Anak yang baru dilahirkan pastinya belum bisa mengontrol diri sendiri termasuk cara yang benar untuk buang air kecil atau besar. Anak berusia 1–18 bulan atau memasuki usia 2–3 tahun masih menggunakan popok sebagai ganti kloset tempat pembuangan kotoran. Namun, tidak selamanya anak akan menggunakan popok, bukan?
Nah, agar anak paham cara membuang kotoran dengan benar, diperlukan toilet training. Sesuai dengan namanya, sederhananya pelatihan ini ingin menumbuhkan kemandirian anak dan memberi pemahaman bahwa mereka sudah tumbuh dewasa sehingga tidak bisa lagi menggunakan popok.
Maka dari itu, sebagai orang tua, Anda perlu mengetahui kapan waktu terbaik toilet training dan apa saja tips cara mengajarkannya. Penasaran? Mari simak informasi lebih lengkapnya pada penjelasan di bawah ini!
Apa itu Toilet Training?
Merujuk pada makna literalnya, toilet training berarti sebuah latihan atau proses di mana seorang anak diajarkan untuk menggunakan toilet. Walaupun sebenarnya anak sudah mengetahui toilet sebagai tempat apa, mereka belum paham bagaimana cara menggunakan alat yang ada di dalamnya dan cara membuang kotoran dengan benar.
Sebagai orang tua, Anda tidak boleh melewatkan proses ini karena toilet training adalah tahap penting dalam perkembangan anak. Secara tidak langsung, Anda mengajarkan tindakan tanggung jawab atas diri sendiri dan kemandirian.
Dalam proses pelaksanaannya, anak mungkin akan sulit diberi arahan atau bahkan tidak mau sama sekali melakukannya. Oleh karena itu, diperlukan konsistensi dan kesabaran untuk melatih dari awal bagaimana cara menggunakan kloset dan buang kotoran dengan benar.
Menentukan Waktu Terbaik Untuk Toilet Training
Dilansir dari situs Mayapada Hospital, Anda bisa mulai menerapkan toilet training ketika anak sudah memasuki usia 18 bulan hingga 2,5 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan jika anak Anda baru bisa diajari pelatihan toilet ini pada usia 2–3 tahun.
Pada dasarnya, janganlah berpatokan pada umur ideal untuk menerapkan pelatihan ini. Setiap anak tentu memiliki perkembangan yang berbeda sehingga tidak perlu buru-buru. Poin pentingnya adalah memastikan bahwa si kecil sudah siap untuk menerima informasi dan mau belajar cara menggunakan toilet.
Tips Mengajarkan Toilet Training
Agar proses pelatihan berjalan maksimal, berikut ada beberapa tips yang bisa diterapkan selama pengajaran toilet training, antara lain:
1. Siapkan Peralatan Pendukung Toilet Training
Toilet rumah atau publik biasanya sudah didesain mengikuti ukuran orang dewasa. Tentu ukuran ini akan menyulitkan si kecil untuk duduk dengan nyaman karena ukurannya yang besar dan tinggi.
Nah, untuk mengatasinya, Anda memerlukan peralatan pendukung agar proses toilet training berjalan maksimal. Anda bisa menambahkan kursi kecil untuk meletakkan kaki di depan kloset. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan potty chair di atas dudukan kloset agar si kecil lebih nyaman ketika membuang kotoran.
2. Kenali Segala Hal tentang Toilet kepada Anak
Mungkin anak memang sudah sering menggunakan toilet untuk mandi. Namun, mereka belum paham cara penggunaan kloset yang khusus untuk membuang kotoran.
Jadi, Anda perlu mengenalkannya seperti nama alat yang ada, fungsi dari alat tersebut, cara menyiram kotoran, cara duduk di kloset, dan lain sebagainya. Jangan lupa juga untuk memberikan contoh langsung saat menjelaskan agar anak bisa memahami lebih cepat.
3. Latih Setiap Hari dan Jadikan sebagai Rutinitas
Ketika si kecil sudah mengerti dan paham bahwa mereka harus buang kotoran di toilet, latihlah setiap hari dan jadikan hal tersebut sebagai rutinitas.
