Lompat ke konten

Perbedaan PAUD Formal dan PAUD Non Formal

Perbedaan PAUD Formal dan Non Formal

Setiap orang tua pasti ingin memberikan pendidikan terbaik pada anaknya sejak masih usia dini, misalnya dengan memasukkan buah hatinya ke PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Dengan memasukkan si kecil ke PAUD, mereka dapat mulai belajar tak hanya sebagai persiapan menempuh jenjang pendidikan berikutnya, tetapi juga berkaitan untuk mengembangkan kemampuan sekaligus keterampilannya.

Orang tua pun perlu mengetahui, bahwa PAUD tersedia dalam bentuk formal dan non formal. Terlihat serupa, namun apa yang membuat keduanya berbeda? Simak penjelasan selengkapnya pada artikel ini.

Pengertian PAUD Formal

Pengertian PAUD formal adalah jenjang pendidikan untuk anak usia dini yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan resmi. Pada PAUD jalur tersebut, diterapkan batasan usia untuk anak diterapkan dan lebih terstruktur, yakni untuk usia 4-6 tahun. Oleh karena itu, balita umur 0-3 tahun belum bisa memasukinya.

Para orang tua memilih memasukkan anaknya ke sanal supaya buah hatinya memiliki kemampuan dasar seperti membaca, menulis, mengenal warna, dan lain sebagainya sebagai pendukung tumbuh kembangnya sekaligus sebagai persiapan untuk masuk ke Sekolah Dasar (SD). Jenjang pendidikan ini contohnya Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), di mana TK untuk umum, sedangkan RA khusus yang beragama Islam.

Di TK maupun RA kemudian dibagi lagi berdasarkan kategori usianya, yaitu A dan B. Kategori kelompok A merupakan anak usia 4-5 tahun, sedangkan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Tak hanya itu, kurikulumnya pun mengacu resmi dari pemerintah, seperti pada pendidikan formal lainnya, sehingga kurikulumnya tak dapat diubah secara seenaknya.

Pengertian PAUD Non Formal

Apa arti PAUD non formal? Pengertian PAUD non formal adalah pendidikan untuk anak usia dini yang tidak terikat oleh pemerintah, sehingga kurikulumnya sendiri dapat menyesuaikan lembaga pendirinya, misalnya yayasan, kelompok, dan lainnya. Pada umumnya, pendidikan usia dini jalur pada jalur tersebut tidak menerapkan batasan usia tertentu, namun kebanyakan diselenggarakan untuk anak usia 2-4 tahun.

PAUD pada jalur ini terdiri atas Kelompok Bermain (KB) atau Play Group dan Tempat Penitipan Anak (TPA). Fokus yang diterapkan pada PAUD non formal adalah menyiapkan kemampuan anak sebagai bentuk persiapan untuk melanjutkan ke TK maupun RA.

Kegiatan yang dilakukan di Kelompok bermain dan TPA kebanyakan berbeda dengan TK maupun RA, sebab lebih fokus untuk bermain sebagai cara menstimulasi si kecil, maupun kegiatan lainnya seperti menggambar, mewarnai, membuat kerajinan tangan sederhana, dan sebagainya.

PAUD jalur tersebut terstruktur sekaligus berjenjang, gunanya sebagai pelengkap, pengganti, serta penambah ilmu yang setara dengan pendidikan formal. Meskipun begitu, tetap banyak ilmu yang diajarkan untuk

Perbedaan PAUD Formal dan PAUD Non Formal

Perbedaan PAUD formal dan non formal rincian penjelasannya adalah sebagai berikut ini. Ayah dan ibu wajib mengetahuinya!

1. Jenis kurikulum yang difokuskan

Pada PAUD formal, kurikulumnya menyesuaikan apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga para guru maupun kepala sekolah tidak diperkenankan mengubahnya sama sekali. Selain itu, ada fokus tertentu yang diajarkan di PAUD jalur ini, yaitu fokus mengembangkan kemampuan anak untuk masuk Sekolah Dasar (SD).

Kurikulum PAUD non formal tidak terikat dengan Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), biasanya dibuat oleh kelompok pendiri ataupun yayasan. Kurikulumnya menyesuaikan pada kebutuhan anak, bahkan waktu pelaksanaannya pun berbeda dengan jalur TK/RA, namun aktivitas di dalamnya cenderung padat namun fleksibel. Contoh kegiatannya, antara lain bermain dengan kelompok, menggambar, mewarnai, dan sebagainya untuk mengembangkan stimulus si kecil.

2. Persiapan untuk masuk jenjang sekolah dasar

Lembaga PAUD formal sesuai pada penjelasan sebelumnya bahwa perihal kurikulumnya memang menyesuaikan dari Kementerian Pendidikan. Maka dari itu, fokusnya adalah supaya mengembangkan kemampuan anak guna persiapan masuk SD karena membutuhkan skill dasar seperti menulis dan membaca. Kemampuan dasar tersebut diajarkan selama menempuh TK maupun RA.

