Rasa cemas berlebihan pada anak usia dini dampaknya fatal karena ini termasuk gangguan mental yang mengkhawatirkan. Kecemasan berlebih atau anxiety membuat anak merasa takut ketika menghadapi sesuatu, bahkan sudah memikirkan kemungkinan terburuk yang sebenarnya belum tentu terjadi.
Apabila terus dibiarkan, gangguan kecemasan bisa mengganggu kehidupannya sehari-hari bahkan terbawa sampai ia dewasa. Oleh karena itu, orang tua wajib tahu apa saja jenis gangguan kecemasan pada anak usia dini yang perlu diwaspadai, penyebabnya, serta dampak yang ditimbulkan.
Pengertian Gangguan Kecemasan
Anxiety atau gangguan kecemasan adalah masalah kejiwaan yang ditandai dengan munculnya perasaan takut atau gelisah cukup kuat saat menghadapi sesuatu tertentu. Tak hanya berdampak pada kejiwaan, anxiety dapat mempengaruhi kondisi fisik, misalnya mengalami sakit perut, mual, dan pusing.
Anak yang punya masalah kecemasan bahkan bisa sampai stres karena memikirkan kemungkinan terburuk yang sebenarnya belum tentu terjadi. Penyebabnya bermacam-macam, pada umumnya disebabkan oleh stres dan trauma masa lalu.
Gangguan kecemasan pada anak usia dini tidak boleh didiagnosa sendiri, melainkan harus diperiksakan kepada ahlinya supaya memperoleh penanganan tepat. Membiarkannya tanpa penanganan, dampaknya tidak baik bagi kehidupannya hingga dewasa.
Jenis-Jenis Gangguan Kecemasan pada Anak Usia Dini
Terdapat beberapa jenis gangguan kecemasan pada anak usia dini yang harus diwaspadai. Ini penjelasannya masing-masing.
1. Generalized Anxiety Disorder (GAD)
Gangguan kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah perasaan khawatir berlebihan pada hampir semua hal. Mempunyai kekhawatiran terlalu kuat, membuat si kecil tumbuh menjadi pribadi yang cenderung perfeksionis.
GAD membuat anak jadi memaksakan diri demi mencapai segala sesuatu dan tidak ingin melakukan kesalahan barang sedikit pun. Contohnya memaksakan diri tampil sebaik mungkin supaya dilirik oleh teman-temannya.
2. Separation Anxiety Disorder (SAD)
Takut ditinggal saat baru pertama kali masuk sekolah memang wajar. Tetapi jika kondisi tersebut terus berlanjut sampai beberapa bulan sebaiknya waspada, dikhawatirkan buah hati Anda mengidap Separation Anxiety Disorder (SAD) atau kecemasan saat berpisah.
SAD rentan dialami oleh anak usia dini, terutama pada usia 18 bulan sampai 3 tahun. Kondisi ini tidak baik bagi kesehatan mentalnya karena dapat menghambat potensinya untuk berkembang. Contohnya susah tidur sendiri, tidak mau ke sekolah jika tidak ditemani, maupun kecemasan berlebihan akibat takut ditinggal lainnya.
Anak usia dini yang mengidap SAD sangat takut jika ditinggalkan sendiri, baik oleh orang tuanya maupun pengasuhnya. Jika ditinggalkan, ia bisa rewel dan tantrum.
3. Gangguan kepanikan
Tak hanya dialami oleh remaja dan orang dewasa, adapun jenis gangguan kecemasan pada anak usia dini lainnya, yaitu gangguan kepanikan (panic disorder). Panic disorder penyebabnya tidak hanya dari faktor luar tetapi dapat berasal dari keturunan (genetik).
Panic disorder baru dapat didiagnosa oleh dokter/psikiater ketika anak mengalami dua kali ataupun lebih panic attack (serangan panik) tanpa alasan jelas. Tak dapat diprediksi, serangan panik dapat terjadi kapanpun, terutama saat ia menghadapi situasi yang tidak biasa. Contohnya kaget karena baru pertama kali tampil di hadapan umum.
4. Kecemasan sosial
Kecemasan sosial atau social anxiety disorder adalah rasa takut ketika sedang menghadapi lingkungan/interaksi sosial. Kecemasan sosial membuat anak jadi merasa takut ketika dipanggil oleh teman-temannya maupun saat ditunjuk untuk menjawab pertanyaan oleh guru.
