Depresi yang terjadi pada anak pasti membuat orang tua menjadi khawatir terhadap keadaannya. Seringkali anak tidak berani menceritakannya pada siapapun karena takut khawatir, tidak didengarkan, diberi penilaian negatif atau mungkin diremehkan.
Depresi adalah salah satu gangguan psikologis pada anak, bukan hanya dapat terjadi pada orang dewasa saja. Gangguan ini bisa menyebabkan anak berkeinginanan untuk mengakhiri hidup.
Penyebabnya bisa jadi karena banyaknya hal yang mengganggu pikirannya. Misalnya, adanya trauma di masa lalu, pelecehan, broken home, bullying atau perundungan, dan lain-lain.
Depresi pada anak sering tidak disadari oleh orang tua, dan terkadang depresi juga disebabkan oleh orang tua. Hal ini tentu dapat semakin membahayakan mental sang anak karena tidak segera ditangani, berikut ini adalah ciri-cirinya:
1. Hilangnya Minat atau Selera Terhadap Apapun
Ciri-ciri anak mengalami depresi adalah hilangnya minat atau selera terhadap apapun. Meskipun di depannya ada makanan kesukaannya, ia tidak menyentuhnya atau justru malah meninggalkannya.
Anak yang sedang depresi menjadi malas makan karena hilangnya selera. Pikirannya pun selalu tak tenang, sehingga ia memilih agar pikirannya bisa lebih tenang daripada harus makan karena dianggap tak menyelesaikan masalah.
Tidak hanya selera makan, anak bahkan mengalami insomnia atau susah tidur karena merasa takut bermimpi mengenai trauma yang pernah terjadi padanya. Jika terus seperti ini, tak pernah baik untuk kesehatannya.
Selain itu, depresi membuatnya merubah gaya hidup secara mendadak. Biasanya ia menyukai suatu hal dan sering melakukannya, kemudian secara mendadak ia menyukai hal baru yang biasanya tak pernah ia sukai dan lakukan.
Mereka merasa kesepian, sehingga mencari minat lain atau apapun supaya bisa membangkitkan rasa senangnya meskipun semua terasa membosankan baginya. Pada peristiwa ini, temanilah buah hati Anda hingga ia merasa harus menceritakan isi pikirannya.
Jika anak bersikeras dan meminta agar tidak diganggu, jangan memaksanya untuk bercerita supaya tidak memperburuk keadaan. Tunggu hingga suasana hatinya membaik, lalu ajak ia melakukan atau makan sesuatu yang disukainya, sembari mencuri kesempatan untuk membuatnya bercerita.
2. Selalu Merasa Kesepian Meski di Tempat Ramai
Anak ketika sedang depresi, selalu merasa dirinya kesepian meskipun berada di tempat sangat ramai. Mereka merasa tidak ingin membebani orang terdekat, seperti teman atau keluarga.
Memendam semuanya sendiri menurut anak yang sedang depresi merupakan jalan satu-satunya. Ia enggan diketahui permasalahannya oleh siapapun.
Kesepian tidak hanya dirasakan di tempat sunyi atau gelap. Sangat sulit untuk mengetahui apa penyebab kesepian pada anak, sebab ia selalu berusaha untuk tidak membicarakannya dan tetap bersenang-senang supaya tidak terlihat depresi.
Meskipun anak ketika depresi selalu merasa kesepian, jangan menjadikan ini hal wajar. Selalu mengajak bicara anak dapat membantunya mengurangi rasa kesepiannya.
3. Selalu Menghindari Pembicaraan dengan Topik Intim
Anak yang sedang depresi, sebenarnya masih bisa diajak bicara bahkan memulai obrolan. Tak semua obrolan ditolak mentah-mentah olehnya.
Mereka senang berbicara banyak hal, atau mendengarkan cerita orang sekitar selagi tidak memancing mengenai sesuatu dalam dipikirkannya. Jika sudah sedikit menyinggung topik yang memancing traumanya, ia pasti mengalihkan topik pembicaraan.
Kasus parahnya, ketika ada hal yang menyinggung rasa traumanya, depresinya bisa saja kumat. Hal seperti ini menjadi sulit untuk ditangani karena mereka tidak ingin diketahui permasalahan yang selalu membuatnya tiba-tiba terpuruk.
4. Sulit Mengungkapkan Emosinya
Kebanyakan anak mengalami depresi, seringkali menyembunyikan apa yang sedang dirasakannya. Mereka lebih memilih untuk berpura-pura tersenyum dan bahagia karena merasa bahwa orang lain tidak perlu tahu apa yang sedang dirasakannya.
