Pernahkah Anda membeli suatu barang hanya karena barang tersebut sedang diskon atau bentuknya lucu? Padahal kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya Anda tidak membutuhkan barang tersebut atau bahkan sebaiknya menghindari barang tersebut dan barang lainnya yang sejenis.
Sikap di atas adalah salah satu perilaku impulsif yang banyak ditemui saat ini. Perilaku impulsif adalah tindakan pengambilan keputusan secara tiba-tiba dengan tanpa memikirkan konsekuensi dari keputusan tersebut.
Perilaku ini sebenarnya umum ditemukan di masyarakat dari berbagai kalangan dan usia. Namun pada tingkat tertentu, perilaku ini dapat menjadi salah satu gejala adanya penyakit mental yang diderita oleh pelaku.
Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah perilaku impulsif ini? Simak selengkapnya berikut ini:
Apa itu Perilaku Impulsif?
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa perilaku impulsif adalah tindakan pengambilan keputusan secara tiba-tiba dengan tanpa memikirkan konsekuensi dari keputusan tersebut. Apabila tidak memiliki pola atau disertai dengan gejala lin, impulsif merupakan perilaku yang wajar (umum). Lain halnya jika ada pola-pola tertentu yang menyertai perilaku ini, maka bisa jadi tindakan impulsif adalah bagian dari penyakit mental lainnya.
Meskipun demikian, impulsive behaviour yang tidak dikendalikan dengan baik dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental seseorang, dapat menimbulkan masalah keuangan, masalah legal dan masalah hubungan dengan orang lain. Oleh sebab itu, alih-alih dibiarkan, sebaiknya perilaku impulsif dalam diri Anda, Anda kendalikan.
Impulsive behaviour tidak hanya berkaitan dengan keputusan keuangan, tetapi juga keputusan-keputusan lain dalam hidup. Misalnya, karena amarah yang luar biasa, seorang suami mengucapkan talak 3 secara impulsif untuk istrinya. Meskipun diucapkan dalam kondisi marah, namun talak tersebut tetap sah diterapkan (NU Online). Talak jenis ini tidak bisa rujuk kembali kecuali jika baik suami maupun istri sudah menikah dengan orang lain lalu bercerai.
Ciri-Ciri Perilaku Impulsif
Orang dengan perilaku impulsif umumnya dicirikan dengan sifat yang spontan, tidak memikirkan dampak sifat tersebut terhadap orang lain dan susah mengatur emosi diri (self-regulation). Apabila dirinci lebih lanjut, orang yang memiliki perilaku ini bisa melakukan hal-hal seperti:
- Terlalu banyak melakukan hal-hal yang “menyenangkan”, seperti bermain terlalu banyak atau makan terlalu banyak.
- Susah mengontrol emosi. Apabila sedang marah, orang dengan perilaku seperti ini bisa mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah yang sebenarnya kecil dan mudah, melukai diri sendiri, melukai orang lain dan merusak properti.
- Oversharing. Terlalu banyak menceritakan kehidupan pribadinya kepada orang lain baik melalui sosial media maupun secara langsung. Hal ini karena orang dengan perilaku impulsive tidak berpikir terlebih dahulu mengenai informasi apa yang sebaiknya dibagikan dan sebaiknya tidak.
- Perilaku yang susah diprediksi. Emosi orang yang impulsif seringkali tidak stabil, sehingga perilaku keseharian mereka juga lebih susah diprediksi.
Penyebab Perilaku Impulsif
Penyebab pasti impulsive behaviour sejauh ini masih belum dapat dipastikan. Namun para ahli sepakat kalau perilaku ini dapat disebabkan oleh kondisi alamiah atau turunan (nature) maupun kondisi lingkungan (nurture), khususnya pada masa-masa awal pertumbuhan.
