Ketika seseorang menyukai atau menyayangi orang lain atau suatu hal, tidak jarang seseorang tersebut memberikan seluruh perhatiannya kepada satu objek tersebut. Hal ini tidak sepenuhnya salah karena berarti seseorang tersebut menunjukkan rasa cinta dan sayangnya kepada orang atau objek lain.
Akan tetapi, terkadang dari perasaan cinta tersebut bisa berujung pada obsesi. Itulah mengapa terkadang pemahaman cinta dan obsesi menjadi abu-abu atau sulit dibedakan. Nah, agar Anda tidak terjebak ke dalam obsesi, Anda perlu memahami definisi dan perbedaan dari kedua istilah tersebut.
Setelah memahaminya, Anda bisa menerapkan beberapa cara mengatasi obsesi agar tercipta hubungan yang sehat. Penasaran? Mari simak artikel berikut ini yang akan membahas detail tentang cinta dan obsesi!
Definisi Cinta dan Obsesi
Merujuk dari pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), cinta berarti bentuk sayang dan suka yang mendalam. Secara umum, cinta adalah bentuk perasaan mendalam dan positif yang diberikan kepada objek lain. Perasaan mendalam ini berupa perhatian, rasa menghargai, menghormati, dan sebagainya.
Cinta itu sendiri bisa beragam bentuknya dan dapat diberikan kepada objek apa pun tidak hanya manusia. Cinta bisa kepada teman, keluarga, pasangan, hobi, minat, hewan kesayangan, dan masih banyak lagi. Rasa sayang ini terbangun akibat adanya ikatan dan rasa saling memiliki yang terlibat di antaranya.
Pada dasarnya, cinta ini didasari dari hal positif seperti saling mendukung, saling mengerti, dan saling menghargai kepada objek yang dituju. Dengan kata lain, bentuk sayang ini ingin menunjukkan bahwa seseorang menyukai suatu objek dengan tulus sesuai porsinya dan tanpa berlebihan.
Berkebalikan dengan cinta, obsesi justru merupakan perasaan yang tak terkendali dan cenderung berlebihan. Biasanya, obsesi ini diawali dari rasa cinta berlebih kepada satu objek tertentu. Pada akhirnya, bentuk sayang berubah menjadi negatif dan bahkan dapat mengganggu kehidupan seseorang serta sekitarnya.
Ciri umum dari obsesi adalah ketika seseorang selalu berusaha memenuhi keinginannya terhadap objek tertentu, ketergantungan berlebihan, hingga cemas berlebih. (Sumber: KlikDokter). Alhasil, obsesi juga dapat menjadi sumber stres dan kecemasan yang signifikan bagi beberapa orang.
Perbedaan Cinta dan Obsesi
Dari dua pengertian di atas, dapat terlihat perbedaan antara cinta dan obsesi yang akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini:
1. Perbedaan dalam Tindakan/Sikap
Apabila dilihat dari segi tindakan atau sikap, cinta dan obsesi menunjukkan dua hal yang bertolak belakang. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, cinta dilandasi oleh perasaan sayang yang sesuai porsinya.
Dengan kata lain, ada rasa kepercayaan dan keterbukaan yang timbul dari rasa cinta ini. Seseorang yang mencintai orang lain tidak akan memaksakan kehendaknya sendiri. Mereka akan membangun komunikasi dua arah terbuka agar tercipta hubungan yang sehat.
Seseorang dengan rasa cinta akan memberi dukungan berupa menghargai waktu pasangan, mendukung pencapain pasangan, dan lain sebagainya.
Sementara itu, tindakan yang kerap ditunjukkan oleh seseorang dengan obsesi berlebih adalah mengekang dan cenderung memaksa. Mereka umumnya menggantungkan kebutuhan dan perasaan mereka kepada suatu objek secara berlebih.
Alhasil, apabila kepada pasangan, mereka akan mudah cemburu dan posesif terhadap pasangannya. Hal ini akan mengarah pada konflik yang tentunya kurang sehat dalam sebuah hubungan.
2. Perbedaan dalam Dampak Emosional
Seseorang yang mencintai dengan tulus dan secukupnya tentu akan lebih merasa tenang dan bahagia bersama objek yang dituju. Tidak ada rasa kecemasan atau kecemburuan berlebih yang ditunjukkan kepada orang lain untuk memvalidasi perasaan mereka.
