Menjadi orang tua memang bukan sesuatu yang mudah. Ada fase dimana buah hati Anda menunjukkan kemarahan dan sulit dikontrol atau sering disebut tantrum. Tantrum bisa terjadi dimana pun dan kapan pun. Tak jarang, orang tua merasa kebingungan untuk mengatasi tantrum pada buah hatinya, apalagi hal ini terjadi di depan umum.
Untuk dapat mengatasinya, orang tua perlu memahami berbagai informasi seputar tantrum. Berikut penjelasan mulai dari apa itu tantrum, penyebab dan cara mengatasinya.
Apa Itu Tantrum?
Tantrum adalah kondisi dimana anak sedang meluapkan emosi yang dirasakannya dengan berbagai cara, diantaranya dengan menjerit, menggigit, menangis kencang, berteriak atau melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan.
Sebagai orang tua, Anda mungkin akan segera memutar otak untuk mengatasi tantrum yang terjadi. Berbagai cara dilakukan agar ia bisa kembali tenang. Namun yang perlu Anda ketahui, tantrum merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada anak.
Tantrum merupakan bagian dari perkembangan anak ketika ia mulai mengenal bahasa. Tantrum biasanya terjadi pada anak di usia balita (bawah lima tahun) yang merasa kesal namun belum dapat mengungkapkannya.
Tidak perlu khawatir karena seiring bertambahnya usia dan perkembangan bahasanya, ledakan emosi yang ia dirasakan akan cenderung berkurang. Itu artinya, semakin bertambahnya usia, frekuensi tantrum akan semakin berkurang.
Penyebab Tantrum pada Anak
Penyebab utama tantrum adalah belum berkembanganya kemampuan anak untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, butuhkan dan inginkan. Keterbatasan bahasa dan kosa kata yang ia punya membuatnya sulit mengkomunikasikan hal tersebut pada orang-orang terdekatnya, termasuk orang tua.
Tantrum bisa terjadi dimanapun dan kapanpun ketika anak merasa apa yang ia mau tidak terpenuhi. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan buah hati Anda menjadi tantrum adalah sebagai berikut:
- Merasa takut dan sedih. Anak akan merasa takut atau sedih ketika menemukan sesuatu yang mengejutkan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Seperti mendengar sesuatu yang aneh atau melihat sesuatu yang menyeramkan. Hal ini bisa memicu tantrum.
- Merasa lapar. Ketika merasa lapar, dan anak merasa sulit mengenalinya cenderung akan membuat ia menjadi tantrum.
- Merasa lelah. Kegiatan fisik yang dilakukan anak pada masa perkembangnya membuatnya merasa lelah. Ia biasanya belum mengenali kata lelah, sehingga mengekspresikannya dalam bentuk tantrum.
- Tidak didengarkan. Di awal perkembangannya mengenal bahasa, anak akan lebih sering bercerita. Ketika pembicaraannya tidak didengarkan, ia akan merasa kesal dan meluapkan emosinya yang kemudian membuat anak tantrum.
- Menemukan sesuatu yang sulit diatasi. Ketika anak sedang belajar memecahkan masalah, tak jarang ia menemukan sesuatu yang sulit diatasi. Hal ini akan membuatnya kesal yang memicu tantrum pada anak.
- Menginginkan sesuatu namun tidak terwujudkan. Ketika buah hati Anda sedang menginginkan sesuatu namun tidak terwujudkan karena belum bisa mengungkapkannya atau karena memang Anda melarangnya demi kebaikannya biasanya akan merasa kesal, hal ini bisa membuatnya menangis dan berujung tantrum.
- Sedang kebingungan. Anak akan sering bertemu dengan hal baru, dan kebingungan pun muncul seiring berkembangannya pemikiran. Ketika sedang kebingungan ia akan sulit mengungkapkan apa yang ia rasakan. Sehingga dapat memicu tantrum.