Pada masa-masa awal pertumbuhan, anak akan mencontoh dan belajar untuk mengatur diri (self-regulation) dari orang tuanya maupun orang-orang sekitarnya. Oleh karena itu, apabila seorang anak tumbuh dengan orang tua yang tidak bisa “hadir” secara psikologis, bisa jadi dia tumbuh menjadi individu yang tidak bisa meregulasi diri sendiri, sehingga cenderung impulsif atau bahkan depresif
Selain itu, faktor genetik juga memainkan peran. Penelitian yang dikutip oleh laman Very Well Mind menunjukkan bahwa kelainan pada produksi neurotransmitter, serotonin dan dopamine yang notabene mempengaruhi mood seseorang dapat berdampak juga pada impulsivitas perilaku orang tersebut.
Cara Mengatasi Perilaku Impulsif
1. Meningkatkan kesadaran diri
Langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran diri bahwa Anda memang memiliki perilaku impulsif. Peningkatan kesadaran ini dapat bermanfaat untuk mendeteksi pola-pola yang terjadi (apabila ada). Ketika Anda menemukan pola tersebut, Anda lantas dapat menentukan langkah lanjutan yang lebih tepat.
Misalnya, Anda sadar kalau perilaku impulsif ini hanya akan terjadi jika Anda belanja dan menemukan diskon pada barang yang menarik. Maka, sebagai langkah lanjutan, Anda bisa membuat daftar belanjaan terlebih dahulu sebelum belanja dan menghapus aplikasi e-commerce dari handphone Anda.
2. Diam dan merenung sebelum mengambil keputusan
Hal ini berlaku terlepas apakah Anda memiliki perilaku impulsive buying atau perilaku impulsif terhadap keputusan lainnya juga. Dalam periode hening ini, Anda bisa menarik nafas dalam-dalam, tahan dan hembuskan selama kurang lebih 5 menit sambil memikirkan dampak positif dan negatif dari keputusan yang Anda buat.
Misalnya, sebelum membeli barang diskon, Anda diam terlebih dahulu untuk berpikir apakah barang tersebut Anda butuhkan atau tidak dan jika tetap memaksa untuk membelinya apa dampak keuangan yang bisa terjadi.
3. Membangun coping mechanism yang sehat
Tidak jarang orang berlaku impulsif karena dalam kondisi stres, tidak nyaman, marah atau emosi kuat lainnya. Dalam hal ini, impulsive behaviour adalah coping mechanism atau mekanisme untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut untuk sementara waktu.
Alih-alih berperilaku impulsif yang tidak sehat demi “kaur” sementara dari masalah tersebut, seperti kalap makan atau belanja saat stress, Anda bisa melakukan coping mechanism yang lebih sehat, seperti olahraga, membuat jurnal, curhat ke orang yang dipercayai atau naik motor keliling kota.
4. Belajar membuat rencana
Supaya bisa menanggulangi perilaku impulsif ini, Anda juga bisa membuat rencana, baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya, daftar belanjaan dan harganya untuk rencana jangka pendek atau rencana liburan dan daftar barang yang dibutuhkan untuk rencana jangka panjang.
Kapan Harus Ke Dokter
Meskipun umum, ada kalanya Anda juga harus ke dokter atau ke praktisi kesehatan mental lainnya. Hal ini harus Anda lakukan karena bisa jadi tindakan impulsif tersebut merupakan tanda atau gejala dari penyakit mental, seperti Bipolar Disorder atau Attention deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Segera hubungi dokter apabila pola perilaku impulsif yang Anda derita mengarah pada hal-hal, seperti:
- Menyakiti diri sendiri, orang lain maupun properti.
- Konsumsi obat-obatan yang berlebihan.
- Terjadi saat fase manic pada penderita Bipolar Disorder.
- Peningkatan depresi.
Semakin dini Anda menyadari perilaku ini dan datang ke tenaga profesional, semakin mudah pula perilaku impulsif untuk ditangani. Anda tidak perlu khawatir, sebab pada dasarnya impulsive behaviour bukan penyakit atau perilaku yang tidak bisa diobati menggunakan obat-obatan maupun terapi.