Selain itu, dukungan emosional pun akan lebih maksimal dan terasa oleh orang lain. Dukungan emosional ini berupa pemahaman akan kondisi orang lain, menghargai batasan, serta menghargai keputusan mereka.
Sebaliknya, obsesi justru kerapkali menyebabkan ketegangan berlebih dan terkadang membuat orang lain tidak nyaman. Munculnya rasa gelisah, khawatir, dan cemas berlebih kepada orang lain menyebabkan mereka tidak bisa fokus pada diri sendiri dan hanya mementingkan perasaan orang lain.
Pada beberapa kasus, obsesi ini bisa membuat seseorang ketergantungan dengan orang lain dan merasa tidak bisa hidup tanpa seseorang tersebut. Tentu hal ini tidak baik bagi kehidupan seseorang karena pada dasarnya kehidupan manusia hanya bergantung pada diri sendiri.
Cara Mengatasi Obsesi dan Membangun Hubungan yang Sehat
Lalu, bagaimana cara mengatasi obsesi demi membangun hubungan yang sehat? Simak beberapa langkahnya pada penjelasan di bawah ini:
1. Kenali Pemicu Timbulnya Obsesi dalam Diri
Ketika mencintai seseorang atau objek lain, tentu ada penyebab di baliknya, bukan? Entah itu rasa nyaman, ketertarikan tinggi, atau hal lainnya. Nah, hal sama juga berlaku pada obsesi.
Apabila Anda ingin terlepas dari obsesi tersebut, kenali terlebih dahulu pemicu atau penyebab timbul perasaan berlebih tersebut. Anda dapat membuat daftar pertanyaan untuk mengetahui akar penyebabnya.
Tanyakan pada diri sendiri apakah perasaan ini masih membuat orang lain nyaman? Apakah perasaan ini muncul karena Anda terlalu takut kehilangan orang lain? Dan lain sebagainya.
Dengan mengidentifikasi akar permasalahannya, Anda bisa terbantu dalam mengatasi agar rasa obsesi ini tidak berlarut-larut.
2. Penuhi Aktivitas dengan Hal Positif
Terobsesi dengan suatu hal umumnya muncul karena Anda hanya fokus pada satu tujuan tersebut saja. Dilansir dari Halodoc, salah satu cara efektif untuk mengatasinya adalah menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas positif.
Aktivitas positif ini berupa mengasah keterampilan, melakukan hobi, melakukan olahraga, hingga mencoba berbagai hal baru yang belum pernah dilakukan. Dengan melakukan aktivitas ini, fokus Anda akan teralihkan sehingga tidak terlalu memikirkan satu objek tertentu saja.
3. Komunikasikan dengan Orang Lain dan Batasi Diri Sendiri
Tidak ada salahnya untuk mengomunikasikan perasaan Anda ini kepada orang lain. Hal ini perlu dilakukan agar Anda mendapat perspektif baru mengenai tindakan yang harus dilakukan.
Diskusikanlah langkah terbaik apa yang bisa diambil guna mengatasi obsesi ini. Adanya kerja sama dan dukungan dari lingkungan sekitar dapat bantu Anda mengatasinya secara lebih efektif.
Selain itu, batasi juga diri Anda agar tidak terlalu terikat dengan objek tertentu. Misalnya, Anda terobsesi dengan permainan game online yang membuat jam tidur dan pekerjaan Anda berantakan. Nah, Anda dapat membatasi diri dengan tidak bermain game atau mengurangi waktu bermain.
4. Konsultasikan dengan Profesional
Terakhir, agar obsesi tidak semakin berkembang menjadi hal negatif, Anda bisa berkonsultasi dengan seorang profesional khususnya dalam bidang kesehatan mental.
Mereka akan lebih paham mengenai kondisi Anda dan mengetahui langkah apa yang bisa dilakukan. Selain itu, mereka juga akan memberikan bimbingan lebih bagi Anda agar tidak terjatuh dalam hal yang sama.
Dari pembahasan di atas, terlihat jelas bahwa obsesi dapat lahir dari rasa cinta yang berlebih kepada seseorang atau objek lain. Untuk itu, perlu ditarik benang merahnya antara cinta dan obsesi agar terlihat perbedaan di antara keduanya sehingga tidak disalahgunakan. Ada baiknya Anda menghindari rasa obsesi dengan menerapkan beberapa cara yang sudah disebutkan di atas.