5 Tips Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Saat anak sedang tantrum, Anda sebagai orang tua mungkin akan merasa kebingungan atau frustasi dalam mengatasinya. Memang, tidak mudah bagi orang tua untuk mengatasi tantrum, apalagi jika anak tantrum di depan umum dan diperhatikan oleh banyak orang. Nah, berikut 5 tips cara mengatasi tantrum pada anak yang bisa Anda lakukan sebagai orang tua :
1. Tenangkan diri dan kendalikan emosi
Ketika anak tantrum, hal pertama yang harus dilakukan adalah menenangkan diri Anda. Sebagai orang tua, Anda harus bisa memahami bahwa tantrum memang sesuatu yang wajar terjadi sebagai cara anak mengekspresikan diri.
Anda juga harus dapat mengendalikan emosi. Ketika buah hati Anda sedang tantrum, jangan pernah membalas perbuatannya. Misalnya ketika ia sedang berteriak, usahakan jangan balas berteriak. Atau ketika ia memukul, jangan balas memukul.
Anda bisa menunggu hingga ledakan kemarahannya sedikit mereda, sebab biasanya tantrum hanya terjadi di waktu yang singkat. Setelah itu, ajak anak ke tempat yang lebih sepi dan minta ia untuk menenangkan diri.
2. Telusuri penyebab tantrum pada anak
Setelah lebih tenang, Anda bisa mengajaknya berbicara. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, beberapa kondisi bisa memicu anak menjadi tantrum. Jika ia sudah bisa berbicara, maka Anda bisa menanyakan langsung mengenai kondisi apa yang memicu tantrum.
Jika ia masih belajar berbicara, Anda bisa menanyakan beberapa kondisi yang mungkin membuatnya sulit meluapkan emosinya. Anda bisa menanyakannya langsung seperti,”Lapar ya?” atau “ Kamu Takut?”.
Dengan mengetahui penyebab tantrum, Anda akan lebih mudah untuk mengatasinya. Anda akan mengetahui apa yang sebenarnya anak rasakan, inginkan atau butuhkan.
3. Mengakui perasaan anak
Salah satu hal terpenting yang harus Anda lakukan saat mengatasi anak yang sedang tantrum adalah mengakui perasaannya. Setelah mengetahui apa yang membuatkan ledakan kemarahannya, Anda bisa mengakui apa yang ia rasakan sebagai bentuk perhatian sekaligus empati padanya.
Misal ketika ia sedang merasa takut, Anda bisa memberikan pelukan untuk meredakan ketakutannya. Atau jika ia sedang merasa sedih, Anda bisa menghiburnya dengan cara yang biasa Anda lakukan.
Anda juga dapat memberi tahunya dengan cara yang baik mengenai bagaimana ia harus bersikap ketika menghadapi kondisi yang memicu tantrum, seperti ketika mainannya direbut oleh temannya. Seperti jika ia sedang merasa lapar, untuk bisa menyampaikannya ke Anda.
4. Mengalihkan perhatian anak
Setelah Anda mengakui perasaannya dan memberitahukan bagaimana bersikap, Anda bisa mengalihkan perhatiannya. Hal ini dilakukan agar anak tidak berlarut-larut dengan emosinya atau kesedihannya.
Anda bisa memberikan opsi pilihan lain yang mungkin menarik bagi anak. Melakukan sesuatu menarik bisa membuat ia lebih cepat melupakan sesuatu dan membuat energinya kembali baru. Perlu dicatat, hindari menjanjikan sesuatu pada anak, karena jika tidak diwujudkan maka akan memicu tantrum yang lebih parah.
5. Perjelas aturan dan bersikap tegas
Sebagai orang tua, Anda harus dapat bersikap tegas kepada buah hati Anda. Misalnya ketika ia sedang tantrum dengan menangis kencang saat dilarang membeli mainan, jangan lantas luluh.
Tegaskan padanya mengenai aturan yang sudah Anda dan anak kompromikan sebelumnya. Jika jadwal membeli mainan sebulan sekali, maka tegaskan hal itu. Sebab apabila dengan anak tantrum Anda luluh, maka ia akan menggunakannya sebagai trik untuk mendapatkan keinginannya.
Berikut di atas merupakan penjelasan mengenai apa arti tantrum, penyebab dan bagaimana tips cara mengatasinya. Selama tantrum yang terjadi tidak menyakiti dirinya sendiri atau orang lain, maka Anda sebagai orang tua harus sabar dalam menghadapinya dan memakluminya sebagai bentuk anak dalam mengekspresikan perasaannya.