Sedangkan pada kurikulum PAUD non formal adalah kebanyakan bukan mempersiapkan si buah hati untuk masuk jenjang pendidikan SD, namun persiapan untuk masuk TK/RA. Oleh karenanya, jalur tersebutl untuk pendidikan anak usia dini lebih cocok dimasuki oleh anak usia 2-4 tahun karena sebagai tempat untuk meningkatkan kemampuan stimulasi anak.

3. Lembaga pelaksananya

Perbedaan PAUD formal dan non formal pun dilihat berdasarkan lembaga pelaksananya. Seperti pada penjelasan sebelumnya, jalur formal pada pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh pemerintah, sehingga kurikulum dan pelaksanaannya pun menyesuaikan apa yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan kurikulumnya meskipun terkesan kurang fleksibel, namun kelebihannya yaitu anak dapat mengasah kemampuannya supaya lebih cakap sebelum masuk SD.

Sedangkan pada PAUD non formal, lembaga pelaksananya bisa dari swasta, perorangan atau kelompok, maupun yayasan. Oleh karena itu, dalam membuat kurikulumnya cenderung fleksibel karena menyesuaikan lembaga itu sendiri. Meskipun kegiatan di KB maupun TPA sedikit lebih padat, namun hal ini sangat baik guna melakukan stimulasi pada si kecil usia 2-4 tahun.

4. Pembatasan usia peserta didik

Pembatasan usia pada peserta didik termasuk salah satu perbedaan antara kedua jalur PAUD tersebut. PAUD jalur formal dikhususkan untuk anak-anak berusia 4-6 tahun, kemudian dibuat kategori lagi, yaitu A dan B. Kelompok A khusus umur 4-5 tahun, sedangkan kelompok B khusus umur 5-6 tahun.

Berbeda dengan PAUD jalur non formal yang tidak memberikan batasan khusus berdasarkan usia bayi atau balita, jadi usia 2 tahun pun sudah dapat menempuh jalur pendidikan ini. Memasukkan anak ke PAUD jalur non formal sangat baik untuk menstimulasinya sekaligus membuatnya mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta teman-temannya sebelum masuk TK.

Contoh PAUD Formal

Setelah memahami apa arti PAUD formal, selanjutnya adalah contohnya. Berikut ini merupakan contohnya yang perlu diketahui oleh orang tua.

1. TK (Taman Kanak-Kanak)

Taman Kanak-Kanak (TK) termasuk ke dalam PAUD formal adalah untuk umum (bukan agama tertentu atau kelompok tertentu). Si buah hati dapat masuk ke TK saat usianya 4-6 tahun. Kegiatan belajarnya berlangsung selama 5 hari dalam seminggu selama 2-3 jam setiap harinya.

Adanya TK berguna supaya dapat mengembangkan kemampuan kognitif si kecil, antara lain membaca, menulis, berhitung. Meski cenderung mengasah kemampuan dasar seperti itu, tetap ada kegiatan bermain untuk menstimulasinya.

2. RA (Raudhatul Athfal)

Raudhatul Athfal (RA) dikhususkan untuk peserta didik beragama Islam. Kegiatannya kurang lebih sama dengan TK pada umumnya, namun diselingi dengan kegiatan Islami, contohnya adalah mengajarkan anak membaca doa sebelum melakukan aktivitas (makan, mandi, berangkat sekolah), tata cara ibadah, akhlak, dan lain sebagainya.

Contoh PAUD Non Formal

Ini adalah contoh dari PAUD non formal. Ayah dan ibu perlu membaca penjelasannya.

1. TPA (Tempat Penitipan Anak)

Tempat Penitipan Anak atau Pengasuhan Anak (TPA) biasanya terdapat di daerah perkotaan, terutama yang dekat dengan perkantoran, lembaga pendidikan, maupun area sibuk lainnya. Kegiatan di TPA cenderung variatif, bisa full time maupun setengah hari tergantung dari paket yang dipilih oleh orang tua.

2. KB (Kelompok Bermain) atau Play Group

Kelompok Bermain (KB) biasa juga disebut Play Group, merupakan pendidikan PAUD untuk anak usia bayi dan balita 2-4 tahun. Waktu kegiatan belajarnya pun cenderung fleksibel dengan pelaksanaan minimalnya adalah 3 jam. Di KB atau Play Group menyediakan fasilitas berupa permainan-permainan edukatif serta pembelajaran menyenangkan guna menstimulasi anak.

Setelah mengetahui pengertian PAUD, baik formal maupun non formal, keduanya sangat baik untuk meningkatkan perkembangan anak. Ayah dan ibu dapat memilihnya sesuai kebutuhan.

1 tanggapan pada “Perbedaan PAUD Formal dan PAUD Non Formal”

  1. Sebagai pemerhati pendidikan anak-anak.
    Sebagai pemerintah desa bisa mendapatkan gambaran dalam mengambil tindakan kebijakan terutama dalam pengangguran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *