkan karena ayah dan ibu mengabaikan hak anak sebagai individu. Pola asuh ini umumnya tidak disadari oleh diri Anda. Pola asuh ini dapat terjadi ketika dalam mendidik anak, Anda tidak melibatkan anak dalam menentukan mengambil keputusan atau sekedar mengutarakan pendapatnya.
Tak hanya dalam lingkup pertemanan, ternyata hubungan tidak sehat atau toxic relationship juga bisa terjadi antara Anda dan buah hati Anda. Hubungan antara orang tua dan buah hati yang tidak sehat disebut dengan pola asuh toxic parenting.
Kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebab ayah atau ibu toxic bisa sangat mempengaruhi kondisi baik fisik maupun mental anak. Pola asuh ini bisa menyebabkan anak menjadi lebih mudah stress, tertekan, depresi, hingga menyebabkan inner child dalam jangka panjang.
Tanda Toxic Parents
Sudah sepantasnya, anak memperoleh kasih sayang dan perhatian dari ayah dan ibunya. Sudah menjadi kewajiban pula, ayah dan ibu menghargai perasaan anaknya dan memperlakukannya dengan baik agar tidak menimbulkan hubungan buruk dan pola suh yang salah.
Sebab dampak yang ditimbulkan dari adanya pola asuh ini sejatinya dapat bertahan hingga dewasa. Maka dari itu, sebisa mungkin, Anda harus bisa menghindari pola asuh toxic parenting yang dapat menghancurkan anak.
Nah, berikut tanda orang tua toxic yang harus Anda hindari dalam mengasuh buah hati Anda:
1. Menganggap Diri Anda Selalu Benar
Tanda pertama adalah menganggap dirinya Anda selalu benar. Anda mungkin merasa bahwa anda memiliki cara berpikir yang lebih baik dan memiliki pengalaman yang lebih banyak karena lebih dulu menjalaninya dibanding anak. Apa yang Anda pikirkan itu memang sebuah kebenaran.
Namun hal itu tidak bisa menjadi dasar untuk Anda memaksa anak menyelesaikan masalahnya dengan cara yang sama. Dengan kemajuan zaman, masalah yang ditemui anak akan semakin kompleks, tentunya tidak relevan jika Anda memikirkan cara yang sama untuk memecahkan masalah.
2. Mengatur Anak Tanpa Celah Kompromi
Tanda kedua adalah mengatur kehidupan anak tanpa celah kompromi. Ayah atau ibu yang toxic cenderung banyak mengatur anak dalam berbagai bidang. Mulai dari kehidupannya saat ini hingga kehidupannya di masa depan. Pengaturan ini dilakukan tanpa kompromi dengan yang bersangkutan mengenai apa yang sebenarnya ia mau dan inginkan.
Biasanya ia sudah merencanakan masa depan dan berekspektasi tinggi pada kehidupan anak di masa yang akan datang. Hal ini tanpa sadar sudah melukai psikologi dan menjadi beban berat bagi buah hatinya. Jika Anda merasa demikian, maka hati-hati, bisa jadi Anda termasuk orang dengan pola asuh toxic parenting.
3. Mengedepankan Egoisme Diri
Tanda ketiga adalah selalu mengedepankan egoisme dirinya sendiri. Dalam hal ini, segala keputusan yang diambil didasarkan pada perasaan Anda tanpa memikirkan perasaan anak
Misalnya ketika dalam keputusan yang Anda buat sepihak anak tidak setuju, Anda merasa anak membangkang. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah ia sedang belajar mengutarakan pendapatnya.Namun karena Anda mengedepankan egoisme maka Anda merasa terpojokkan dan paling tersakiti.
4. Melakukan Proteksi yang Berlebihan
Tanda terakhir adalah melakukan proteksi yang berlebihan kepada anak sehingga membatasi ruang geraknya. Anda mungkin berpikir bahwa dengan selalu memberikan perhatian dan perlindungan, anak Anda dapat tumbuh dengan baik.
Memang kasih sayang dan perhatian dibutuhkan dalam tumbuh kembang, namun sesekali Anda sebagai perlu membiarkan anak anda mengeksplorasi dunia dan berpetualang untuk memperoleh pengalamannya sendiri.
Mengapa Orang Tua Tidak Mengerti Perasaan Anak?
Ayah atau ibu yang toxic cenderung mengabaikan perasaan anak yang berujung pada pola pengasuhan yang salah. Urusan mengabaikan anak ini bisa merusak mental anak, bahkan dalam jangka panjang sekalipun. Anak menjadi kurang percaya diri, memendam masalahnya sendiri dan tidak berkompromi dalam kehidupannya sehari-hari.
Sebenarnya ada banyak faktor yang bisa menyebabkan ayah atau ibu tidak mengerti perasaan anaknya. Seperti ayah terlalu sibuk bekerja, ibu masih sulit memahami diri sendiri, kurangnya komunikasi antara anak dan ayah atau ibu menganggap dirinya selalu benar.
Tips Menghadapi Orang Tua yang Selalu Merasa Benar
Dari sudut pandang anak, kita tentunya tidak ingin melukai hati ayah dan ibu kita. Namun demikian, juga kesal karena ayah atau ibu mengabaikan perasaan kita dalam mengambil keputusan dan menganggap dirinya selalu benar.
Nah, berikut beberapa tips menghadapi ayah atau ibu yang selalu merasa benar supaya tidak terkesan membangkang:
- Kompromi dengan cara halus dan sopan. Sampaikan pendapatmu dengan cara halus dan sopan supaya mereka tidak merasa tersinggung dan bisa menerima pendapatmu.
- Pahami maksud orang tua. Saat mendengar sebuah keputusan orang tua, hindari bersikap kesal dan marah. Ketika hal itu dilakukan maka mereka akan menganggap kita membangkang. Maka sebelum itu terjadi, pahami dulu apa maksud baik mereka dalam keputusan tersebut.
- Buat opsi keputusan lain yang dirasa baik oleh kedua belah pihak bagi anak dan orang tua. Tawarkan pada mereka keputusan lain yang dirasa baik oleh dirimu dan orang tuamu sehingga kamu bisa menjalankan keputusan tersebut dengan lebih baik.
- Turuti kemauan mereka, namun siapkan diri untuk kemungkinan terburuk. Jika dengan berbagai upaya orang tua tetap menganggap dirinya benar dan memaksakan keputusannya, maka tidak ada salahnya kita menuruti kemauannya. Kita harus paham betul betapa mereka menginginkan yang terbaik untuk diri kita. Tetapi sekaligus menyiapkan diri untuk kemungkinan buruk yang kita perkirakan sebelumnya.