Misalnya, ajaklah anak untuk pergi ke toilet sebelum tidur untuk buang air kecil atau besar. Tujuannya adalah agar si kecil tidak mengompol atau buang kotoran di tempat tidur secara sembarangan. Dengan begitu, mereka bisa paham bahwa harus pergi ke kamar mandi dahulu sebelum tidur guna menghindari hal tersebut.
Selain itu, jangan lupa untuk membuat suasana yang menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa. Ajak anak bermain sambil belajar agar mereka bisa paham lebih cepat.
4. Beri Pujian dan Penghargaan
Jangan lupakan untuk memberi pujian dan penghargaan atas usaha yang sudah mereka lakukan. Toilet training merupakan hal baru bagi mereka sehingga penting untuk mengapresiasi segala perkembangan yang ada.
Misalnya, Anda bisa memberikan penghargaan berupa stiker yang bisa ditukarkan dengan makanan favorit atau mainan jika anak berhasil buang kotoran di toilet selama 1 hari penuh. Dengan begitu, mereka pun akan termotivasi untuk terus melakukan hal tersebut hingga menyadari bahwa mereka harus ke kamar mandi untuk buang kotoran.
Namun, jika si kecil melakukan kesalahan atau lupa untuk ke kamar mandi, hindari untuk memarahinya atau membuatnya sedih. Jika Anda memarahinya, mereka cenderung memilih untuk tidak melakukannya lagi karena takut akan berbuat salah. Sebagai solusinya, berikan pengertian dan ajak anak untuk mencobanya kembali.
Mengatasi Hambatan Dalam Toilet Training
Selama proses pelaksanaan toilet training, pastinya Anda akan sering menghambat hambatan. Namun, Anda bisa mengatasinya dengan beberapa cara di bawah ini:
1. Jangan Terlalu Memaksakan Diri
Perlu diingat bahwa anak masihlah dalam tahap belajar mengenal hal baru. Maka dari itu, janganlah terlalu terburu-buru dan memaksakan hasil yang sempurna.
Misalnya, si kecil tidak ingin ke toilet karena takut dengan suasana di toilet atau suara yang ditimbulkan dari air siraman. Anda tidak perlu memaksa mereka untuk langsung pergi ke toilet saat itu juga karena justru akan membuat mereka semakin takut. Solusinya adalah pahami keadaan mereka dan pastikan bahwa mereka sedang tidak menahan untuk buang kotoran.
Jika hal demikian terjadi, buatlah kondisi toilet lebih nyaman dengan menggunakan peralatan tambahan. Selain itu, Anda juga bisa memberikan sentuhan warna pada kloset dengan menempelkan stiker atau yang lainnya.
2. Tanyakan Apakah Anak Perlu ke Toilet atau Tidak
Anak cenderung menolak ke toilet karena malu atau tidak nyaman dengan tempat tersebut. Nah, sebagai solusinya, Anda bisa menanyakan terlebih dahulu apakah mereka perlu ke toilet atau tidak.
Jika dirasa mereka tidak perlu dan ekspresi wajah pun menunjukkan hal yang serupa, Anda tidak perlu meminta mereka untuk ke toilet. Namun, jika terlihat mereka sedang menahan diri, temani dan berikan pemahaman perlahan bahwa mereka harus pergi ke toilet untuk membuang kotorannya.
3. Libatkan Peran Anak Lebih Banyak
Terakhir, Anda bisa meminta anak untuk lebih banyak berperan dalam pelatihan ini. Misalnya, membiarkan mereka menyiram sendiri kotoran setelah membuangnya. Anda juga bisa meminta mereka untuk mengatur dan memasang sendiri peralatan di kloset.
Dengan begitu, mereka pun akan lebih senang dan paham bagaimana menggunakan kloset dengan benar.
Nah, demikianlah informasi mengenai toilet training pada anak serta kapan waktu terbaik untuk menerapkannya. Dalam pelaksanaannya, buatlah suasana yang menyenangkan dengan menerapkan beberapa tips mengajarkannya. Dengan begitu, anak bisa belajar sambil bermain agar lebih cepat memahaminya.