Anak yang mengidap kecemasan sosial tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi sangat takut membangun interaksi sosial. Kondisi demikian tidak baik bagi tumbuh kembangnya karena dikhawatirkan menghambat potensi yang dimilikinya. Membiarkannya terjebak dalam kondisi ini, akan membuatnya susah bergaul.
5. Fobia terhadap sesuatu
Jenis gangguan kecemasan pada anak usia dini yang cukup sering terjadi, yaitu fobia yang merupakan perasaan takut berlebihan terhadap sesuatu. Beberapa orang menganggapnya sepele, namun bagi pengidap phobia hal tersebut seolah mengancamnya.
Tanda-tanda anak fobia terhadap sesuatu, biasanya ia merasa gelisah, ketakutan, panik, bahkan sampai tantrum. Anda wajib mencari tahu hal apa yang paling ditakutinya dengan cara memperhatikan reaksinya saat melihat sesuatu tertentu.
6. Obsessive-compulsive Disorder (OCD)
Obsessive-compulsive Disorder (OCD) selain dialami oleh orang dewasa, ternyata juga banyak dialami oleh anak yang masih usia 2-3 tahun. OCD adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan adanya obsesi terhadap suatu hal kemudian menyebabkan perilaku kompulsif.
Penderita OCD seringkali merasa gelisah ketika melihat sesuatu karena ada pikiran yang muncul secara berulang. Pikiran (obsesi) tersebut membuatnya melakukan sesuatu berulang kali demi mengatasi rasa cemasnya. Contohnya terus-menerus mengatur barang pada tempat yang sama karena takut ada kekurangan.
7. Masalah trauma
Masalah trauma adalah suatu perasaan takut, cemas, dan sedih usai mengalami suatu hal yang emosional, dalam istilah kedokteran disebut PTSD (Post-traumatic stress disorder). Misalnya trauma akibat mengalami pelecehan seksual, menjadi korban perundungan, kehilangan orang terdekat, dan lainnya.
Anak usia dini dengan kondisi PTSD dampaknya bisa fatal apabila tak segera ditangani, sebab trauma dapat mengubah karakternya. Tak hanya itu, masalah trauma dikhawatirkan membuatnya depresi hingga kehilangan harapan untuk melanjutkan kehidupan.
8. Selective mutism
Jenis kecemasan lainnya, yaitu selective mutism yang termasuk masalah kecemasan dalam tingkatan parah. Ini adalah kondisi di mana seseorang menjadi diam secara tiba-tiba ketika sedang mengalami panik/ketakutan saat dihadapkan pada situasi sosial.
Selective mutism banyak dialami oleh anak berusia 2-4 tahun. Contohnya di rumah si kecil bersikap dan berbicara biasa saja, tetapi saat berhadapan dengan orang baru justru diam seribu bahasa dan menunjukkan rasa tidak nyaman.
Penyebab Gangguan Kecemasan pada Anak
Masalah kecemasan yang diderita oleh si kecil, faktornya bisa dari lingkungan sekitar maupun dari dirinya sendiri. Ketahuilah apa saja penyebab gangguan kecemasan pada anak di bawah ini.
1. Masalah keluarga
Penyebab kecemasan pada anak dapat berasal dari keluarganya sendiri. Contohnya kedua orang tua bercerai, fatherless (kurang sosok figur ayah), kehilangan anggota keluarga, ataupun permasalahan lainnya yang berhubungan dengan orang tua dan saudara.
Anak dengan permasalahan keluarga kebanyakan berperilaku tidak sehat akibat depresi dan kurang kasih sayang. Itulah mengapa, sosok keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan anak.
2. Menjadi korban bullying
Anxiety dapat terjadi akibat si buah hati pernah atau malah sedang menjadi korban bullying (perundungan) di sekolahnya. Dirundung membuatnya kehilangan kepercayaan diri dan selalu merasa takut pergi ke sekolah.
Menjadi korban perundungan sudah pasti mengganggu mentalnya. Tak hanya kehilangan minat pergi ke sekolah, tetapi juga membuatnya stres sampai depresi yang dikhawatirkan membahayakan dirinya.
