Kata tertekan karena orang tua yang kurang mengerti anak sering keluar dari mulut anak tanpa sengaja. Hal ini dilakukan karena anak sudah terlampau kecewa dengan sikap orang tua yang tidak kunjung mengerti apa yang diinginkan anak.
Rasa kecewa karena orang lain tentu wajar terjadi, apalagi dengan anggota keluarga yang sering bertemu dan bercengkrama tiap harinya. Tentu ada hal-hal yang mungkin, selain diri sendiri, sulit dimengerti oleh orang lain.
Ada beberapa hal yang membuat anak merasa tertekan dengan orang tua, diantaranya adalah orang tua sering memaksakan kehendak yang tidak mau mendengarkan anak dan egois pada dirinya sendiri. Orang tua yang memaksakan kehendak sulit untuk mendengar bagaimana perasaan anak, karena ia tahu pendapatnya adalah pendapat yang paling baik, semua ia lakukan demi kebaikan buah hatinya.
Padahal yang terbaik menurut orang tua, belum tentu menjadi sesuatu yang diinginkan oleh anak, sehingga ujungnya hanya menimbulkan pergolakan batin anak. Memaksakan kehendak bisa dalam berbagai bentuk seperti mengintervensi cita-citanya, memintanya melakukan sesuatu di luar perannya sebagai anak, dan memintanya melakukan sesuatu yang tidak ia sukai hanya demi memuaskan ego ayah atau ibu saja.
Terkadang, orang tua juga sering bertindak egois. Keegoisannya justru parah ketika ia mementingkan perasaannya sendiri dibanding memikirkan perasaannya. Jika hal demikian terjadi maka anak akan mudah tertekan dan hal tersebut tidak baik untuk kesehatan mentalnya.
Anak sudah tertekan akan tumbuh dewasa dengan luka batin yang sama hingga ia dewasa. Bahkan luka tersebut akan sulit disembuhkan dan menjadi trauma yang dibawa hingga ia menjadi orang tua.
Kata Tertekan Kepada Orang Tua yang Kurang Mengerti Anak
Anak tertekan biasanya cenderung akan lebih banyak diam, namun sekalinya berkata-kata, yang keluar dari mulutnya amat sangat tajam. Orang tua wajib tahu kata-kata apa saja yang menunjukkan anak sedang tertekan. Berikut 21 kata tertekan anak karena orang tua yang kurang mengerti anak.
- “Sebal sekali rasanya selalu dibandingkan dengan yang lain, aku kan tidak pernah minta dilahirkan, jadi jangan salahkan aku kalo aku tidak sepintar teman-teman yang lain, juga tidak seperti apa yang ayah dan ibu mau.”
- “Rasanya aku kecewa dengan ibu dan ayah, ibu hanya sibuk dengan teman-temannya, ibu tidak pernah punya waktu untuk bermain dan membantuku mengerjakan PR, apa ibu tidak menyayangiku ya?.”
- “Ayah memang tidak pernah mengerti perasaanku, ayah hanya sibuk bekerja tanpa pernah punya waktu untuk aku. Padahal yang aku butuhkan tidak hanya fasilitas dan kenyamanan rumah saja, namun kasih sayangnya juga.”
- “Mengapa sih ayah dan ibu tidak pernah mengerti perasaanku, aku kan tidak ingin melakukan hal itu. Aku maunya yang lain. Apa tidak bisa berkompromi”
- “Aku kan inginnya jadi seniman, kenapa ibu mengharuskan aku menjadi dokter, padahal kan ibu tau aku saja takut dengan jarum suntik.”
- “Ibu sukanya hanya marah-marah, tidak mau tahu alasan mengapa aku datang terlambat dari sekolah, padahal kan karena ban sepedaku kempes di jalan. Jadinya lama sampai rumah.”
- “Kalau tahu hidup cuma diabaikan seperti ini, mengapa aku harus dilahirkan di dunia. Lebih baik tidak usah dilahirkan saja.”
- “Apa sebaiknya aku tidak ada di dunia ini ya? Karena ibu dan ayah saja tidak pernah melihat keberadaanku, tidak pernah menganggapku ada.”