Di film-film memang pengidap depresi lebih banyak bersembunyi dan terlalu menarik diri supaya tidak bertemu dengan orang lain. Akan tetapi, pada kenyataannya depresi apabila terjadi pada seorang anak bisa saja tak terlihat karena selalu disembunyikan emosinya.
Pengidap depresi memilih mengeluarkan emosinya ketika sedang tidak bersama siapapun supaya tidak membebani orang lain. Menanggung semuanya sendirian merupakan hal terbaik baginya. Menurut Psycom, hal ini bisa dinamai sebagai emotion avoidance.
Kasus seperti ini memang sangat tidak mudah untuk diketahui karena tidak bisa dibedakan antara emosi tulus dan dibuat-buat. Sebagai orang tua, dapat teman pendengar dan ternyaman tanpa menyudutkannya akan mengurangi kekacauan pada pikirannya.
5. Mudah Marah atau Tersinggung
Mudah marah atau tersinggung merupakan ciri lain pada anak mengalami depresi. Depresi membuat anak broken home cenderung temperamental atau mudah sekali marah karena mewajarkan apa yang biasa dilakukan oleh orangtuanya ketika bertengkar.
Tidak hanya pada kasus broken home di mana penyebab depresi adalah orangtua, kasus depresi lain disebabkan oleh berbagai faktor trauma atas kejadian tertentu juga membuat anak cenderung mudah marah atau tersinggung.
Tak jarang anak juga merasa selalu disalahkan dan selalu menanggapi segalanya dengan serius. Tidak mudah mendekati anak ketika sedang depresi seperti ini, mereka sebenarnya hanya membutuhkan perhatian lebih dan kasih sayang tulus terutama dari orang tua atau orang terdekatnya.
6. Seringkali Menyibukkan Diri
Kebanyakan anak pengidap depresi menjadi lebih sering mencari kesibukan daripada sebelumnya. Tujuannya tentu saja untuk mengalihkan pikiran mereka supaya tidak teringat hal-hal buruk.
Menyibukkan diri tentu baik, terutama jika diisi dengan hal positif. Tetapi lain halnya jika mengisi kesibukan dengan kegiatan yang sangat menyimpang dari moral, tentu saja hal ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Terlalu menyibukkan diri, terkadang membawa hal buruk juga pada kondisi kesehatannya. Ia terlalu sibuk sampai tak menyadari bahwa dirinya sudah melebihi kapasitas dan sebenarnya tubuhnya butuh istirahat.
Apabila anak sampai lupa beristirahat karena terlalu sibuk, mengganggunya mungkin bukan sebuah solusi. Akan tetapi, Anda sebagai orang tua dapat selalu menyediakan waktu untuk memberikannya cemilan atau mengingatkan waktu makan, dan memberikan perhatian supaya ia merasa tidak kesepian.
7. Sering Timbul Keinginan untuk Mengakhiri Hidup
Sering timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup merupakan kasus depresi paling parah. Mungkin anak saat depresi sudah tidak merasakan apapun yang menyenangkan hidupnya, semuanya cenderung membosankan, bahkan sampai merasa tidak ada yang mau memperhatikannya.
Ketika ia sedang sendirian atau saat rasa traumanya muncul, selalu membuat rasa sakit menusuk. Sehingga ia merasa bahwa mengakhiri hidup sama dengan mengakhiri rasa sakit yang merenggut kebahagiaannya cukup lama.
Anak merasa bahwa ia pun tak memiliki tujuan hidup lain karena hidupnya terasa sia-sia jika semakin diperpanjang. Maka dari itu, ia merasa tidak ada yang menginginkannya, apalagi menyayanginya.
Seringkali kondisi seperti ini banyak dianggap main-main dan berlebihan. Padahal, saat depresi berat pasti membutuhkan bantuan seperti dokter ahli kejiwaan atau psikiater untuk membantu mengatasi traumanya ataupun orang terdekat untuk menenangkan sekaligus berada di sisinya.
Maka, itulah 7 ciri-ciri anak sedang mengalami depresi serta cara mengatasinya. Jangan pernah meremehkan keadaan seperti ini, sebab pada dasarnya mereka sedang membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup.
Tidak ada salahnya mendengarkan keluh kesah mereka atau menjadi teman bercerita, supaya dapat sedikit membantu dalam mengurangi beban pikirannya yang kacau balau.