3. Kondisi fisik anak
Penyebab lainnya bisa jadi karena sering diejek oleh teman-temannya mengenai kondisi fisik. Misalnya ia diberi julukan gendut, lidi berjalan, juling, ataupun ejekan lain yang seolah-olah menertawakan kondisi fisiknya.
Menerima julukan buruk membuat mentalnya down, sehingga membuatnya merasa cemas bahkan sampai kehilangan rasa percaya diri. Apabila tak segera ditemukan solusinya, akibatnya fatal bagi kehidupan serta masa depannya.
4. Adanya perasaan khawatir
Penyebab anxiety anak lainnya, yakni karena adanya kekhawatiran pada hal-hal tertentu yang membuatnya sampai tidak nyaman. Contohnya takut dapat memenuhi ekspektasi orang lain, perasaan khawatir berlebihan setelah bertengkar dengan teman, bingung cara menghadapi hari esok, dan sebagainya.
Sebagai orang tua, Anda perlu mendukungnya demi mengatasi kecemasannya. Mintalah ia bercerita mengenai apa yang dialaminya, dengarkan secara seksama kemudian cari solusinya bersama.
Dampak Gangguan Kecemasan pada Perkembangan Anak
Masalah psikologis yang dialami oleh anak tak boleh disepelekan. Apabila menemukan adanya ciri anxiety pada si kecil, segera bawa ia ke psikiater/spesialis supaya dapat ditangani segera. Sebab jika tak segera ditangani, ini dampak gangguan kecemasan pada perkembangan anak yang dapat terjadi.
1. Menarik diri dari lingkungan sosial
Rasa cemas berlebihan (anxiety) membuat anak selalu was-was dan punya pikiran buruk terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi. Jadi, ia lebih memilih menarik diri dari lingkungan sosial.
Dampaknya ini tidak baik apalagi jika sampai terbawa sampai usia dewasa. Ia menjadi sangat pendiam dan tertutup, kemudian saat berinteraksi dengan orang lain mudah merasa gugup dan selalu menghindari obrolan.
2. Sulit fokus
Anxiety berdampak pada pola pikir si kecil yang selalu memikirkan hal negatif hingga membuatnya susah fokus terhadap sesuatu yang sedang ada di depan mata, sehingga dapat mempengaruhi proses belajarnya di sekolah. Rasa cemas mencuri perhatian si kecil terhadap kondisi di sekitarnya. Akibatnya, konsentrasinya jadi terganggu dan menyebabkan penurunan drastis pada prestasinya.
3. Depresi
Perasaan khawatir berlebihan membuat si buah hati gampang kehilangan arah serta seringkali merasa was-was. Tak hanya itu, ia pun kerap kali dihantui oleh rasa takut tanpa alasan jelas.
Hal seperti ini jika dibiarkan, menyebabkan dirinya down dan akhirnya menarik diri dari lingkungan sosial. Depresi yang semakin parah dikhawatirkan membuatnya melukai dirinya sendiri nantinya.
Oleh karena itu, anak depresi perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut dari dokter maupun psikiater. Cara mencegahnya, mulailah dari membentuk lingkungan keluarga yang positif serta memperkuat bonding antara orang tua dan anak.
4. Perkembangan emosi terganggu
Mengalami kecemasan berlebih mengganggu kestabilan emosi si buah hati. Ia jadi lebih mudah rewel sampai sering mengalami tantrum tanpa alasan jelas.
Apabila anak sedang merasa cemas secara berlebihan, bantu ia menenangkan dirinya sambil memberitahukan bahwa pikiran negatifnya itu belum pasti terjadi. Yakinkan bahwa semua hal akan baik-baik saja dan ajak ia mengalihkan pikiran secara positif.
5. Sering merasa ketakutan
Satu lagi dampak gangguan kecemasan pada perkembangan anak, yaitu sering merasa ketakutan yang membuatnya susah mengembangkan potensinya. Orang tua perlu mencari tahu apa yang menjadi sumber rasa takutnya supaya dapat segera ditangani, misalnya dengan memintanya bercerita.
Jenis gangguan kecemasan pada anak usia dini di atas harus dipahami oleh setiap orang tua. Apabila anak menunjukkan perilaku tidak wajar, sebaiknya jangan langsung mendiagnosa bahwa dirinya mengalami anxiety. Periksakan ke dokter/psikiater terlebih dahulu untuk menemukan diagnosa serta solusi terbaik.