- “Apakah kehadiranku di dunia ini penting ya untuk ibu? Tapi kenapa ibu tidak pernah mau tahu perasaanku, tidak mau juga memperhatikanku.”
- “Andai saja aku tidak dilahirkan di keluarga ini, pasti lebih senang memiliki keluarga yang hangat dan sayang.”
- “Bisa nggak ya, ibu lebih perhatian seperti ibunya teman. Yang tiap hari membantu mengerjakan PR, ditanyain apa saja kebutuhannya, aku kapan bisa seperti itu.”
- “ Ibu kan harusnya tau, aku tidak suka, tapi ibu masih saja memintaku melakukannya. Ibu memang tidak pernah mengerti perasaanku.”
- “Kalau saja aku mendapatkan orang tua yang peka dan tahu mauku, aku pasti sangat bersyukur.”
- “Enak ya jadi si A, ibunya mau diajak ngobrol santai. Nggak kaya ibukku, sedikit-sedikit marah dan memaksaku melakukan apa yang dia minta.
- “Seandainya ibu lebih peka, tentunya aku tidak akan merasakan perasaan ini sendirian, tapi ibu memang tidak pernah mau mengerti.”
- “Biarkan saja nilaiku di sekolah turun, biar aku tidak mengerjakan PR, biar mama tahu kalau aku sedang tidak baik-baik saja.”
- “Urus saja terus pekerjaannya, tidak usah mengurusi anakmu yang butuh kasih sayang ini.”
- “Seandainya mama sayang dan pengertian sama aku, aku tidak perlu membolos demi mendapatkan perhatian dan kasih sayangnya.”
- “Ayah dan ibu hanya mementingkan perasaannya, padahal semenjak mereka berpisah, aku tidak pernah tahu harus bercerita kepada siapa soal perasaanku.”
- “ Kalau saja ayah dan ibu tidak berpisah, tidak mungkin diejek broken home dan aku mungkin akan sangat bahagia seperti teman-temanku yang lainnya.”
- “Ayah dan ibu memang tidak berpisah, tapi aku tidak pernah lagi merasakan kehangatan keluarga, hanya kosong tidak ada kasih sayang diantara kita selayaknya keluarga.”
Nah, berikut di atas kata-kata tertekan anak kepada orang tua yang kurang peka. Anda mungkin bisa mengamati anak dalam kehidupan sehari-hari, atau jika merasa gejalanya sudah terjadi, Anda bisa mengajak anak bicara dari hati ke hati mengenai apa yang sebenarnya sedang kurasakan.
Jika anak-anak telah mengeluarkan kata tertekan seperti di atas, atau kata-kata yang mirip dengan yang di atas. Maka menunjukkan anak bahwa anak sedang merasa tertekan, ia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
Selain mengatakan kata-kata di atas, karakter anak mungkin juga bisa berubah. Anak akan cenderung menutup diri, berpikir bahwa ia paling menderita di dunia ini. Yang jika kondisi ini berlarut-larut bisa berakibat fatal pada diri anak.
Beberapa anak yang merasa tertekan akan tumbuh dengan kondisi kesehatan mental yang buruk, kemudian juga akan berdampak pada kesehariannya, ia akan menjadi pribadi yang tertutup, dan sulit bergaul dan beradaptasi. Merasa dirinya tidak pantas untuk disayangi. Anda harus mengenali gejala anak yang depresi dan terganggu kesehatan mentalnya supaya bisa mengantisipasi.
Hal yang paling buruk ketika anak merasa tertekan adalah anak akan merasa stress. Sampai berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Hal ini sering terjadi ketika anak berada di fase remaja. Kasus seperti ini, dimana anak kurang perhatian dan kepekaan dari orang tua kemudian memutuskan untuk bunuh diri sudah banyak terjadi.
Jika anak telah sampai pada fase depresi maka orang tua atau orang-orang terdekatnya harus sigap untuk membawanya berobat, karena jika dibiarkan membahayakan nyawanya. Tentunya bagi orang tua kesehatan mental anak menjadi nomor satu.